Just another free Blogger theme

Jumat, 30 Desember 2022

"hidup itu harus penuh perhitungan tapi, jadi orang  jangan itungan". Dua kalimat, yang mengandung pesan mendalam. 

Mungkin sepintas lalu, belum banyak yang bisa menerima pesan dari kalimat itu. Tetapi, jika ditelaah lebih mendalam, atau direnungkan, kita akan merasakan, pesan menarik dan perlu kehati-hatian dalam hidup dan kehidupan ini.


Adalah sebuah keharusan. Dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, kita perlu untuk merancang cara menjalani hidup dengan penuh perhitungan. Baik buruk, positif dan  negatifnya. Sebab, andai kita abai terhadap hal itu, potensial kita akan terjebak pada pemborosan hidup, dan atau tidak efektif dan efisiennya pola hidup kita di dunia ini. Oleh karena itu, hidup ini harus penuh perhitungan.

Tapi nanti dulu...!!

Minggu, 18 Desember 2022

Maroko, berhenti di posisi keempat, dalam Piala Dunia Qatar 2022. Posisi itu dipastikan, setelah mereka tunduk kepada runner up Grup F.  Skor yang terjadi saat perebutan juara 3, yakni 2-1 untuk kesebelasan Kroasia. Perebutan di posisi 3-4 ini, sangatlah unik. Karena, posisi ini diperebutkan oleh dua tim, yang berasal dari fase group yang sama. Hanya saja, posisi di group sebelumnya (group F), Maroko berstatus sebagai juara group, sedangkan Kroasia sebagai runner up.

luas biasa !


Sudah dipastikan. Kendati Maroko tidak juara. Kebanggaan masyarakat Maroko, dan bahkan euporia sejumlah negara pendukungnya, saat tim Singa Atlas ini, terjadi saat mereka lolos dari perempat final, selepas mengalahkan Portugal.

Jumat, 16 Desember 2022

Sekali lagi. Malam ini,  membaca sebuah artikel yang membicarakan mengenai sikap atau kondisi manusia. Soalnya sangat jelas, seperti halnya, yang pernah disampaikan sebelumnya di ruangan ini. Mengapa manusia tidak banyak berubah ?


Saat itu, sudah diungkapkan, bahwa kendati sudah banyak baca buku mengenai motivasi, pengembangan diri,  atau ragam bacaan lain yang serupa itu, namun, masih saja, kondisi dan keadaannya tak banyak berubah. 

Masih seperti itu !!!

Kenapa ? apa iya, hal itu menunjukkan bahwa manusia tidak bisa berubah ? 

Kamis, 08 Desember 2022

Depan monitor itu. Terdiam dan bisu. Hanya jari jemari yang terus melaju. entah apa yang ingin diungkap, selalu. Hanyalah soal waktu. 

Berjalan dalam bayangan. Mereka hanya banyak mengatakan. tentang dirinya dan kehidupan. Abai terhadap lingkungan. Entah, apa dan mengapa hal ini, mereka lakukan. 

Ketika mengadu tentang kesakitan. Atau penderitaan. Mereka hanya bilang, hal itu, adalah kejadian. Harus sabar dan tetaplah berjuang. Walaupun, mereka ulurkan tangan. Sekedar baju bekasan dan makanan.

Apakah ini, disebut sebagai empati ? saat manusia, hidup sendiri dihantam derita yang tiada henti. Mereka hadir dengan selfie. Dalihnya untuk dokumentasi. Menyebarkan informasi. Malah memancing emosi. 

Kemarin saja, terjadi ledakan. Bunuh diri di kota kembang. Kejadian yang hampir terus terulang. Tiada henti, dan tiada pernah ada alasan.

 

Rabu, 07 Desember 2022

Malam itu. Seperti biasa. belajar bersama, dalam forum aplikasi dunia maya. Kita membincangkan  masalah tulis menulis. Dan dibagian awalnya, kita membincangkan mengenai hakikat menulis.

Hakikat menulis.



Dalam perbincangan itu, disampaikan atau lebih tepatnya tersampaikan, karena muncul dan berkembang dalam sebuah dialog terbuka. Hakikat menulis, atau nilai atau fungsi menulis itu, setidaknya ada 4 point pemikiran.

Pertama, mungkin ini adalah pandangan yang paling banyak dirasakan. Menulis itu, pada dasarnya, adalah mengukuhkan pemahaman. berbagia hal yang kita tulis, dan atau bisa kita tulis, adalah sesuatu yang sudah terpahami.

eh, pernah kalian mengalami stagnan saat menulis ? 

Senin, 05 Desember 2022

Dalam satu waktu, bisa jadi kita pernah tersentak. Kaget oleh situasi dan kondisi diri kita ini. Ya, minimalnya, bertanya-tanya, mengapa kondisi kita ini, masih tetap seperti ini terus, dan terus seperti ini. Rasa-rasanya, tidak ada yang berubah. Andaipun ada yang berubah, perubahannya tersebut, sangat tidak terasa. Kecil sekali. Kata orang statistik di kampus, dulu, zaman masih masih duduk di bangku sekolahan, disebutnya perubahannya tidak signifikans.



Betul...!!!!

Begitulah, saya harus menuliskannya. Menggunakan tanda baca itu, lebih dari satu, dengan maksud, saking setujunya, dan saking benarnya pandangan itu. 

Perubahannya tidak signifikans, eh, maksudnya tidak terasa pembedanya. Kalau, hanya berubah, dari tadinya uban itu hanya ada 2 sekarang jadi ada 3, ah itulah kecil kenampakkannya. Kan, pinginnnya itu, kalau kemarin ada uban di kepala ini berjumlah 200  lembar rambut, sekarang malah kembali menjadi hitam legam. Jika demikian adanya, pasti akan terasa perubahannya. 

Signifikans.... !!!

