Just another free Blogger theme

Sabtu, 06 April 2024

 Pilihan kata. Inilah hal penting yang perlu dimiliki oleh seorang pembicara, penutur, guru, ustad, atau orangtua. Kemampuan ini, bukan saja bermanfaat bagi si penuturnya, tetapi juga bermanfaat dalam menjaga kerukunan di tengah keluarga dan masyarakat.



Ah, rasanya, kalimat seperti itu, sangat biasa, dan sudah basi. Tetapi, akan menjadi menarik rasanya, bila kita mengingat sebuah contoh.

Selasa, 02 April 2024

Emang sulit, berdiskusi dengan orang yang berpikiran rumit. Atau mungkin juga, kerana kemampuanku inilah, yang tidak mampu menangkap maksud dan tujuan, serta pesan yang disampaikan orang lain, sehingga, diri ini tidak mampu menangkap pesan yang disampaikannya. Malahan, pada ujungnya, kemudian mengambil kesimpulan, bahwa lawan bicara itu, berpikiran rumit !


Padahal selama ini, saya sendiri berpendapat bahwa yang paling sulit, yaitu berpikiran rumit. Berpikir rumit itu sulit. Harus nyambung sana, ngait situ, nyentuh ini, nyenggol sona, dan lain sebagainya. Sulit dilakukan, dan tidak mudah dipahami oleh banyak orang, atau lawan bicara. 

Minggu, 31 Maret 2024

"luar biasa".  Ungkapan ini, rasanya perlu disampaikan. Sebuah pengakuan dari diri sendiri, terhadap seseorang yang selama ini, dianggap biasa saja. Membaca al-Qur'an tidak istimewa, penampilan standar, gaya hidup sederhana, dan pekerjaan tidak menggiurkan  banyak orang. Kehidupan sehari-harinya, normal, sama dengan yang lain, pada umumnya.


Lantas, mengapa, saya harus mengatakan luar biasa ? 

Inilah soalannya.

Selama ini. Orang yang tampil di mimbar keagamaan, khususnya khutbah tarawih itu adalah ustadz, atau yang dianggap ustadz, atau yang dipaksa seperti ustadz. Apapun istilahnya, orang yang tampil di mimbar itu, pastinya adalah orang yang dipersepsi sejumlah orang sebagai orang yang mampu berbicara masalah agama, dan keagamaan, serta pandangannya patut untuk didengarkan.

Jumat, 29 Maret 2024

Tampak percaya diri dan gagah. Tampil di atas podium. Anak dibawah usia, masih sekolah. Seorang siswa disebuah madrasah. Berdiri di podium, dan memaparkan pandangannya mengenai salah satu ayat yang ada dalam kitab suci Al-Qur'an. 



Penampilan yang menarik, dan penuh rasa percaya diri, menarasikan makna pada penggalan kalimat pertama. "bertaqwalah sekuat kemampuanmu..". Kemudian, sang penutur memberikan penjelasan tegas, tentan pentingnya ibadah semampumu, bukan semaumu.

Senin, 25 Maret 2024

Masih jarang, orang mencoba melakukan analisis feminis terhadap kegiatan atau kelakuan umat Islam di masa ramadhan. Entahlah, apakah karena fenomena ini kurang menarik, atau kita masih abai terhadap fenomena sosial yang terkait denagn gejala sosial ini. Padahal, fenomena sosial ini cukup memberikan inspirasi untuk memahami kelakuan sosial masyarakat, khususnya dalam perspektif Geografi Agama. 


Ya, sekali lagi, kita akan mencoba melakukan pengamatan terhadap kelakuan masyarakat Islam di sekitar kita (eh... di sekitar penulis maksudnya). Pisau amatan kita, yaitu menggunakan sudut pandang kefeminisan dalam kajian Geografi Agama.

Sabtu, 23 Maret 2024

Ramadhan masih terus berjalan. Setiap muslim, masih tetap teguh, konsisten atau komitmen untuk menjalani ibadah shaum di bulan Suci Ramadhan tahun ini. Setidaknya, itulah yang kita rasakan, di anggota  keluarga kita.

O, iya, mungkin, ada satu atau dua orang yang sudah mulai berguguran. Berguguran dalam pengertian karena hukum alam, atau seleksi alam. Di sebut hukum alam, karena kaum ibu atau perempuan ada yang menjalani siklus biologis bulanannya, menstruasi, yang  menjadi alasan-hukum untuk tidak menjalani shaum Ramadhan. Sementara, ada pula yang sebagian lagi, karena seleksi alam. Mulai lesu, lemah, dan atau tidak bergairah lagi dalam mengisi ramadhan, sehingga banyak yang bocor di tengah jalan.

Kamis, 21 Maret 2024

 Hal menarik yang perlu dikaji dan dicermati bersama, Ramadhan mengajarkan kepada kita mengenai perubahan perilaku. Tidak berlebihan, bila kemudian ada yang menyebutnya sebagai bulan belajar atau bulan pendidikan (syahru tarbiyah).

Proses pembelajaran yang terjadi itu, diantaranya adalah melakukan perubahan pola hidup. Untuk sekedar batasan-masalah, yang dimaksud dengan pola hidup adalah perilaku seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Misalnya, pola makan, pola tidur, pola belajar dan  lain sebagainya. Dengan kata lain, pola hidup itu lebih mengacu pada teknik atau cara seseorang dalam mengatur waktu hidup hariannya.


Sudah tentu. Kita akan bisa melihat kenampakkan sosial yang unik. Pola hidup ini, dijalani secara berbeda, antara satu orang dengan orang lainnya, antara hari lalu dengan hari-hari di bulan Ramadhan.  Seseorang yang terbiasa memiliki pola makan 3 kali sehari, kini diubah polanya menjadi dua kali sehari. Pola makan itu pun, kemudian waktu makannya pun diubah, menjadi waktu sahur dan buka.  Hal serupa itu, masuk dalam kategori perubaha pola hidup.

