Just another free Blogger theme

Rabu, 31 Januari 2024

Mengenali orang masa lalu, memberi pengalaman inspiratif terkait dengan kesuksesan ikhtiar mereka dalam situasi keterbatasan. Sebut saja, misalnya, membuat peta (map). Bagaimana membuat peta dunia, saat kita tidak memilliki teknologi yang mumpuni seperti sekarang ini ?

Tetapi itulah. kenyataan. Kita mengenali ada tokoh


Yunani yang mampu membuat peta dunia. Tokoh yang satu ini, dikenali dengan nama Hecatious (hekatieus). Hekatieus hidup sekitar 550 - 475 Sebelum masehi. Saat kita hari ini, masih mengalami kesulitan untuk belajar geografi dunia, di zaman itu, Hekatieus sudah mampu melahirkan kajian Geografi Regional dan juga peta klasiknya.

Luas biasa !!

Memang belum banyak terungkap, setidaknya, bagi kita yang belajar jauh dari tempat aslinya. Mengapa Yunani begitu perkasa dalam nalar dan pemikiran, padahal hari itu masih dalam suasana keterbatasan ? 

Pertanyaan ini sangat sederhana, tetapi menjadi pekerjaan-nalar yang sangat mendasar. Setidaknya, pertanyaan ini, mengarah pada satu teori - kalau mau disebut demikian, ekologi intelektual memberi kontribusi terhadap tumbuh-kembangnya orang-orang kreatif. Tetapi, jawaban itu pun belum paripurna. Karena kita masih saja menyisakan pertanyaan, bagaimana ekologi intelektual itu tercipta, sehingga melahirkan kondisi kondusif untuk perkembangan pemikiran seperti saat itu ? Karena, rasa-rasanya, tidak mungkin ujug-ujug tercipta ekologi intelektual yang huebat, bila tidak ada proses sosial dan proses budaya yang mengarah ke situasi tersebut !!

Ada yang memberi penjelasan, dan mungkin ini, menjadi bagian penting dalam tradisi waktu itu. Adanya kebebasan berpikir di Yunani, yang menyebabkan tumbuhkembangkan filsafat atau tradisi berpikir.

Kebebasan berpikir itu, hadir dan berkembang, bisa disebabkan k arena tidak ada doktrin-dominan yang berkembang di daerah itu. Akibat ketiadaan doktrin yang berkembang itu, maka kemudian sejumlah orang yang memliki potensi penalaran melakukan pencarian yang seksama, sampai dia mengerti dan memahaminya. Dalam situasi serupa itulah, maka tradisi berpikir menjadi subur. Hipotesis kita di sini, tiadanya nalar dominan, memancing lahirnya sudut pandang yang berragam.

Hipotesis yang kedua, yang bisa menggenapkan situasi itu, adalah pembiasaan ngobrol atau diskusi. Dalam beberapa catatan yang tersedia, kita mengetaui bahwa Socrates, Plato termasuk juga Hecatious adalah orang-orang yang senang berbincang dengan orang lain, sambil menularkan pengalaman perjalanan dirinya, atau perjalanan pemikirannya.

Diskusi atau ngobrol, adalah pemawacaan pemahaman untuk meraih kematangan hasil berpikir.  Melalui tradisi serupa ini juga, maka kemiudian terbangun hasil-hasil pemikiran yang pamuncak, khususnya dalam konteks filsafat.

Apakah dua hipoetesis ini, bisa dipertanggungjawabkan ? kiranya, kita harus percaya bahwa jawaban ini pun belum paripurna. Karena, tradisi ini, banyak juga di lingkungan yang lain. China, India atau Persia adalah beberapa akar peradaban yang memiliki budaya unggul di zaman itu. Tetapi, para filosof dunia lebih banyak muncul dari Yunani, dibanding dengan kawasan lainnya. Padahal, di luar Yunani pun, tradisi berpikri sudah dikemas sedemikian rupa leluasanya.

Nah, bagaimana menurut pembaca ?