Minggu, 04 Desember 2022

Gempa di Kabupaten Garut.  Gempa terasa sampai Kota Bandung, sekitar pukul 17.00-an. Menurut informasi, kekuatan getaran gempa yakni 6.4 M, lebih besar dibanding gempa yang terjadi di Cianjur. Beruntungnya,  gempa ini masuk kategori gempa menengah, sehingga getaran gempa yang besar itu, tidak menyebabkan kerusakan yang berat, layaknya di Cianjur.  Kendati demikian, gempa ini, masih tetap juga menyisakan trauma, kekhawatiran dan juga kerusakan baik fisik maupun psikis pada masyarakat sekitarnya.



Meminjam berita dari Republik (3/12/2022),  bahwa lempeng Indo-Australia itu memicu gempa bumi karena mengalami pergerakan geser. "Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip)," ujarnya.  Daryono mengatakan, episentrum gempa tektonik ini terletak pada koordinat 7,44° LS ; 107,51° BT, atau tepatnya berlokasi di darat wilayah Mekarmukti, Garut pada kedalaman 109 kilometer. Gempa terjadi pada Sabtu (3/12/2022) pukul 16.49.41 WIB.

Sabtu, 03 Desember 2022

Tidak semua orang, sadar dan menyadari bahwa cinta itu, sejatinya harus dilakukan secara sadar dan bertujuan.  Cinta mungkin datangnya tiba-tiba. Tetapi mencintainya, harusnya pakai logika. Jadi, kalau ada ungkapan "cinta tidak pakai logika",  kelihatannya, dia masih berada pada situasi "jatuh cinta", bukan pada tahapan fase mencintai.



Lha, apa memang ada bedanya ?

Jelas beda. 

Orang yang jatuh, pasti tidak sadar, dan tidak diinginkan.  peristiwa jatuh adalah kondisi ketidaksadaran, saat mengalami atau menjalani sesuatu. Anda terjatuh, kan tidak tidak diinginkan.  Siapapaun, yang  jatuh, baik itu dari tangga, dari gedung, atau dari kendaraan, pasti tidak diinginkan. Selain sakit dan menyakitkan, peristiwa jatuhpun, bisa menyebabkan kematian.

Tapi, perasaaan jatuh cinta itu enak dan indah ? 

Kamis, 01 Desember 2022

Sangat bisa dipastikan. Pemberitaan dan mata acara lagi banyak diperhatikan adalah Piala Dunia. Perhelatan sepakbola terbesa paska pandemi, yang kali ini dilaksanakan di Qatar. Piala Dunia kali ini memiliki daya tarik yang luar biasa, selepas masyarakat dunia dikungkung oleh kekhawatiran virus Covid-19 selama dua tahun terakhir. Karena itu, tidak mengherankan, bila antusiasme penonton, baik di langsung maupun dihadapan media, sangat terasa dan dirasakan.

Tetapi, apakah kita, pembaca adalah salah satu diantara orang yang terjebak oleh gariah massa seperti mereka ? 

Selasa, 29 November 2022

Setiap orang, tampaknya, bisa merasakan satu kondisi yang menyesakkan. Sesak karena situasi yang tidak seimbang, antara harapan dan kenyataan, antara kebutuhan dengan ketercukupan. Bila kejadian ini, datang sekali, bisa jadi, masih bisa ditoleransi, tetapi bila terjadi berulang-ulang, maka potensi mengganggu keadaan jiwa kita.


Satu dampak dan kenampakkan nyata dari situasi dan kondisi itu, adalah keluh-kesah. Keluh kesah, yaitu situasi saat emosi sudah tidak menerima kenyataan dan tidak mampu mengatasinya lagi.  Pekerjaan numpuk dan berjubel, sementara waktu mepet, dan tak ada orang yang peduli atau membantu. Sikap yang  muncul adalah keluh kesah.

Senin, 28 November 2022

"saya, masih tetap, seperti dulu. Hak bicara saya, tetap hak asasi, yang tidak bisa dibatasi oleh apapun, termasuk kekuasaan !!". itulah kesadaran yang ada dalam diri ini.

"bahkan, usia sekalipun, tidak bisa menutupi hak bicara saya.." 

Ada pengalaman unik di sore ini. Sejatinya, tidak baru. Saya secara pribadi, kerap merasakan dan menemukan teman dialog yang bertensi tinggi, dengan kekuatan argumentasi yang kadang, bisa naik, bisa turun, bisa logis, dan bisa pula emosional, bisa intelekual dan bisa juga berbasis kekuasaan.  Tensi itu, bukan hanya pada lawan dialog, tapi diri kita sendiri pun, potensial terpancing untuk sampai pada situasi serupa itu.



Membuncahlah ! kaya permen pelangi, warna-warni, dan tak sadar kerap berhampuran tak karuan, atau mungkin tak terkendalikan, baik diri sendiri maupun lawan dialog. Sekali lagi, saya sebut lawan dialog !!!

Minggu, 27 November 2022

Kadang, gak habis pikir. Mengapa kita semua ini, tidak mau berubah ? kenapa, sudah sekian lama, dan sekian kali kejadian ini terjadi, tetapi sikap kita tidak ada perubahan, masih tetap saja seperti dulu.


Heran, gusar, galau, gelisah, ketidakmengertian,  ketidakpahaman, atau pasrah. Semua itu, kerap kali menjadi satu kata ganti, untuk menggambarkan situasi dan kondisi yang ada saat ini.

Maaf, tulisan ini, tidak bermaksud untuk menjelaskan, kasus per kasus. Tulisan ini, lebih mengarah pada semua hal, terhadap sesuatu hal yang sering terjadi di tengah kita.  Bukankah kita, pernah mendengar istilah, "keledai saja, tidak terjebak dua kali pada lubang yang sama..", lha, kenapa kita, masih terjerumus juga pada lobang yang itu-itu juga. 

Kenapa ? atau, KENAPA ?!!!