Cerita ini, lebih diinspirasi oleh fenomena kebiasaan seorang pegawai di tempat kerja. Seperti yang penulis alami, atau jalani selama ini. Dalam posisi minimalis, penulis sekedar seorang tenaga pendidik di sebuah lembaga pendidikan. Status dan posisi ini, tiada beda dengan  kebanyakan orang di sekitar kita. Hal yang mungkin membedakan adalah tempat kerja. Ada yang di kantoran, pabrikan, rumah sakit, atau persekolahan. Tempat kerja penulis, adalah yang disebutkan terakhir tadi.

Sekali lagi, mungkin kebanyakan diantara kita memiliki status yang sama. serupa ini. hanya berbeda lingkungan kerja, atau tempat kerjanya. Oleh karena itu, refleksi atau renungan pagi ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai sebuah cermin belaka, dan bukan dalil atau hukum-kehidupan. Dengan dijadikannya sebagai cermin budaya kerja, lebih lanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan renungan dalam mengevaluasi atau menelaah berbagai hal yang terjadi di sekitar ini.

Selasa, 19 Maret 2024

Salah satu tujuan dari amaliah Ramadhan, adalah menciptakan lingkungan dan kelakuan hidup menuju kualitas hidup yang utama, atau disebut takwa.  Penjelasan ini, sudah biasa dan kita simak bersama, dalam kehidupan sehari-hari, khususnya selama bulan suci Ramadhan.



Sebagai bagian dari sebuah proses menakwa, memang tidak sederhana, dan juga tidak mudah. Hal ini, bukan karena derajat ketakwaan sebagai sesuatu yang mustahil, namun lebih disebabkan karena bersifat dinamis, dan proses. Derajat takwa bukan sesuatu yang statik atau stagna. Derajat ini, memiliki karakter yang sangat dinamis.

Minggu, 17 Maret 2024

Mohon maaf. Di sini, akan memanfaatkan teori kebutuhan dari psikologi, khususnya Maslow.  Abraham Maslow (1908-1970) adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori kepribadian. Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hierarki kebutuhan manusia.

Teori ini, kadang disebut teori psikologi mengenai kebutuhan dasar manusia, atau teori dasar tentang motivasi. Anak-anak generasi kemarin, sudah tentu biasa menyebutnya sebagai teori kebutuhan dasar (basic needs) manusia. 

Lantas, bagaimana dan apa hubungannya dengan gangguan setan kepada manusia, khususnya di bulan suci Ramadhan ini ?

Pertama, kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan fisiologis (biologis), seperti makan, minum, tidur , pakaian dan kebutuhan biologis. Terkait hal ini, setan melakukan ujian dan penggodaan berbasis kebutuhan dasar. Misalnya, dengan memberikan asupan pemikiran rasa dan emosi untuk lapar, dan haus. Godaan inilah, yang menguat dan sangat besar dirasakan oleh anak-anak pemula di bulan Ramadhan.

Hari-hari pertama menjalani puasa, sangat terasa. Lapar, haus, atau dahaga. Tidak jarang, yang kemudian di tengah perjalanan puasanya, memutuskan untuk buka puasa, bocor atau tidak kuat menahan godaan. 

Sabtu, 16 Maret 2024

Membahas masalah sunnah, setidaknya ada tiga kategori makna yang tumbukembang di tengah Masyarakat.  Pertama, sunnah adalah sumber rujukan kedua dalam ajaran Islam. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Aku tinggalkan di antara kalian dua perkara, yang kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. Karena itu, meminjam istilah Nurcholish Madjid (2012:3161) kadang ada pencampuradukkan pemikiran saat menyebut sunnah. Di tengah Masyarakat kita, kadang menyamakan kata sunnah dengan hadits. \


Kedua, sunnah  diartikan derajat hukum, yakni dibawah wajib, diatas mubah. Karena itu, ada sebutan amalan sunnah dan amalan wajib serta amalan mubah.  Shaum Ramadhan adalah shaum wajib, sedangkan shaum senin – kemis adalah puasa sunnah.

Jumat, 15 Maret 2024

"di surga, setiap keinginan manusia akan dapat dengan mudah terwujud. Jangankan yang diminta, sesuatu yang tersirat dalam hati pun, akan dapat terwujud dengan seketika.." itulah, ucapan ustad di mushala pinggiran rumah. Disampaikan subuh ini.



Saya tidak bermaksud untuk menelaah rujukannya. Namun, ingin menyampaikan pikiran dan rasionalisasinya.

Pertama, jika memang penjelasan itu dianggap benar, maka soalan mendasarnya itu adalah, akankah seseorang yang sudah di surga masih memiliki keinginan terhadap sesuatu ? bila seseorang memiliki keinginan tentang sesuatu, hal itu menunjukkan bahwa dirinya ada dalam keadaan posisi sedang faqir (kekurangan). Dengan kata lain, apakah seseorang yang sudah ada di surga, berada dalam posisi faqir ? 

Kamis, 14 Maret 2024

Sekali lagi, manusia dapat disebut sebagai homo-clamantis, hewan yang suka menangis.  Kemampuan menangisnya manusia,  ternyata tidak bersifat homogen dan bukan hal yang sederhana. Setidaknya, itulah yang bisa tampak dalam kelakuan manusia di sekitar kita. Karena itu, adalah keliru, bila memberikan penjelasan yang sifat generalis, bahwa menangis itu sebagai bentuk-kesdihan, keperihan, atau kepedihan.


Benar, seseorang menangis itu, bisa disebabkan oleh salah satu dari masalah yang disebutkan tadi. Seseorang bisa menangis karena merasa sedih, yaitu merasa tidak beruntung, merasa tidak berdaya, atau bentuk lula emosi yang dirasakan seseorang. Penyebab luka, bisa terjadi karena ditinggalkan orang yang sangat dicintai, atau gagal dalam meraih cita-cita. Semua itu, dapat menyebabkan seseorang menangis.