Minggu, 28 Januari 2024

masih dalam remang-remang,

angin malam pun masih datang,

cahaya siang belumlah terang

dunia masih dalam bayang-bayang

 


tiap insan menanti fajar,

untuk menebus malam yang buyar

karena dingin telah menyebar

kini hangat yang menjadi pembayar

 

Jumat, 26 Januari 2024

Saya termasuk orang yang tidak kreatif. Setidaknya itulah kesadaran diri. Maaf, sikap ini, bukan menunjukkan diri ini, sebagai orang yang minder, atau pesimis, atau berpikiran negatif. Tidak. Sikap ini, setidaknya, dilandasi oleh kesadaran diri, mengenai karakter dan kualitas diri, yang selama ini tumbuhkembang.



Lantas, apa yang menyebabkan, saya berani menulis sana-sini, tentang ini dan itu ? bukankah gejala itu, adalah bentuk dari kreativitas ?

Selain hiking, mungkin, jalan santai bersama, menjadi sebuah pilihan. Dalam jantai santai bersama ini, tidak ada aturan baris berbarisnya, atau tidak ada aturan kapan mulai, kapan berakhir, dan darimana titik mulai, atau di mana titik pemberhentian. Semua hal itu, hampir dipastikan tidak ada. Hal yang ada, adalah semangat-kolektif antar peserta untuk menjaga dan meraih kebugaran. Hanya itu. Tidak lebih, dan tidak kurang.


O iya, pernahkah kalian melakukan jalan santai seperti ini ?

Sudah tentu. Memang ada jalan santai yang dilombakan, sehingga, sejumlah peraturan yang tadi disebutkan itu, tampak formal dan berlaku. Sementara, sebagian besar jalan santai yang lainnya, sifatnya sukarela. Seperti yang dialami dan dirasakan oleh beberapa orang, anggota warga di kompleks perumahan, atau pedesaan.

Rabu, 24 Januari 2024

Pernah melakukan kegiatan hiking ?

Iya, betul, kegiatan mendaki gunung. Aktivitas ini, biasa dilakukan banyak orang, anak muda, atau atau kalangan tua. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan petualangan, dan hiking, kegiatan ini akan menjadi kegiatan rutin dalam hidupnya. Kegiatan hiking, adalah kegiatan yang indah, menyenangkan, dan menggairahkan. Pastinya, kita, semangat untuk menjalani kegiatan seperti ini.



Untuk bisa menempuh perjalanan pendakian, seorang pejalan, akan menentukan lokasi perencanaan dan titik keberangkatan. Di sinilah, seni dan ilmu perjalanannya.

Apa makna pengalaman ini, dengan praktek diri sebagai seorang therapis, atau seorang pendidik, atau seorang komunikator sosial di tengah masyarakat ? adakah pengalaman seperti ini memberikan inspirasi positif bagi kita ?

-0o0-

Senin, 22 Januari 2024

Tidak semua orang bisa membuat pertanyaan. Atau, tidak semua orang bisa bertanya, apalagi kalau bertanya-tanya, dan mempertanyakan. Tidak semua orang bisa melakukan hal demikian. 

Lha, mengapa demikian ?

Pengalaman sebagai tenaga pendidik. Bila sudah menjelaskan sesuatu hal dihadapan peserta didik, dan kemudian mereka diberi kesempatan bertanya, maka banyak pengalaman yang terjadi itu, adalah 'sepi'. Sepi pertanyaan. Bahkan, andaipun ada anak yang mengajukan pertanyaan, kualitas pertanyaannya pun, standar, biasa saja, belum sampai pada tingkat kritis. Bentuk pertanyaannya, masih sangat sederhana, misalnya dalam bentuk "apa, mengapa, contohnya apa?" atau sejenis pertanyaan serupa itu.





Pengalaman beberapa hari lalu, terjadi pula di sebuah forum online. Saya mengikuti kegiatan webinar, online. Sejumlah peserta adalah profesional, bahkan banyak yang bergeral sarjana dan lebih dari sarjana. Uniknya, selepas si presenter menyelesaikan tugasnya, dia pun mengajukan kesempatan kepada peserta untuk diskusi atau tanya jawab. 