(sengaja, ditulis dengan KAPITAL, dengan maksud, biar terlihat dan terasa lebih emosional).

Sabtu, 26 November 2022

Masyarakat Cianjur khususnya, Indonesia pada umumnya, tengah merasakan duka. Duka, karena gempa bumi di Cianjur, menyisakan luka lahir dan batin, serta luka ekologi yang tak terhitung nilainya. Sampai hari keenam ini, cerita berbalut derita, masih terus mewarnai pemberitaan, situasi dan kondisi dari wilayah ini.


Di media kita, ada  berita. Donasi berdatangan, dan donatur pun turut pula berkunjung. Kunjungan yang  kerap disertai dengan selfie di lokasi kejadian. 

Entahlah, apa makna selfie di lokasi ini ? ceriai di lokasi derita, atau berbagi kisah derita, dengan harap ada simpati ? banyak kemungkinan terhadap situasi dan kondisi ini.

Jumat, 25 November 2022

"dia sekarang sudah merasa lebih nyaman..." sebuah penilaian, yang disampaikannya dalam bentuk pengakuan, atas pengakuan.  Kalimat itu, kita dapatkan dari pengakuan sang Mentor, tentang adik kelasnya. Pengakuan itu, dinyatakan dengan sumringah. Sumringah sang Mentor, melihat perkembangan kebahagiaan sang adik, dalam melanjutkan kehidupan ini.

"maksudnya, apa ?" kebingungan dari seseorang yang diajak bicara. kebingungan karena belum sadar konteks. Ke mana arah bicara, dan tentang apa yang dibicarakannya.

"iya, adik kita itu, atau saudara kita ini, kini sudah nyaman dan menemukan kembali jati dirinya.." jelasnya, "setelah menikah dengan suami sambung ini, dia merasakan bahwa dirinya jauh  lebih nyaman dari sebelumnya..." paparnya.



"ya, syukurlah, kalau demikian..." komentarku, "karena memang, secara sosiologis, perempuan yang tersendiri akibat kematian suami itu, kerap kali mendapat citra dan perlakuan yang kurang baik dari lingkungan..."

"betul.." katanya.

"tapi, yang perlu diketahui, bahwa tidak semua orang memperlakukan seorang perempuan dengan penilaian seperti itu. Kematian pasangan kita, adalah kuasa Tuhan. Tidak ada orang yang menginginkannya. Kesendirian kita, akibat dari kematian, pun, adalah kuasa Tuhan. Tidak ada satu orang pun, yang bisa menghalanginya."

Kamis, 24 November 2022

Duka yang mendalam. Itulah, yang bisa kita tunjukkan saat ini. Bagi sebagian orang, tidak banyak yang bisa dilakukan, selain ucapan duka dan doa, menghadapi kenyataan yang menimpa saudara-sauara kita di Cianjur Jawa Barat.

Coba bayangkan, waktu itu belajar baru berjalan beberapa menit. Memang menggunakan pola daring, memakai aplikasi pertemuan jarak jauh. Di era ini, kita bisa menggunakna google meet, atau zoom atau aplikasi lain yang sejenis. Kami pun, saat itu, tengah menggunaknan salah satu mode pembelajaran jarak jauh era teknologi informasi.



Perkuliahan baru berjalan beberapa menit, langsung ada pesan tertulis, "maaf, saya pamit duluan, karena di sini, tengah gelisah dengan adanya gempa susulan...", ungkapnya. Saat itu, adalah 22 November 2022, sekitar pukul 19.00 WIB.

Sekali lagi. Bagi kita yang ada di tempat jauh, berjarak dari lokasi kejadian gempa Cianjur, hanya bisa merasakan duka dan melantunkan doa kepada saudara-saudara kita tersebut. 

Senin, 21 November 2022

Berita itu, sudah tentu, tidak kita inginkan. Tapi, itulah, yang terjadi di sekitar kita. Sekitar pukul 13.21 WIB, saudara kita di Cianjur, mendapat musibah. Getaran gempa, dengan kekuatan sekitar 5,6, mengguncang kawasan ini.



Getaran gempa itu, relatif  kecil. Kecil. Namun, dampak dari getaran gempa itu, sangat  memilukan. Kita berharap tidak bertambah lagi, berita mengenai korban gempa tersebut. Namun, kita ketahui, bahwa di hari pertama ini, terdata ada 46 orang meninggal dunia, dan kemudian diperkirakan ada 700 orang, yang mengalami luka-luka. 

Sabtu, 19 November 2022

“Anda tidak usah memberikan penilaian…”sergah seorang hakim. Saya pun jadi terdiam sejenak. Mata-kepalaku melirik ke kanan dan ke kiri. Seolah ingin minta bantuan, atau ingin tahu melihat bagaimana pandangan mereka tentang apa yang tengah kurasakan saat itu. Pada saat itu, pikiran pun sempat berfikir untuk mengartikan ucapannya. Hati pun sempat bertanya-tanya terhadap pikiranku sendiri, mengenai apa yang baru saja terjadi atau baru saja ku ungkapkan.



“Anda ungkapkan saja, faktanya…gak usah memberi penilaian…”tegas ulang hakim, melihat keraguan yang ada dalam diriku. Setelah mendapat penjelasan seperti itu, ‘pangacian’ (ruh-kesadaranku) kembali hadir, dan siap melanjutkan persidangan yang tengah di gelar di Pengadilan Bandung.  Kendati belum ngerti mengenai apa mungkin manusia bisa membedakan antara fakta dan penilaian ? atau setidaknya, apa mungkin saya bisa melakukan hal itu ?

Jumat, 18 November 2022

Dalam rangka merenungkan proses pendidikan di negeri kita,  studi banding itu memang perlu. Studi banding ke Negara lain. Tetapi, di zaman modern seperti ini, studi banding itu tidak mesti dilakukan seperti halnya para pejabat Negara, atau pejabat pendidikan di negeri ini. Mereka membuat anggaran besar, dengan nama studi banding untuk kemudian isinya adalah jalan-jalan ke luar  negeri. Namanya studi banding, padahal yang ada adalah studi shopping.