Rabu, 13 Maret 2024

Di sela-sela agenda yang diinginkan, kerap datang rasa ingin malas. Malas mikir. Malas menulis. Malas ngomong. Malas mengetik. Ah, pokoknya malas. Itu saja yang terasa, dirasakan dan dipikirkan. Ada rasa ingin malas, dan menghentikan kegiatan rutin kemarin yang membosankan.

Bisa jadi, teman-teman yang lain, pun, pernah merasakan hal itu. Ada rasa malas. Diri ini, malas untuk melakukan sesuatu. Sama dengan kelakuan anakku yang paling mungil, si bocil yang malas sahur di bulan suci Ramadha. Padahal, sehari sebelumnya, dengan gagah berani mengatakan ingin belajar puasa di bulan Suci Ramadhan. Tetapi, di pagi hari ini, dia mogok lagi, dan mengumbar kata yang tidak jauh dengan perasaan kita saat ini, "malas sahur. Malas minum. Pengennya memejamkan mata terus..".


Seperti yang juga disampaikan Bertrand Russel (terj. 2020), memberikan opini mengenai pentingnya menyanjung kemalasan. Hal ini penting dilakukan, karena ada pemikiran yang kurang tepat  dan perlu dikritisi yakni terkait memuja dan memajukan nilai kerja. Padahal di sisi lain, pemuja kerja adalah orang yang terjebak pada penjara kapitalis dan obsesi kematerian. Pemuja kerja keras, adalah orang yang didorong oleh hasrat materi dan kadang berisi keserakahan terkait dengan masalah keduniawian.

Selasa, 12 Maret 2024

Agak pahit  menuliskan kalimat ini. Rasa-rasanya gak enak di lisan, tapi menggelitik di pikiran. Tersirat dalam tulisan, dan terbersit dalam pikiran, kalimat ramadhan sebagai pesta dramaturgi masyarakat.



lha kok bisa ?

Untuk memudahkan memahami kasus ini, kita pinjam dulu istilah dramaturgi, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Erving Goffman (1959). Menurut pendapatnya, drama atau teater  memiliki makna yang sama dengan kehidupan masyarakat. Dalam pemahaman  lain, kehidupan di masyarakat pun, tidak jauh berbeda dengan sebuah teater atau drama, yang boleh jadi dapat disebut teater kehidupan atau drama kehidupan. Setiap orang, memainkan perannya masing-masing, khususnya dalam melakonkan kisah dan cerita dalam satu fase kehidupan tertentu.

Senin, 11 Maret 2024

Apakah ini kebetulan, atau sebuah jalan hidup. Hari pertama, tertarik kembali untuk membaca nasihat Ibn Arabi kepada anak-anaknya, atau murid-muridnya. Terjemahannya. Tetapi, terjemahannya pun menarik, dan mudah dipahami. Eh, maksudnya, menarik untuk dipahami, walaupun kajiannya sangat mendalam dan luarbiasa. 


Teman-teman yang lain, pembaca ilmu keagamaan (khususnya Islam), mungkin sudah kenal dengan karakter tulisan Muhyiddin ibn 'Arabi. Saya sendiri, tidak banyak referensi yang pernah terbacanya. Tetapi untuk kali ini, buku tipis, dan praktis, sangat mengenai rasa dan pikiran ini.

Minggu, 10 Maret 2024

Ada keraguan dalam memulai Ramadhan ? semoga saja, tidak. Andaipun, ada diantara kita yang merasakan hal itu, khususnya karena ada perbedaan waktu memulai ramadhan, maka hal itu adalah wajar. Bukankah, dalam kehidupan beragama di negeri kita ini, sudah biasa mengalami perbedaan sikap dalam menjalankan praktek keagamaan ?


Dialektika atau diskusi pakar dan pemikiran mengenai kapan memulai ramadhan, sudah lama menjadi bahan perbincangan pada ulama. Perbedaan mazhab pemikiran itu, sudah tumbuhkembang dengan baik di negeri kita. Tetapi, memang tidak semua orang paham, apa sisi soalan pokok, menyebabkan hal itu berbeda-beda ?

Sabtu, 09 Maret 2024

Kejadian ini, sering terjadi. Minggu ini, anakku yang kedua, dengan teman sekelasnya, mengikuti program sekolahnya. Melakukan perjalanan ke luar kota. Judulnya, jelas pembelajaran di luar kelas. Tetapi, bahasa anak-anaknya, tetap sama, tak berubah dari dulu, hingga sekarang ini, piknik atau study tour.

Sebenarnya, perjalanannya tidak jauh. Masih dalam propinsi. Waktunya pun, tidak lama, hanya satu hari.  Kegiatannya pun, tidak aneh-aneh, yakni jalan-jalan ke tempat belajar (tempat wisata).  Seperti itu, dan biasa seperti itu, sebagaimana yang dilakukan oleh keumuman sekolah-sekolah yang melakukan wisata ke luar kota, dengan mengatasnamakan praktek pembelajaran di luar kelas.

Selepas study tour itu, anakku tumbang. Kelelahan. Istirahat seharian. Tidur seharian. Cape, lelah, lemes, katanya. Mungkin, kejadian itu, tidak sedikit orang yang merasakan. Pengalaman waktu di sekolah pun, beberapa bulan sebelumnya, sejumlah anak yang baru saja pulang dari study tour itu, di hari berikutnya yang sejatinya harus masuk sekolah, eh, malah pada bolos. Dengan alasan yang sama dan serupa, "cape, baru pulang study tour.."

Senin, 04 Maret 2024

Mungkin tidak banyak yang sadar. Bahwa ada perbedaan nyata antara kebenaran dengan kewenangan, atau otoritas dengan intelektualitas. Dua hal itu, merupakan dua sisi yang berbeda, walaupun dalam kenyataannya, kadang bercampur, saling melenegkapi atau menggenapkan, tapi tak jarang pula ada yang saling membunuh. Otoritas membunuh intelektualitas, atau intelektualitas membunuh otoritas. Bergantung situasi dan kondisi kesadaran publik, saat menghadapi kenyataan tersebut.