Apa yang terjadi ? 'sepi'. Sepi pertanyaan. Andaipun ada yang dipaksa memberikan komentar, maka diapun lebih banyak menyampaikan paparan pandangannya, dan tidak menyampaikan pertanyaan atau mempertanyakan gagasan yang disampaikan oleh pemapar terdahulu.

Mengapa menyusun pertanyaan itu sulit ? atau, mengapa tidak banyak orang bisa membuat pertanyaan ?

Di sinilah, kita bisa menemukan satu kondisi faktual dalam kognisi kita. Kondisi yang dimaksudkan itu adalah faktualnya, tidak bisa membuat pertanyaan, kalau tidak berpikir. Tidak bisa menyusun pertanyaan, kalau kita tidak memahami sesuatu. Orang yang bisa bertanya, adalah orang yang bisa memahami sesuatu, walaupun mungkin baru sebagian. Karena baru paham sebagian, maka sebagiannya lagi, kemudian diajukan dalam bentuk pertanyaan. Atau, kalaupun sudah paham, namun untuk mendapatkan keyakinan terhadap pemahaman yang dimilikinya, maka dia mengajukan pertanyaan sebagai bentuk konfirmasi. Dengan demikian, jelas dan tampak sudah bahwa bertanya itu pada dasarnya adalah berpikir.

Dengan penegasan ini pun, kita sudah memosisikan diri, bahwa orang yang menganggap bahwa penanya atau orang yang bertanya, sebagai orang yang kurang cerdas, adalah keliru. Jika ada orang yang mengatakan bahwa yang tidak bertanya lebih paham dari orang yang bertanya, adalah juga keliru, karena bisa jadi, orang bertanya, jusrtu adalah orang sangat paham masalah, namun kemudian dia bermaksud untuk menemukan konfirmasi dan pemastian terhadap masalah yang sedang dipelajarinya.

Kamis, 18 Januari 2024

 Seorang muslim, di setiap harinya berharap mendapat petunjuk dari Allah Swt. Setidaknya, hal itu ditunjukkan dengan pelantunan ayat dalam surat al-Fatihah, ayat 6-7.

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ٦ صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ ٧ ( الفاتحة/1: 6-7)

Bimbinglah kami ke jalan yang lurus,  (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat. (Al-Fatihah/1:6-7)

Tetapi memang, masih banyak pula, umat Islam yang gamang, dan tidak mengetahui jalan petunjuk tersebut. Banyak yang masih belum paham, model hidayah yang Allah Swt sediakan, sehingga memudahkan manusia untuk mendapatkan, merasakan, dan menjalankannya.


Senin, 08 Januari 2024

Presiden Venezuela, Hugo Chavez, kalah dalam pemungutan suara yang ketat pada referendum yang akan memberikan kekuasaan baru kepadanya dan menghapuskan pembatasan masa jabatan pemerintah sayap kirinya. Badan Pemilihan Nasional, Senin (3/12/07), mengatakan kelompok yang menolak meraih 51 persen suara sedangkan dengan kelompok yang setuju yang pro-Chavez memperoleh 49 persen suara. Kekalahan Hugo Chavez di Venezuela dari masyarakatnya tentang referendum dokumen pengangkatan dirinya sebagai presiden seumur hidup, menarik untuk dicermati dengan baik.  Dari pelajaran dan sejarah Chavez dapat dilihat satu gerak perubahan nyata mengenai perhatian dan aspirasi manusia.


Tepat kiranya, bila ada pihak yang mengatakan bahwa Venezuela bukanlah stereotype yang ideal mengenai masyarakat sosialis dengan ideologi sosialis. Masih ada masyarakat lain yang bisa dikategorikan lebih relevan untuk dijadikan referensi kajian mengenai tumbuhkembangnya ideologi sosialisme di dunia. Namun dengan alasan (a) Presiden Chavez merupakan salah satu presiden yang sempat populer di awal millenium III, khususnya ditandai dengan keberaniannya melakukan perlawanan terhadap hegemoni Amerika Serikat, (b) masyarakat Venezuela masih berada dalam suasana euporia politik dan mendamba satu tatanan politik yang baru. Selain kedua alasan tersebut, Chavez memang secara terang-terangan dan terbuka untuk mengantarkan negaranya menuju masyarakat yang sosialis. Ketiga alasan inilah yang dijadikan sebagai asumsi untuk menjadikan peristiwa tersebut sebagai salah satu bagian dari analisa mengenai kebutuhan bangsa kita (Indonesia) ke masa depan.