Studi banding di era teknologi canggih seperti saat ini mah, bisa langsung clik, langsung terjadi. Seperti yang baru saja kita lakukan.  Tanpa sengaja, sesaat ketika mencari kurikulum pendidikan geografi, rencananya sih untuk mencari kurikulum pokok geografi dan atau kompetensi dasar geografi. Namun yang terbuka malah kurikulum geografi di Finlandia.

Kamis, 17 November 2022

Kamu pernah berfikir akan menjadi seorang kondektur bis ? mungkin juga tidak pernah sedikitpun kepikiran. Wajar. Jika kamu masih berusia 15 atau 20 tahunan, dan kamu menganggap orangtua masih bisa bekerja, kamu tak akan pernah kepikiran seperti itu. Tetapi, bila tidak begitu. Mungkin juga, kamu terpaksa harus menjadi kondektur atau biasa disebut kenek. Ya kenek, pendamping supir dalam sebuah kendaraan umum.



Melihat kenyataan yang ada saat ini, seorang kenek ternyata memang tetap sebagai manusia biasa. Dalam bekerja pun, tidak bisa melepaskan diri dari posisinya sebagai dirinya, ayah, suami atau seorang kenek dalam sebuah bis. Dari kendati memang ada cerita, di dalam bis, seorang kenek bisa melupakan keluarga, atau malah mengingat-ingat keluarga terus. Dua peristiwa itu, kerap bermuncul saling bergantian.

Saat itu, kamu duduk di di bangku 3 dari belakang di sebuah bis. Perjalanan kali ini, kamu sudah jauh. Jalan rata dan halus, bukan jaminan buat telingamu bisa istirakat, dan nyaman duduk di jok bis yang kamu tumpangi. Bahkan, pada saat itu pula, telingamu tampak meruncing seolah taki-taki untuk  menyerap suara percakapan orang yang ada dibelakang.

Rabu, 16 November 2022

Tidak semua negara menggunakan konsep ‘alternatif’ dalam menyebut jenis layanan pengobatan di luar pengobatan yang dilakukan oleh teknologi pengobatan modern. WHO (2000) mencatat bahwa ‘the term compelementary/alternative/non-conventional medicine are used interchangeable with traditional medicine in some countries”. Sementara perbandingan dengan sistem pengobatan yang lainnya, WHO menggunakan konsep ‘the dominant health care system’.



Pada konteks inilah, maka rasional jika wacana ‘alternative’ dalam konsep pengobatan ini berkembangan secara cukup luas dalam masyarakat Kota Bandung. Bahkan, menjadi salah satu wacana yang berkembang dan menjadi bagian pertimbangan dalam menentukan keputusan  untuk melakukan pengobatan alternatif.

Selasa, 15 November 2022

Satu fenomena yang muncul, dan menjadi bagian dari kehidupan kita di era google ini, yakni hilangnya pemilik tunggal penafsir agama. Setidaknya, itulah yang secara empiris, dirasakan oleh masyarakat digital saat ini. Setiap kelompok, dan bahkan setiap orang, memiliki rasa sebagai pemegang 'kedaulatan" untuk menafsirkan agama. Bahkan, kerap kali, seseorang yang dianggap memiliki kredibilitas dan otoritas penafsir agama pun, kemudian, menjadi objek-kajian (untuk menyebut objek buli) oleh kalangan netizen.



Masih ingat dalam benak kita, kasus Eko Kuntadhi, yang "ngebuli" ustadzah dari kalangan Nahdhatul Ulama. Buntut dari hinaan itu, selain memancing dukungan dari kelompoknya, juga memancing reaksi dari pendukung Ustadzah Ning Imaz. Kasus pembulian kepada pemilik ootirtas penafsir agama ini, bukan hany sekali, dan juga bukan hanya kepada Ning Imaz saja. Sejumlah tokoh yang dikagumi oleh kelompok tertentu, dijadikan sasarana buli dan 'hinaan" dari kelompok lainnya.

Minggu, 13 November 2022

Kadang. Ini memang kita, terkadang, salah kaprah.  Ada sebagian diantara kita, kadang menilai kesalehan orang dari cara bicaranya. Saat, lisannya berlumuran dengan ayat-ayat agama, dan bahasanya pun, beruansa bahasa Arab, kita menyebutnya sebagai orang beragama, atau orang soleh/solehah. Untuk lebih mudahnya, sebut saja, berbahasa Arab, bagi seseorang yang beragama Islam, atau berbahasa Ibrani bagi Agama Katolik atau Yahudi.

Sejatinya, kita semua paham, dan maklum, bahwa bisa berbahasa arab, bukan berarti orang soleh. Karena, Abu Jahal, abu Lahab, dan bahkan Fir'aun pun, bisa berbahasa Arab, dan sehari-hari menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa percakapannya. Lantas mengapa kita, kerap terjebak menilai kesalehan orang, dari bahasa tutur dan kosa kata yang dituturkannya ? atau lebih subjektif lagi, mengapa kita, bernafsu untuk menghias penuturan kita dengan kosa kata bahasa Arab, dengan maksud untuk menunjukkan kesalehan diri dihadapan orang lain ?

Sabtu, 12 November 2022

 Kasus Covid-19, mulai beranjak lagi. Setidaknya itulah, informasi yang didapat dalam dua pekan terakhir.  Lantas, bagaimanakah sikap kita  hari ini ?



Andai, kita abai lagi, bukan hal mustahil, gelombang kasus ini, akan terjadi lagi. Ancaman itu, bukan sesuatu yang kita harapkan. Tetapi bukan pula, sesuatu hal yang bisa diabaikan.