Pada saat, masyarakat hilang keberanian. Berani bicara, berani bertanya, berani  meluangkan waktu untuk peduli, maka otoritas dan intelektualitas, dicampukan dalam satu warna. Bagi mereka, kebenaran dan pembenaran, adalah dua hal yang sama, bisa hadir dalam diri seseorang, dan dianggapnya sebagai sebuah kewajaran.

Sabtu, 02 Maret 2024

Emosi. Setiap orang memiliki potensi dan nilai dasar emosi. Justru, bisa jadi, dapat dikatakan, salah satu kekhasan manusia sebagai makhluk Tuhan, adalah karena ada emosi. Sementara, makhluk yang lain, seperti hewan dan tumbuhan, tidak memiliki emosi. 


Tumbuhan tidak memiliki emosi. Tetapi, tumbuhan memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Sensibilitas tumbuhan itu, kemudian dikenalinya sebagai iritabilitas, atau reaksi biologis tumbuhan terhadap perubahan lingkungan, baik berupa sentuhan sentuhan, cahaya, gravitasi atau perubahan suhu (panas atau dingin). Misalnya, jamur-jamur seperti jamur kapang mampu merespons kelembaban lingkungan dengan mengatur pertumbuhan dan reproduksinya. Bakteri termofilik bergerak menuju atau menjauh dari sumber panas berdasarkan perubahan suhu di sekitarnya (thermotaksis).

Jumat, 01 Maret 2024

Pernahkah, mendengar, atau melihat, ada seorang pejabat membawa sekertaris cantiknya jalan-jalan, makan  bersama, hilir mudik ke tempat belanjaan, atau malah bisa menginap di hotel berduaan ? Jika pernah, maka, gejala itulah yang disebut dengan stayvacation, ungkapan yang biasa digunakan, yaitu staycation.


Istilah staycation artinya liburan atau bersantai ria. Kata ini berasal dari stay at home vacation atau stay in vacation. Dalam rangka memulihkan stamina, atau produktivitas, atau menghilangkan kepenatan, maka seseorang kemudian mengambil program staycation.

Kamis, 29 Februari 2024

Tulisan ini, tidak diimbuhi data. Sekali lagi, tulisan ini lebih merupakan refleksi atau analisis saja. Data-data empirik tidak disertakan saat menuliskan narasi ini. Namun, pertanggungjawaban nalar, atau rasional, bisa dipertaruhkan. Atau setidaknya, kita berhadap beradu-nalar dalam memberikan sebuah penjelasan terkait dengan perilaku politik masyarakat Indonesia.


Pengalaman Pemilihan Umum (Pemilu), Pilpres dan Pilleg 2024 ini, menyisakan pertanyaan dan misteri yang sangat luar biasa. Setidaknya, bila laporan dari LSI benar, bahwa penerima bansos cenderung memiliki Pabrowo Gibran, maka muncul pertanyaan kritis, mengapa dan bagaimana perilaku atau sikap politik rakyat Indonesia saat ini ?

Pertanyaan ini, patut untuk dibincangkan. Setidaknya, merujuk pada soalan besar bangsa kita ini. Apakah benar, bahwa sikap politik dan partisipasi politik rakyat Indonesia ini, masih rendah, sehingga begitu  mudah beralih pilihan, atau meneguhkan pilihan sekedar karena bansos ?

Rabu, 28 Februari 2024

Bagi mereka yang lahir hari ini, akan merasa istimewa.  Keistimewaan itu, setidaknya, karena hari ini, hanya ada 1 kali dalam setiap empat tahun. Artinya, perayaan ulangtahun mereka yang lahir hari ini, akan dilaksanakan setiap siklus empat tahunan. Nah, ini keistimewaannya.

Bagi sebagian orang, mungkin belum banyak yang paham, mengapa ada kejadian seperti ini ? 



Tahun kabisat (Leap year) merupakan tahun yang mengalami penambahan satu hari dengan tujuan untuk menyesuaikan penanggalan dengan tahun astronomi. Hal itu terjadi, karena dalam setiap tahunnya, kalender tahunan itu tidak persis 365 hari, tetapi 365 hari, lebih 5 ham 48 menit, 45,1814 detik.  Bila saja, kita tidak menghiraukan perbedaan jumlah hitungan astronomis ini, maka setiap empat tahun akan kekurangan hampir 1 hari (tepatnya yaitu sekitar 23  jam 15  menit , dan 0,7256 detik). 

Selasa, 27 Februari 2024

Isu dihapuskan mata pelajaran Agama dalam kurikulum pendidikan, muncul lagi, dan menguat lagi. Isu ini, seakan tidak pernah habis, dan mungkin tidak akan pernah berhenti. Sepanjang, ada analisis yang memosisikan agama sebagai 'masalah' bagi  masa depan bangsa dan negara ini. Salah satu yang sempat ramai dalam perbincangan netizen adalah ucapan dari Kepala BPIP, Yudian Wahyudi (2020). 



Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah diterima oleh mayoritas masyarakat, seperti tercermin dari dukungan dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah sejak era 1980-an. Tapi memasuki era reformasi asas-asas organisasi termasuk partai politik boleh memilih selain Pancasila, seperti Islam. Hal ini sebagai ekspresi pembalasan terhadap Orde Baru yang dianggap semena-mena.

Senin, 26 Februari 2024

Kelas, dalam skala mikro geografi adalah satu ruang. Boleh dikategorikan sebagai ruang kelas, atau lebih luas lagi yaitu ruang-akademik pada unit satuan pendidikan (persekolahan). Dengan memberikan pengertian seperti ini, dan juga seharusnya memang begitu, maka mau tidak mau, siapapun yang menjadi bagian dari edusistem (istilah lain dari ekosistem) satker tersebut, berada dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.


Unik memang. Ini adalah keunikannya. Sangat kontras terlihat dengan lingkungan yang lainnya. Seseorang yang berangkat pergi ke pabrik, niat kerja, dan melakukan aktivitas pekerjaan. Serius, dan hampir dipastikan tidak ada ruang-untuk aktivitas lain. Tetapi, hal ini, akan sangat berbeda dengan ruang-pendidikan. Sangat berbeda.