Minggu, 07 Januari 2024

Kalau kita saksikan bersama. Di jalan raya itu, banyak orang yang mengendarai kendaraan. Sebut saja, kendaraan roda dua motor. Kendaraan-kendaraan itu, ada yang melaju kencang, dan ada yang melambat, atau dengan kecepatan biasa-biasa saja.

Perhatikan dengan seksama. Sebut saja, untuk sekedar jenis motor tertentu, yang sama dengan kita. Honda suprafit, misalnya. Di jalan raya itu, ternyata ada yang melaju sangat kencang, lebih kencang dari kita, walaupun mungkin juga ada yang lebih lambat dari kita.



Mengapa hal itu terjadi ? motor sama. Jalur jalan raya sama. Bahan bakarnya sama, bahkan bisa jadi, tahun pembuatannya sama, tetapi mengapa mereka bisa lebih cepat dari kendaraan kita ? mengapa ada orang yang berada pada posisi di depan, di tengah, dibelakang atau malah jauh tertinggal sekali ?!

Jumat, 05 Januari 2024

Ini adalah sekedar kisah. Kisah seorang anak, yang tengah bermaksud untuk mencari pengetahuan. Di lihat dari lokasi, tidak jauh dari ibukota Jawa Barat. Masih di Bandung. eh,maaf, dianya sendiri sebenarnya, tinggalnya di Kabupaten Bandung, jadi berbeda administasi dengan penulis ini. Namun, kendati berbeda secara administrasi, kalau sekedar di lihat jarak, ya, tetanggaan. Ibarat kata, kaki kanan di Kota, kaki kiri di Kabupaten. Hal itu terjadi karena, pemisahan ini hanya pada satu kampung saja.



Tetapi, yang menjadi sualan adalah saat dia bermaksud belajar di madrasah kami di sini, ternyata, ada kisah yang menarik. Mengapa pilih madrasah ini ?

Pertanyaan sederhana, dan dijawab dengan singkat, "banyak kendaraan yang bisa dipakai." Mungkin maksudnya itu, dia bisa milih-milih kendaraan yang bisa digunakan untuk tranportasi ke sekolahnya. Dia bisa naik motor sendiri, sepeda, ojeg, angkutan umum, atau angkutan kota, bahkan dengan jalan kaki pun bisa. Perbedaan pilihan cara itu, hanya akan membedakan masalah pengorbanannya saja, baik pengorbanan materi maupun tenaga dan waktu.

Betul. Jadi  masalah keterjangkauan itu, ternyata ada empat pokok yang bisa dijadikan bahan pertimbangan.

Pertama, saluran transportasi. Ada berapa banyak alternatif saluran transportasi yang bisa mengantarkan seseorang ke satu lokasi. Semakin banyak, semakin tinggi nilai keterjangkauannya. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit semakin rendah nilai keterjangkauannya. Mungkin untuk gaya-gayaan, dapat disebutnya indeks keterjangkauan dipengaruhi oleh jumlah saluran transportasi.

Kedua, bukan hanya salurannya, tetapi moda transportasinya. Mungkin jadi, jalan raya cuma ada satu, tetapi untuk sampai ke satu lokasi itu, kalau bisa menggunakan banyak alternatif maka akan meningkatkan indeks keterjangkauan. Sebut saja, jalan toll ada, tetapi sepeda dan beca tidak bisa lewat ke saluran tersebut. Indeksnya dapat disebut rendah.