Bagi kita, yang sudah membaca buku 2019-nCov, kiranya akan mendapat ketenangan diri. Pesan utama dari buku ini, sangat sederhana, namun strategis. Jangan panik !

Betul, jangan panik. Kenapa ?

 "sudah cukup banyak, buku pengembangan diri dibaca..", pikirku, "namun, kenapa, belum muncul juga tanda-tanda perubahan dalam diri ini..."


Saya tidak percaya, apakah hal ini menjadi tanda bahwa nasib ini, tidak akan berubah ? apakah, kondisi diri ini, dan juga lingkungan ini, akan tetap mengalami hal serupa ini ? dan tak akan mengalami perubahan nyata ?

pertanyaan yang berulang-ulang, dan juga diulang-ulang, muncul dan muncul lagi. Namun, sudah muncul untuk yang kesekian kalinya, namun, tanda-tanda perubahan dalam diri ini, belum tampak juga.

Kamis, 10 November 2022

 Alkisah seorang guru tengah bertanya kepada anak didik yang ada di ruang kelasnya, “Kenapa Patimura tertangkap?”  kemudian di jawab oleh seorang siswa, “takdir, pak”.

Dari sudut pandang kasat mata, penonton hanya melihat kasus  mengenai hilangnya suara ketika berbicara. Dengan demikian, produk komersial sebagaimana diiklankan TV swasta tersebut diharapkan dapat dijadikan pilihan untuk menyelesaikan masalah kesegaran tenggorokan atau volume suara. Inilah pesan pragmatis dari iklan mengenai permen atau makanan tambahan (suplemen).


Namun dibalik kasus tersebut tersirat satu “drama teologi” yang sangat mendasar dan perlu mendapat perhatian dari kalangan pendidikan, khusus ahli agama. Karena sesungguhnya, apa yang dituturkan siswa tersebut merupakan satu bentuk ekspresi mental dan kognisi dirinya  mengenai realitas. Bahkan bisa jadi,  reaksi sosial tersebut terbawa dalam kehidupan nyata di masyarakat.

 

Hirup turun ti nu rahayu,

Hurip turun ti pohaci,

 Terjemahan :

 Hidup berasal dari Tuhan

Kesegaran hidup berasal dari Pohaci

 (Sumber : Toto Sucipto, dkk. 2007:61)



 -0o0-

Sempat terbersit dalam pikiran ini, apa sih, yang ada dalam pikiran Urang Kanekes, kenapa mereka bersikap seperti yang ada saat ini, dan melakukan semua yang ada dalam Pikukuh kabuyutan ?

Selasa, 08 November 2022

Seorang gadis anggun berjilbab tengah bekerja giat disebuah taman di depan rumahnya. Ya.. sebut sajalah, gadis ini namanya adalah Nina. Nina sebagai gadis usia 18 tahunan di tahun ini, sangat lincah dan ceria. Bahkan orang-orang yang kenal dan akrab dengannya sering menyatakan bahwa kenal dengan Nina sangatlah menyenangkan selain memberikan suasana yang gembira, juga dapat diajak untuk curhat tentang hidup dan kehidupan. Maklum, Nina selain memiliki otak yang cerdas, dia juga adalah gadis yang sholeh, rajin ibadah dan mau membantu orang  lain yang suka membutuhkannya. Nina, di hari itu sedang bekerja di taman didepan rumahnya sendiri.

“Ninin…”. Itulah panggilan sayang kepadanya. Setiap orang yang telah kenal secara lebih pribadi, tidak pernah memanggilnya dengan nama Nina, namun mereka cukup menyebutnya dengan panggilan sayangnya ini. Setiap minggu pagi, Nina berusaha untuk bekerja di taman rumahnya itu. Apa yang biasa dikerjakannya ? banyak hal tentang ini.

Di taman di depan rumah ini, Nina melakukan banyak pekerjaan. Selain memnamtu orang tuanya masak di dapur, mencuci pakaian orang tua dan adik-kakaknya, juga membersihkan taman dari sampah yang membau, atau kotor di sana. Kegiatan ini, dilakukannya setiap hari sebelum berangkat ke kampus untuk kuliah.

Salah satu pekerjaan yang dia lakukan, adalah memelihara tanaman yang ada di sana. Misalnya saja, menyiram tanaman. Air yang digunakannya adalah air yang ada di sekitar rumahnya. Khususnya dari sungai. Kebetulan sekali di dekat  rumahnya itu ada sungai kecil mengalir. Air itu memang tidak bersih seperti halnya air ledeng, atau air sumur. Layaknya air sungai, tidaklah pernah ada yang bersih. Namun, ia tetap menggunakannya juga. Kemudian, si tanaman ini pun dipupuki dengan kotoran-kotoran binatang. Inilah yang oleh kelompok ilmiah disebutnya pupuk kandang, atau dalam istilah yang lainnya ada yang disebut dengan kompos. Kompos atau pupuk kandang, adalah sisa kotoran, baik itu yang berasal dari kambing, sapi atau ayam yang telah dipendam untuk beberapa hari sehingga menjadi kompos. Bau memang, tapi itu adalah sejatinya kotoran. Kotor memang, tapi itu adalah takdirnya kotoran. Nina, tidak pernah kapok menghadapi hal-hal yang serupa itu. Kendatipun seringkali, setelah bekerja di taman ini, tubuhnya belepotan kotoran dan bau. Namun, ia memiliki keyakinan tentang masa depan yang membahagiakan. Apa harapannya ?