Minggu, 25 Februari 2024

Ah, bagi sebagian orang, mungkin tidak peduli namanya apa, tetapi kejadiannya serupa itu. Karena, membeda-bedakan arti, jika hanya karena perbedaan nama daerah, menjadi sesuatu yang tidak berguna.  Sudah jelas, dan bisa dipastikan, bagi daerah-daerah tertentu, yang pernah memiliki kejadian serupa itu, akan memiliki nama lokal atau nama daerahnya sendiri. Dengan demikian sudah tentu, akan melahirkan perbedaan sebutan.



Benarkan ?  

Tornado adalah istilah bahasa kita, yang diserap dari bahasa Spanyol 'tronado' yang mengandung arti badai petir. Ada juga yang mengatakannya, dari bahasa Latin, tonare yang memiliki arti gemuruh. Sedangkan, dalam bahasa lokal orang Indonesia, yaitu, ada yang menyebut angin puyuh, puting beliung, atau angin kencang atau istilah lainnya, yang tumbuh kembang di masyarakat lain. Tentunya, semakin banyak masyarakat lokal yang melihat kejadian itu, akan semakin banyak bahasa sebutannya. 

Rabu, 21 Februari 2024

Tidak banyak yang menyadari, bahwa untuk membangun budaya organisasi itu, dibutuhkan kineja yang optimal atau prima. Dari semua pihak. Tanpa kecuali. Karena, bisa jadi, kendati satu orang saja, dari anggota atau karyawan itu, yang mengalami gangguan jabatan, maka akan menjadi problem serius bagi organisasi.



Paska reformasi ini, kritika dan analisis tajam dari ragam pihak, muncul dan berseliweran. Khususnya dalam konteks penataan organisasi, dan layanan publik di lembaga publik. 

Mengapa hal demikian, menjadi perhatian banyak pihak ? Satu diantara jawaban, yang menjadi perhatian banyak orang itu, yakni munculnya ODGJ. Menurut pencetusnya, istilah ODGJ ini bukan orang dengan gangguan jiwa, melainkan orang dengan gangguan jabatan. Kendati demikian, publik bisa memahaminya, bahwa orang yang mengalami sikap hidup, dengan gangguan jabatan, pun, adalah bentuk dari gangguan jiwa. 

Senin, 19 Februari 2024

Rapat rutin di kerajaan hutan belantara. Raja Singa, membuka pembicaraan dengan maksud untuk memberitahukan kepada seluruh pegawainya, terkait dengan regulasi atau struktur keorganisasian di negerinya itu.


"kita akan ada perubahan kepengurusan.." ungkapnya, dengan tegas, dari atas singgasananya. Dari kursi kekuasaannya itulah, dia memberikan perintah, harapan, keinginan, dan bahkan juga hukuman kepada seluruh pihak yang dianggapnya perlu ditindak.

Minggu, 18 Februari 2024

Ragam mobilitas penduduk, ternyata tidak jauh dan tidak perlu mahal. Setidaknya demikianlah pandangan konseptual dan teoritik dalam kajian Geografi. Hal itu terjadi, karena pada dasarnya, makna hakiki dari mobilitas penduduk, yaitu gerak. Sementara gerak dapat diartikan  perubahan posisi dari satu titik ke  titik lain, atau dari satu tempat ke tempat. Dengan definisi seperti ini, maka jelas, bahwa ruang lingkup dan jenis mobilitas penduduk itu sangat sederhana dan beragam.



Hambatan terbesar masa kini, khususnya anak-anak milenial, yaitu malas gerak (mager). Mager adalah istilah yang popuar di era ini, dan kemudian menjadi gejala umum pada anak-anak milenail. Bila hal ini terus berkembang, dan atau menjadi bagiand ari budaya anak milenial, maka adalah hal tidak mustahil  bila kemudian, bergerak adalah sesuatu yang mahal, dan juga sulit untuk dibudayakan.

Rabu, 14 Februari 2024

Fenomena masyarakat paska pemilihan, menarik untuk ditelaah. Setidaknya, ulasan ini mengacu pada gejala sosial yang ada di satu komplek, perkotaan. Keunikan kemenarikannya itu, setidaknya, karena ternyata dalam satu ruangan saja, sebut saja, ruang kerja, rumah, atau satu blok perumahan  di perkotaan, mampu menunjukkan gejala sikap politik yang berbeda-beda. Inilah unik dan menariknya.



Selaras dengan apa yang terjadi, hari ini, paska pencoblosan di pilleg dan pilpres, ditemukan ada empat kategori masyarakat kita. Empat kelompok ini, tampak jelas dalam konteks pemilihan presiden dan wakil presiden. Sementara untuk pemilihan anggota legislatif atau dewan perwakilan daerah (DPD) tidak kentara, walaupun mungkin satu diantara sekiannya ada yang selaras dengan psikologi politik pemilih saat itu.

Senin, 12 Februari 2024

Pertanyaan ini, sangat serius, benarkah Geografi itu diposisikan sebagai disiplin ilmu yang tidak memiliki paradigma keilmuan tersendiri ? tidak mudah untuk menjawab ini. Di sebut tidak, bukan berarti karena tidak ada jawaban, tetapi pertanyaan ini memancing banyak pihak untuk bertanya kembali apa yang dimaksud dengan paradigma, dan apa yang dimaksud dengan Geografi.



Sekali lagi. Pertanyaan itu, sangat serius, dan perlu untuk ditanggapi, baik oleh kalangan Geograf, tenaga Pendidik Geografi maupum mereka yang tengah belajar Geografi. Keberhasilan kita dalam memberikan tanggapan terhadap masalah ini, dapat dipastikan, akan mampu meningkatkan kepercayaan diri seseorang, untuk menganut keyakinan ilmiahnya terhadap Geografi sebagai sebuah disiplin ilmu. Sementara, jika gagal dalam memberikan tanggapan terhadap masalah ini maka sudah dipastikan pula, orang tersebut akan mengalami kegamangan untuk meyakini Geografi sebagai sebuah disiplin ilmu.