Ketiga, nilai pengorbanan. Nilai pengorbanan itu, bisa berupa materi, waktu atau biaya operasional. Mungkin jaraknya dekat, hanya 5 km, tetapi kalau moda yang digunakan harus pesawat terbang, dengan biaya mahal, maka indeks keterjangkauannya rendah, dan hanya bebeapa orang yang bisa mengaksesnya.

terakhir, dampak akhir. Tindakan manusia kerap menggunakan ukuran efisiensi dan efektivitas untuk mengukur kebutuhannya. Demikian pula dengan keterjangkauan. Jika biaya mahal, dengan hasil yang kecil, akan mengurangi indeks keterjangkauan.

bagaimana menurut pembaca...!


Kamis, 04 Januari 2024

Entahlah, apakah tulisan ini, menjadi bagian dari curahan hati pribadi atau menjadi sebuah tantangan masa depan. Tetapi, setidaknya, bagi teman-teman muda, yang tengah menggandrungi ragam aplikasi berbasis AI, mungkin ada yang sudah merasakannya, atau mungkin juga ada yang belum tersadarkan. Ternyata, saat kita, tengah menggunakan aplikasi di dunia digital dengan basis AI itu, ada jarak kompetensi antara kita dengan AI (artificial intelligence).

Memangnya bisa dibandingkan ?

Tidak. Kita tidak bermaksud untuk membandingkan. Karena, andai dibandingkan pun, sudah tidak sebanding.  Sangat tidak sebanding. 


Ilusi Optik Karya Digital
(sumber : pribadi, bing.com)

Perhatikan saja, kejadiannya. Saat kita menggunakan aplikasi Bing.com, atau Leonardo.ai, atau midjourneyai, maka aplikasi-aplikasi itu dapat membuat sebuah foto atau lukisan dengan waktu hitungan detik. Bahkan, membuat video pun, dalam waktu hitungan detik. Atau, saat membuat naskah pun, hanya dalam waktu hitungan detik. Waktu yang dibutuhkan oleh mesin AI itu, sangat cepat dibandingkan dengan kemampuan manusia mengerjakan hal serupa.

Sebagai orang yang terbiasa menulis, saya pun, kelabakan. Hanya untuk menulis artikel pendek di blog ini saja, bisa menghabiskan waktu puluhan menit. Sementara Chat GPT, dapat  melakukannya hanya dalam waktu hitungan detik.

Lha, kalau demikian adanya, maka mana mungkin kita bisa membandingkan antara kompetensi kita, dengan aplikasi betbasis AI.

Rabu, 03 Januari 2024

Siang. Sekitar pukul 10.00 WIB. Kami, harusnya pulang bersama dengan yang lain. Selepas mengikuti kegiatn bersama di kantor kementerian, kami bermaksud untuk pulang. Sayangnya, satu diantara sekian teman-teman yang hadir saat itu, mengalami musibah kehilangan kunci motornya. Sudah dicari ke sana kemarin, namun tak kunjung ketemu juga.



Pertengahan kisah, ada usulan untuk segera menghadirkan ahli reparasi kunci motor. Maka tidak butuh waktu lama, hal itu pun diterima dan dilaksanakan. Maka, kemudian, beberapa menit berikutnya, seorang penjual jasa perbaikan kunci motor pun, sudah hadir dan ada di tengah-tengah kami semua. Eh, kami bertiga, karena teman-teman yang lainnya, sudah pada pulang.

Senin, 01 Januari 2024

Sudah pernahkah masuk ke aplikasi AI, dengan kekhususan mengubah teks menjadi gambar, sebut saja, misalnya bing.com?

Ok. Kalau sudah pernah, menunjukkan pembaca adalah satu diantara penghuni generasi milenial, warga digital asli. Ori. Hal itu, setidaknya, karena ditandai oleh kehadiran pembaca dalam setiap perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence).


Ilustrasi Karya DIgital dari Prompt Yang Sama
(sumber : bing.com)

Saat  kita memanfaatkan aplikasi bing.com, mungkin banyak diantara kita yang asyik, seksama, khusyu dan juga merasa berkembang kemampuannya. Khususnya, kemampuan dalam memproduksi karya-karya digital visual. Hanya dalam waktu hitungan detik, seseorang bisa membuat karya digital yang 'setidaknya', belum tentu bisa dilakukan bila menggunakan model yang konvensional.