Dalam benak Nina, pekerjaannya hari ini adalah untuk kehidupan di esok hari. Kerja keras hari ini, adalah kebahagian dan ketenangan di masa depan. Inilah salah satu cita dan harapan yang ada dalam benaknya. Dan memang itulah yang terjadi dihari-hari belakangannya. Taman yang ada di depan rumahnya begitu indah. Bunga-bunga mekar sudah, harum semerbak dengan warna-warni kembangnya sungguh sangat menyenangkan. Setiap orang yang menatapnya, akan dibuatnya terpesona, dan setiap yang mencium wewangiannya akan dibuatnya  terrenyuh bathinnya, dan setiap yang menyentuh  bunga-bunganya akan dibuatnya terayunkan  kedunia impian yang terciptakannya sendiri. Bunga ini memang indah, dan setiap insan berhasrat untuk memilikinya sendiri.

Taman itu, telah menjadi besar dan indah dalam pandangan setiap insan. Padahal, tumbuhan itu adalah tumbuhan yang dulu disirami air dari sungai dan juga dikasih pupuk  dari kotoran hewan dan sisa-sisa sampah. Bagi Nina sekarang, adalah tinggal menikmati hasilnya yang kini telah tampak di depan  mata.

 

Setelah mencermati masalah di atas, muncullah sebuah pertanyaan dasar bagi kita saat ini, yaitu pelajaran apakah yang kita dapatkan dari falsafah tumbuhan di atas ? terlebih-lebih jika kita kaitkan dengan kehidupan kita saat ini ?

Tak banyak yang ingin kita kemukakan di sini, kita hanya ingin mengemukakan satu hal saja yang berkaitan dengannya. Sebuah pelajaran tentang cara hidup di muka bumi ini.

Ibarat sebuah tanaman di atas, siramannya air kotor dan simbahannya kotoran sapi dan kambing yang setiap hari datang bertubi-tubi bukanlah sesuatu kehinaan bagi kita. Air kotor dari sungai, dan kotoran binatang yang datang, bukanlah sebuah pukulan yang mematikan bagi tumbuhan, malahan menjadi sebuah energi utama dan dasar untuk tumbuh dan meningkat kualitas hidup. Alangkah sangat disayangkannya sebuah tumbuhan yang tidak pernah disiram, dan di beri kotoran sapi. Dia akan mati secara perlahan.

Di lain pihak, aku secara manusiawi akan juga melihat kematian itu ada di depan mata, jika tumbuhan yang ada ditaman itu disiramnya dengan air soda, sirup atau coca cola. Mengapa demikian ? jawabannya karena air itu tidak cocok jika  dijadikan  untuk menyiram tanaman. Apa makna semua ini ?

Makna dasar dari cermatan kita kepada analisis ini, adalah sebagai manusia tidaklah mesti mati diledek oleh manusia dengan kotoran-kotoran apapun juga. Manusia tidaklah mesti hancur meskipun harus menghadapi kritikan dan cacian dari pihak lain. Justru sebaliknya, semakin bertumbuk kotoran sapi itu menimpa, dan semakin baunya kotoran sampah yang tiba, semakin tinggi sumber energinya bagi tumbuhan dan semakin subur tanah itu sehingga mampu menghidupkan tumbuhan itu, dan semakin besar. Dengan kata lain, orang yang sering kali dikritik, tidaklah mesti minder. Tetapi sebaliknya, mestinya mampu meningkat daya hidup dan kehidupan sehingga menjadi manusia yang berkualitas.

Kritik bagi kehidupannya, adalah pendorong untuk memperbaiki kualitas kehidupan dirinya. Kritik adalah daya pengingat akan kekeliruan perjalanan kita, sehingga kita perlu mewaspadai jalan yang salah.

Ibarat sebuah tanaman di atas, kendatipun kita disirami oleh air sungai yang kotor, dan juga kotoran sapi, kambing  dan ayam tetapi  tidak pernah terbersit dalam pikiran tumbuhan ini untuk mengeluarkan bunga, daun  atau buah yang berbau air sungai kotor, atau kotoran sapi. Tidak pernah hal ini terjadi dalam kehidupan tumbuhan ini. Justru kejadiannya sangatlah berbalikan. Tumbuhan yang dulu disirami air kotor, dan kotoran binatang kini tumbuh menjadi sebuah tanaman yang tinggi besar, dan memiliki buah yang lebat dan manis rasanya. Demikian pula dengan tumbuhan bunga. Bunga tumbuh menjadi bunga-bunga yang indah dengan warna-warni bunganya. Dan lebih hebatnya lagi, yang menikmati hasil dari semua hal itu, adalah manusia itu sendiri. Inilah yang terjadi, tanaman itu memberikan imbalan ‘emas’ kepada si penyiram dan pemupuk di masa lalu itu.

Dengan perjalanan pemikiran seperti ini, kita dapat mencatat beberapa perjalan menarik untuk kita renungkan secara seksama.

1.      Dalam ukuran tertentu, masalah penampilan bukanlah hal yang utama. Ibarat air kotor, dan kotoran sapi. Ini bukanlah sebuah ukuran yang universal untuk diperlakukan sebagai sesuatu yang kotor juga. Sebab, air kotor, dan kotoran itu sendiri ternyata memiliki fungsi yang besar bagi tumbuhan.

2.      Dengan kata lain, semua kotoran itu sendiri, bukanlah untuk memperpuruk kehidupan  tumbuhan, melainkan  mesti dijadikan pemicu dan pemacu untuk kita demi masa depan kita sendiri.

3.      Dalam konteks kehidupan sosial, kritik dan saran adalah sesuatu yang konstruktif  bagi kita. Kritik mestilah dijadikan pemicu dan pendorong bagi kita untuk tetap tumbuh, sebagaimana tumbuhnya tanaman ditaman kendatipun mesti diguyur dengan air yang kotor setiap hari.

4.      Lebih jauh dari itu, kendatipun kita diperlakukan secara seronok secara material, namun tetap kita harus mampu memberikan manfaat kepada siapapun juga yang ada disekitar kita termasuk orang  yang mengguyur kita dengan air kotoran, atau “mengencingi” nya.