Sebagai orang yang sudah 15 tahun mengajar Geografi, sudah tentu, akan kaget dan dikagetkan dengan pertanyaan ini. Jelaskan, kalau Geografi benar-benar menjadi sebuah disiplin ilmu tanpa paradigma, menunjukkan bahwa seluruh hal baik yang terkait dengan pikiran, perkataan dan tindakan kegeografiannya selama ini, hancur sudah. Ijazah pendidikan Geografi, menjadi tidak ada artinya. Hal itu terjadi, karena ternyata, keilmuan yang didapatkannya pun, bukanlah sebuah disiplin ilmu berparadigma.

Dari mana asal-usul pertanyaan ini ? atau mengapa, pertanyaan ini muncul ? 

Satu diantara sekian soalan yang ada di sekitaran Geografi itu, adalah terkait dengan identitas kegeografian. Betul, saat disiplin ilmu dipecah jadi dua,  3, 4 atau lima , maka kemudian orang bertanya, dimana posisi Geografi ?

Sebut saja, bila orang berbicara mengenai dualisme keilmuan, eksak atau sosial (IPA atau IPS), di mana posisi Geografi ? belum ada bisa menjawab dengan tegas. Maka orang bisa menuduhnya, tidak ada paradigma yang tegas mengenai posisi keilmuan Geografi. Hal itu terjadi, karena Geografi ada IPA-nya, dan juga ada karakter IPS-nya.

Lantas, bagaimana kalau orang mengelompokkanya pada kelompok humaniora ? jelas sudah, untuk hal yang ketiga ini pun, sangat sulit ditempatkannya. Memang, dulunya Geografi adalah logografi atau cerita perjalanan dari seorang petualang, tetapi tidak serupa dengan novel, roman, atau sejarah. Maka karena itu, sulit diposisikan sebagai kelompok humaniora.

Kesempatan berikutnya, mungkin ada yang  berusaha untuk memasukkannya pada rumpun teknik. Setidaknya karena Geografi kerap bicara mengenai pemetaan, SIG, penginderaan jauh, atau survey dan sejenis itu semua. Kita setuju dengan penjelasan ini, namun Geografi bukan hanya itu saja, Ada aspek lain, yang tidak berkarakter teknik, namun tetap menjadi bagian penting dari Geografi.

Bila demikian adanya, ada satu kelompok keilmuan lagi, yang biasa disebutkan orang, yaitu kelompok agama (religion studies). Wah, untuk hal yang satu ini pun, tidak tepat. walaupun, Geograf kadang menjelaskan mengenai ragam agama yang tumbuhkembang di dunia, namun Geografi bukanlah cabang atau jenis dari ilmu teologi.

Bila demikian adanya, akankah Geografi menjadi sebuah ilmu dengan disiplin multi-paradigma (paradigma ganda) ? Istilah ini, perlu dipertajam dengan baik. Sehingga, dapat dipahami dengan tegas, posisi Geografi itu sendiri. Namun untuk kepentingan kali ini, andai saja, sambal adalah sebuah makanan enak, maka Geografi itu adalah sambalnya, bukan cabai, bukan garam, bukan gula, bukan cobeknya. Tetapi sintesis dari itu semua, itulah Geografinya.

Itulah paradigma keilmuannya. Bukan yang  lain. 

Tidak sadar, atau tidak semua orang menyadari. Setiap tindakan, pada dasarnya memiliki alasan. Alasan yang paling kuat, yang menjadikan seseorang mengambil tindakan tersebut. Jelaslah, bahwa dalam pemahaman ini, tidak ada tindakan manusia yang tidak memiliki alasan. Pasti, atau pastinya, ada alasannya. 

Persoalannya, adalah, apakah alasan itu hadir dalam bentuk penalaran, perasaan atau ucapan yang dikemukakan secara terbuka ? atau, bila tidak diungkapkan, alasan itu muncul dibalik seluruh hal yang disebutkan tadi, tetapi hadir dalam alam bawah sadarnya. Untuk menjelaskan hal ini, maka mau tidak mau, kita harus pinjam pola pikir atau pandangan yang dikembangkan Sigmund Freud mengenai psikoanalisis.

Sore ini. Sebelum pulang dapat informasi, bahwa pimpinan di sebuah lembaga melakukan penataan ulang terkait tata-kelola penggunaan ruang di gedung tersebut. Kenampakkan yang  nyata, sewaktu bermaksud pulang kerja, tampak bahwa ruang bendahara organisasi itu, pindah dari ruang dalam ke ruang  terbuka. Sementara ruang dokumen, yang semula ada di bagian depan, atu di ruang terbuka itu, kemudian di pindakan ke ruang dalam, menjadi ruang yang tertutup.

Bagi sebagian orang, kebijakan itu mungkin tidak istimewa. Tidak menarik. Atau, tidak memberikan sesuatu yang layak dibicarakan. Pemindahan dan rotasi ruang kerja, adalah sesuatu hal yang biasa, yang bisa disebut sebagai hal normal, wajar, dan alamiah, bergantung pada hasrat atau keinginan dari pimpinan yang mengeluarkan kebijakan tersebut. Kebijakan itu, rasa-rasanya, tidak perlu dikomentari, dan hanya menghabiskan waktu dan tenaga saja. 

Biarkan saja berlalu. Karena perubahan itu, adalah hal biasa, dan normal di lakukan oleh siapapun dan kapanpun juga !

Tetapi, bila kemudian ada orang, atau pihak tertentu, yang mencoba untuk mengajukan pertanyaan, apa alasan dan apa maksud dari perubahan itu, dan mengapa pola perubahannya seperti itu ? bagaimana kita menjelaskan pertanyaan-pertanyaan serupa itu ?

