Just another free Blogger theme

Senin, 05 Oktober 2020

 Hubungi 021-1500164 buat Urus Pemakaman

Kematian adalah satu fakta. Tidak ada orang yang mengingkari kenyataan ini. Manusia sebagai makhluk hidup, dihadapkan pada ancaman kematian. Siapapun, dan apapun keyakinan kita, kematian akan menjadi bagian dari sejarah kehidupannya. Hal yang membedakan diantara kita, lebih terkait dengan persepsi dan respon kita terhadap kematian tersebut.

Selama pandemic, muncul femenona pengambilan paksa oleh keluarga terhadap anggota keluarga yang meninggal karena COvid-19. Mereka mengambil secara paksa anggota keluarga tersebut, dengan alasan hendak dimakamkan sesuai dengan tradisi dan budayanya, kendati harus dihadapkan pada ancaman penularan Covid-19.

RS Keliling Lampung Jangkau Pasien Hingga Pelosok | FajarSumatera.co.id 

Pengalaman kita kali ini, sangat mengerikan. Pandemi Covid-19, benar-benar membuat situasi dan kondisi kita, dipaksa harus mengubah berbagai hal. Kelakuan kita selama ini, yang biasa dianggap biasa-biasa, kini menjadi darurat luar biasa. 

Dulu kita terbiasa kumpul-kumpul. Nongkrong. bersendagurau. kali ini, menjadi sesuatu hal yang luar biasa risih dan berresiko. Perlu ada semacam perubahan dan adaptasi kebiasaan baru, untuk bisa selamat dari ancaman virus ganas yang merebak sejak akhir Desember 2019.

Hal yang lebih memprihatinkan lagi, sebagai diantara kita terjebak dan dipaksa ada di dalam rumah sendiri. Berdiam, diri, sendiri, atau dengan keluarga, untuk maksud supaya bisa selamat dan terselamatkan dari ancaman virus ganas tersebut.

Untuk kawasan yang kami tinggali. Minggu kemarin. Tidak jauh dari kompleks tempat tinggal. Muncul sebuah ambulan. Memang tanpa sirene, seperti biasanya. Dia bergerak, tanpa suara, namun pasti, tampak jelas, karena warna dan identitasnya sudah jelas dan mudah dikenali. Bergerak menuju satu kawasan, entah di mana dan kepada siapa.

"aha, dia baru pulang menjemput atau hendak menjemput seseorang?" itulah pikiran para penyaksi, di tepi jalan, melihat kendaraan yang tak seorang pun berniat untuk menjadi penumpang di dalamnya.

Dalam situasi serupa itu, saya merasa ada sesuatu yang baru.

Pertama, ambulan, kendaraan khusus kesehatan ini, tidak menimbulkan kegaduhan kepada masyarakat. Tak ada sirene, tak ada tanda yang membuat orang lain, panik atau tertarik perhatiannya.

Kedua, mereka melakukanb tradisi jemput dan antar pasien. Menjemput pasien dan mengantarkan pasien ke lokasi yang dianggap aman da nyaman baginya.

Entah mimpi atau tidak, apakah tradisi ini akan menjadi sebuah bentuk layanan prima di era normal nanti ? akankah, ada tradisi pasien yang membutuhkan bantuan itu, tidak bersusah-susah untuk datang ke poliklinik, puskesmas atau rumah sakit dan berantri panjang-panjang ?

Gagasan rumah sakit berjalan, mobile hospital, menarik untuk dirancangkembangkan di negeri ini ! Ya, setidaknya, untuk jenis rawatan kesehatan dasar !