            Sebuah masyarakat, akan ditandai oleh adanya budaya yang ada di lingkungan masyarakatnya. Bahkan, tak jarang jika seorang pengamat mengatakan bahwa kualitas manusia secara kolektif akan ditandai oleh mayoritas kualitas budayanya itu sendiri. Budaya yang ada di lingkungan masyarakat itulah yang akan turut mewarnai dinamika kehidupan manusia itu sendiri secara individual.

            Ada hal yang menarik dalam telaahan kaum antropologis, Ralp Linton misalnya, dia menyatakan bahwa ada relasi dan korelasi positif antara kebudayaan dengan latar belakang kepribadian. Untuk lebih lanjutnya, sebagai sebuah gejala sosial, kepribadian seseorang bisa mempengaruhi gerak dinamika perubahan  kebudayaan kolektifnya, atau  kebudayaan kolektifnya itulah yang akan mempengaruhi terhadap kepribadian seseorang. Maka tidak heran jika, seorang yang memiliki keterkekangan psikologis, akan jua mengalami keterkekangan budaya. Kelompok masyarakat yang   mengalami kultur demikian akan berbeda secara signifikans dengan kelompok masyarakat yang memiliki ruang kebebasan yang lebih luas daripadanya. Atau dengan istilah lainnya,  perkembangan kebudayaan sangat tergantung kepada tingkat kebebasan seorang anak adam untuk melakukan ekspresi dan eksperimentansi kebudayaan di lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, tidaklah mengagetkan jika antara satu masyarakat  dengan masyarakat yang lainnya akan memiliki perkembangan yang berbeda

             Sebuah perjalanan, akan menemukan salah satu halte kehidupannya. Apapun namanya, dimanapun tempatnya, kapanpun waktunya,  adalah satu kepastian bahwa perjalanan hidup akan menemui salah satu halte kehidupannya. Bahagia dan sedih, celaka dan beruntung, cinta dan derita, tangis dan tawa, merah dan hitam, hanyalah salah satu dari sejumlah halte kehidupan yang potensial dilalui oleh manusia.  Siapapun dan kapanpun mereka.

--o0o—

           Seseorang yang mengambil jalan tidur berlama-lama sebagai sebuah kebutuhan hidupnya, maka itulah halte kematian semangat hidup. Seorang guru yang kerap  memberikan pujian terhadap apa yang dilakukan sang anak sebagai pupuk semangat hidup, dan itulah halte kehidupan. Orang tua yang menghargai usaha sang anak, adalah energi kehidupan. Seorang kekasih yang menghargai pengorbanan,  merupakan sebuah pelempang jalan kehidupan, dan inipun adalah halte kehidupan.

 --o0o—

             Sukses hidup, bukan hanya kemampuan diri. Bukan pula karena kepintaran akal. Namun, dukungan moril dan semangat yang menggelora dalam jiwa insan dalam mengarungi dinamika hidup dan kehidupan.  Hilangnya energi kehidupan, hanyalah akan melahirkan kelesuan dan kematian di tengah jalan.

 --o0o—

             Lirikan mata ditengah jalan, yang menyilaukan niat dan tujuan, adalah tindakan pematahan jalan hidup yang kerap terjadi pada setiap insane. Tergoda oleh panorama alam di ufuk barat dan timur, terpesona kemilauan taman di taman tetangga, adalah pematahan jalan hidup.

--o0o—

             Orang cerdas, memiliki lisan dibelakang mata. Orang bodoh, memiliki mata dibelakang lisan.  Orang semangat, memiliki hati didepan emosi, dan orang putus asa, memiliki emosi di depan hati.

 --o0o—

Pengambilan keputusan berlandaskan pada salah satunya, tanpa memperhatikan aspek lain, adalah tindakan ceroboh dalam menumbuhsuburkan semangat hidup insan. Bahkan, tak mustahil kematian hidup kan terjadi, dikala manusia salah mengambil  kesimpulan hidup melalui pendekatan parsial.

 --o0o—

             Kebohongan adalah mental pemutus jalur sejarah dan perjalanan manusia. Melalui kebohongan itulah, manusia bisa kehilangan kesadaran dan penyadaran. Melalui kebohongan itulah, kelamnya dunia semakin dipercepat. Hanyalah kebohongan, yang mampu mengubur gemerlapnya mutiara perjalanan dan mutiara dunia. Dan dengan kebohongan pula, dedak kehidupan tampak kemilauannya di hadapan  butanya mata manusia.

 --o0o—

            Segalanya berakhir dalam sebuah titik. Hanya saja, jika titik-titik itu beruntun muncul dalam satu parade, maka yang muncul adalah hilangnya makna kesejatian hidup akibat adanya makna yang terputus, ada kata yang hilang, ada waktu yang loncat, ada hari yang tersilap. Itulah jalan hidup yang didustai oleh kesadaran manusia pembual.

--o0o—

 

20  November, 2003.

 

cinta adalah misteri indah yang tak berkesudahan, dan karena itu manusia sejagat mencari dan mencurinya, dan disanalah indahnya kita untuk saling memaknai, cinta lahir bukan karena pertemuan, namun lahir dari kemenyatuan jiwa

energi hidupku bukanlah nasi, juga bukan belati, tapi sapa dan lambaian kekasih di seberang sana, di sanalah dermaga dan lautan yang menanti, walau kusadar entah kapan kan kuhampiri

bangkitlah bunga taman, semburatkan harummu, mekarkanlah sayapmu, mentari pagi tiba tuk menyelesikkan energi juang ke dalam nadimu, bangunlah dan warnai wajah bumi yang telah tertidur panjang di masa lalu

jiwa raga ini tak lari kemana, bila memang aku adalah bagian dari hatimu, aku tak mengerti apa yang mungkin terjadi, sepenuh hatiku aku tak mengerti ?!

aku akan menanam bunga, agar setelah aku dimakamkan kau dapat memetiknya dan melepaskna rindu di taman, dan agar kau tahu, aku selalu menyayangimu ?!

 tanpa peduli ku terpaku dalam diam tak mengerti apakah untuk begini cinta dilahirkan, apakah untuk begini kita dipertemukan, semua itu adalah misteri, misteri tiada henti !!