Terkait hal ini, maka, harapan untuk mendapatkan jawaban secara lisan dari pihak terkait, mungkin jadi tidak memuaskan. Tetapi kendati tidak memuaskan, argumentasi dan atau jawaban mereka itu, hendaknya dapat dijadikan petunjuk untuk menggali alam bawah sadar mereka yang menyebabkan keluarnya kebijakan tersebut.  Pada konteks inilah, yang disebut psikoanalisis.



Adalah menarik, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, jika melihat ada seseorang yang diduga menunjukkan indikasi melakukan geopatologis dalam kehidupan hariannya. Maksudnya itu, seseorang potensial melakukan tindakan-keliru bersikap dan bertindak, terkait dengan ruang yang ditinggalinya. Geopatologis, yang kita maksudkan di sini yaitu penyakit mental yang disebabkan karena adanya persepsi dan reaksi yang tidak tepat terhadap ruang.

Seseorang yang menata ruang, dari ruang dibagian dalam ke bagian  luar, bagaimana kita dapat menggali alam bawah sadar yang muncul dalam diri orang tersebut ?

Sebelum menjawab masalah itu. Kita lihat kasus lain yang perlu dicermati dengan seksama.  Menurut informasi dan pengamatan sepintas, ruang pimpinan itu bisa ditebak dengan mudah. Kalau ruangannya tertutup rapat, menunjukkan orangnya ada di dalam. Sedangkan, bila pintu ruangannya terbuka, menunjukkan pimpinan itu, sedang ke luar atau tidak ada. Bagi sebagian orang, mungkin, hal ini agak sulit dipahami. Karena pada umumnya, lebih banyak yang terjadi itu sebaliknya. Jika pintu tertutup berarti tidak ada, dan bila terbuka menunjukkan orangnya ada. Ini malah terbalik.

Bagaimana hal inii bisa dipahami ?

Dengan  membuat analogi antara dua kasus tersebut, satu diantara pertanyaan kritis, adalah mungkinkah ada kelemahan pola komunikasi dan koordinasi yang dimiliki pimpinan ? Lemahnya pola komunikasi ini, ditunjukkan dengan memisahkan dirinya dengan pejabat yang semula masuk 'lingkaran dalam' menjadi 'lingkaran luar', atau seperti yang ditunjukkan ruang kantornya. Pintunya nutup berarti, orangnya ada, sedangkan kalau orangnya tidak ada ditunjukkan dengan pintu terbuka.

Memisahkan ruang, secara psikologis menunjukkan menjauhkan jarak komunikasi dan interaksi. Hal ini, bisa pula menunjukkan adanya perenggangan jasak psikologis. Oleh karena itu, pemindahan ruang-kerja, memberi kesan adanya penjauhan pola komunikasi, antara satu pihak dengan pihak lain. Di sinilah, kita melihta, geopatologis seorang pemimpin, dalam konteks organisasi. Atau bila demikian adanya, akankah ada motif lain, yang belum diungkap?

Bagaimana jika kemudian dikaitkan, bahwa pada dasarnya, dijauhkan itu dengan maksud supaya dekat, karena selama ini, saat ruangannya dekat sulit diajak ngobrol. Logika ini terbalik, tetapi tidak jauh beda, atau mirip logika terbaliknya bahasa-isyarat dari pintu ruang kantornya. Artinya, jika kemudian, dijauhkan, dan bila dipanggil, akan muncul "perasaan daripada bulak-balik, ya udah, mendingan iyakan saja..".

Bagaimana menurut pembaca ?

Sabtu, 10 Februari 2024

Sebelumnya, kita pernah mengulas dan menawarkan konsep geopatologi. Istilah itu, pada dasarnya lebih merupakan eksperimen pemikiran saja. Tetapi, mohon maaf, ternyata jejak digital itu memang menakjubkan. Termasuk dalam kasus ini. Saat, bermaksud untuk menggairahkan diri mendalami konsep geopatologi, ternyata sudah berkembang pesat di wilayah lain terkait dengan Geografi Psikoanalisis (Psychoanalytic Geographies).



Adalah Lucas Pohl (2023:307-312) memberikan keterangan padat dan lugas mengenai pengaruh metode atau kerangka pikir psikoanalisis terhadap geografi. Secara sederhana, dapt kita pahami bahwa tujuan dari Geografi Psikoanalisis ini yakni menggali informasi atau memetakan perilaku manusia yang tampak tidak terstruktur dalam merespon lingkungannya.

Jumat, 09 Februari 2024

Istilah imlek sudah sering di dengar. Tidak jarang pula, satu diantara kita merayakan hari besar imlek ini. Namun, di luar hal itu, tidak jarang pula kita tidak paham, makna dibalik istilah itu, atau hakikat dari perayaan tersebut.





Seorang penganut dan peraya tahun baru China ini, akan memberikan ucapan syukur kepada sesama dengan mengatakan, "gong xi fa cai, xin ian kuai lei". Dalam bahasa kita, kurang  lebih, semoga bahagia di tahun baru. 

Sebagai bagian dari nilai kemanusiaan, setiap orang memiliki pengalaman nyata dalam mengagumi bulan. Bulan dalam kaitan ini, dijadikan sebagai patokan waktu, sehingga manbusia memiliki penanggalan dalam kehidupannya. Imlek adalah salah satu penanggalan tahunan, yang digunakan China, dengan memanfaatkan kehadiran bulan.

Dalam dialek Hokkien, Imlek (阴历, dibaca im-le̍k) terdiri atas dua suku kata, yakni im berarti 'bulan' dan lek berarti 'penanggalan'. Dari situ, arti Imlek adalah 'penanggalan bulan' atau 'kalender bulan'. 

Istilah Imlek berbeda lagi dalam bahasa Mandarin. Kata tersebut dikenal dengan sebutan yin li (陰曆, dibaca yīn lì). Maknanya juga sama, yaitu lunar calendar atau 'kalender bulan'.

Bagi seorang geograf, tentunya, tradisi imlek dan juga penanggalan yang lain, menarik untuk dikaji secara seksama, khususnya dari sisi keilmuan.....