 

nikmat kesuksesan, diukur dari nilai pengorbanan, waktu dan dapatan, bukan hanya oleh jumlah hasil

semakin tinggi hubungan antara ketiganya, semakin terasa akan kebermaknaannya hidup, dan semakin rendah hubungan antar ketiganya, hanya menggambarkan hidup manja atau menjadi objek kehidupan

 

waspadalah  !!

kejahatan bukan hanya karena nilai perbuatan itu yang jahat, tetapi karena interpretasi yang salah terhadap sebuah nilai, sehingga berbuah jahat !!!

 

Tanah pusara itu, masih terlihat basah dalam tatapan mata. Terasa dingin-dingin empuk, dalam degapan jemari lentik sang anak-adam. Bebungaan segar, menceritakan tentang kerelaannya sang karib tuk melepasnya. Harumnya mawar kematian,  menandakannya harumnya keikhlasan sanak-kadang dalam melepas-nya. Dalam pusara itu,  entah siapa, sesaat yang lalu mengucapkan salam pada benderang mentari. Entah orang mana, yang begitu berani tuk mengatakan selamat tinggal pada sang rembulan. Namun, yang pasti pusara itu, kian mengingatkan kepada setiap pejalan di muka bumi, bahwa panggilan Bunda Pusara, akan menunggu gilirannya masing-masing.

 Tak  jauh  dari tempat itu, dan memang sangat dekat dibandingkan bayangannya sendiri. Berdiri tegak kuncen, yang senantiasa menunggu datangnya peserta baru yang akan tinggal  di daerah tersebut.

 “Anakku,…apa yang kau risaukan dalam kehidupan ini ?”  sapanya dengan penuh kasih sayang.

 “Aku tidak mengerti, benarkah bahwa manusia itu kerjaannya adalah menjengkali kematian ? untuk apa semua ini dilakukan ?” tanyaku dengan rasa keherannya yang mendalam.

 Diapun terdiam.  Sambil menggerakkan kepalanya menatap bebintangan di atas langit, dia pun berjalan-jalan kecil di pinggiran  pusara yang ada di sekitar makam yang ada saat itu. Kemudian dia menatap sebuah bintang kecil yang bercahaya terang benderang. Tepat di atas pusara yang kini kami hadapi bersama, bintang itu berkerlip sedetik-demi sedetik. Dengan kesetiaannya, kendatipun cahaya mungil itu disinarkannya ke bumi, namun bintang ini setia menemani  bumi sepanjang malam.

Dalam suasana yang gelap, kutatap wajah hitam peputihan sang Kuncen itu. Tak jelas penampakannya. Hanya saja, terlihat wajahnya menyegar kembali, seolah-olah keceriaan itu baru  muncul dalam dirinya. Wajah keputihan yang semula, ketidakberdarahanyan diawal pertemuan, kini kembali ceria.   Desahan napasnya terdengar secara halus dan teratur.  Bebinarnya kelopak mata, mencerminkan  seakan-akan telah menemukan sesuatu hal yang sangat didambakannya. Entahlah, apakah bahagia karena dia menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu, ataukah dia menemukan sebuah pertanyaan yang selama ini diidamkannya. Cukup lama hal ini terjadi. Namun, tak kunjung jua menjawab pertanyaan yang kuajukan malam itu. 

“anakku,…” sapanya dengan lembut.

Tataplah bintang yang tepat ada di atas pusara ini. Cahaya itu, sangat jelas kau lihat. Cahaya itu, hanya satu diantara seribu bebintangan yang ada di ruang angkasa.  Sempat kah kita beryanya kepada mereka ? sangat jarang manusia mau bertanya tentang prinsip hidup yang dipegang oleh makhluk  Tuhan yang satu ini ? padahal mereka pun adalah salah satu isyarat kehidupan yang patut untuk dicermati, ditafakuri dan diingat oleh manusia sejagat ini.

 

Jika budaya dibesarkan oleh tingkah laku,

maka  telah menjadi robotlah ia

 

Jika budaya dibesarkan oleh harta benda,

maka telah menjadi pedagang ia

 

Jika budaya dibesarkan oleh  nurani,

maka itulah sejatinya orang berbudaya

 

menatapi  dengan emosi,

akan tampak gelap-terangnya dunia

 

menatapi dengan mata,

akan tampak merah-putihnya dunia

 

menatapi dengan hati,

akan tampak  kedamaiannya

 

Jangan tanya

Jangan tanya rumput yang bergoyang,

karena dia hanya bergerak, bukanlah menari

Jangan tatap saturnus yang bercahaya,

Karena dia hanya memantulkan, bukanlah bersinar

Jangan hirau suara ditelingamu, karena

Dengan angin dia akan akan berlalu

Ikutilah nuranimu, karena dia akan bersamamu selalu

 

 

Puisi itu

 Puisi itu, mengikat kehidupan dalam kata

Kehidupan itu, adalah puisi hidup sarat makna

hingga misteri


 

Aku ragu

Ku ragu dengan pertanyaan,

Kendati seolah kutahu jawabannya

Ku ragu dengan kalimat,

Kendati dirasa tahu maknanya

Ku ragu dengan langkah ini,

Kendati akan ada akhirnya

Kuragu semuanya itu,

Hanya ku yakin, melanjutkan langkah ini, adalah jalan menuju tujuan

 

Angin

 

hembusan lembutnya,

                   menyentuh kalbu,

                   menggetar syahdu,

                   menggoyang  sukma

 

 hembusan kerasnya,

                   mendobrak karang,

                   menggetarkan bumi,

                   menggoyangkan  langit

 

tak butuh warna,

                  namun mewarnai

 

 Garu I, Juni 2004