Kamis, 08 Februari 2024

Anak yang kedua, duduk di bangku pendidikan menengah pertama. Memiliki hobi yang luar biasa. Setidaknya, itulah persepsi diri sebagai orangtua. Disebut luar biasa, karena dalam kesehariannya, kerap melakukan kreasi dengan kertas atau mainan bekas lainnya, untuk sekedar membuat kebutuhan mainnya sendiri. 


Tidak banyak. Hanya satu atau dua buah. Selepas itu, dia kemudian menyimpannya benda-benda karya pribadi itu, di satu tempat, yang tidak jauh dari kehidupannya sendiri. 

Di Kasur. tempat tidur.

Senin, 05 Februari 2024

belajar merdeka. Merdeka belajar

belajarlah biar merdeka

merdekalah biar belajar

bila tak bisa belajar, tak bisa merdeka

bila tak bisa belajar, tandanya tak merdeka

bila tak bisa belajar, kapan bisa merdeka

bila tak bisa belajar, bagaimana bisa merdeka

 


belajar merdeka. Merdeka belajar

belajarlah biar merdeka

merdekalah biar belajar

bila tak bisa merdeka, tak bisa belajar

bila tak bisa merdeka, tandanya tak pernah belajar

bila tak bisa merdeka, kapan bisa belajar

bila tak bisa merdeka, bagaimana bisa belajar

 

Minggu, 04 Februari 2024

Berita besar. Menghebohkan. Trend tak terkalahkan, akhirnya putus. Harapan mendominasi perjalanan menuju puncak, mulai tergoyahkan. Kian panas, serta kian terbuka. Perang antar kandidat menjadi membesar. Tidak ada dominasi, siapapun bisa, dan kapanpun bisa berubah. Itulah kenyataan, yang ada dalam  klasemen persepakbolaan kasta tertinggi di Inggris.



Informasi ini, setidaknya, selepas Arsenal mampu menyetop dan mengandaskan Liverpool dengan skor yang tidak tanggung. 3-1. Mengapa hal itu bisa terjadi ?

Rabu, 31 Januari 2024

Mengenali orang masa lalu, memberi pengalaman inspiratif terkait dengan kesuksesan ikhtiar mereka dalam situasi keterbatasan. Sebut saja, misalnya, membuat peta (map). Bagaimana membuat peta dunia, saat kita tidak memilliki teknologi yang mumpuni seperti sekarang ini ?

Tetapi itulah. kenyataan. Kita mengenali ada tokoh


Yunani yang mampu membuat peta dunia. Tokoh yang satu ini, dikenali dengan nama Hecatious (hekatieus). Hekatieus hidup sekitar 550 - 475 Sebelum masehi. Saat kita hari ini, masih mengalami kesulitan untuk belajar geografi dunia, di zaman itu, Hekatieus sudah mampu melahirkan kajian Geografi Regional dan juga peta klasiknya.

Luas biasa !!

Memang belum banyak terungkap, setidaknya, bagi kita yang belajar jauh dari tempat aslinya. Mengapa Yunani begitu perkasa dalam nalar dan pemikiran, padahal hari itu masih dalam suasana keterbatasan ? 

Pertanyaan ini sangat sederhana, tetapi menjadi pekerjaan-nalar yang sangat mendasar. Setidaknya, pertanyaan ini, mengarah pada satu teori - kalau mau disebut demikian, ekologi intelektual memberi kontribusi terhadap tumbuh-kembangnya orang-orang kreatif. Tetapi, jawaban itu pun belum paripurna. Karena kita masih saja menyisakan pertanyaan, bagaimana ekologi intelektual itu tercipta, sehingga melahirkan kondisi kondusif untuk perkembangan pemikiran seperti saat itu ? Karena, rasa-rasanya, tidak mungkin ujug-ujug tercipta ekologi intelektual yang huebat, bila tidak ada proses sosial dan proses budaya yang mengarah ke situasi tersebut !!

Ada yang memberi penjelasan, dan mungkin ini, menjadi bagian penting dalam tradisi waktu itu. Adanya kebebasan berpikir di Yunani, yang menyebabkan tumbuhkembangkan filsafat atau tradisi berpikir.

Kebebasan berpikir itu, hadir dan berkembang, bisa disebabkan k arena tidak ada doktrin-dominan yang berkembang di daerah itu. Akibat ketiadaan doktrin yang berkembang itu, maka kemudian sejumlah orang yang memliki potensi penalaran melakukan pencarian yang seksama, sampai dia mengerti dan memahaminya. Dalam situasi serupa itulah, maka tradisi berpikir menjadi subur. Hipotesis kita di sini, tiadanya nalar dominan, memancing lahirnya sudut pandang yang berragam.

Hipotesis yang kedua, yang bisa menggenapkan situasi itu, adalah pembiasaan ngobrol atau diskusi. Dalam beberapa catatan yang tersedia, kita mengetaui bahwa Socrates, Plato termasuk juga Hecatious adalah orang-orang yang senang berbincang dengan orang lain, sambil menularkan pengalaman perjalanan dirinya, atau perjalanan pemikirannya.

Diskusi atau ngobrol, adalah pemawacaan pemahaman untuk meraih kematangan hasil berpikir.  Melalui tradisi serupa ini juga, maka kemiudian terbangun hasil-hasil pemikiran yang pamuncak, khususnya dalam konteks filsafat.

Apakah dua hipoetesis ini, bisa dipertanggungjawabkan ? kiranya, kita harus percaya bahwa jawaban ini pun belum paripurna. Karena, tradisi ini, banyak juga di lingkungan yang lain. China, India atau Persia adalah beberapa akar peradaban yang memiliki budaya unggul di zaman itu. Tetapi, para filosof dunia lebih banyak muncul dari Yunani, dibanding dengan kawasan lainnya. Padahal, di luar Yunani pun, tradisi berpikri sudah dikemas sedemikian rupa leluasanya.

Nah, bagaimana menurut pembaca ?