Just another free Blogger theme

Minggu, 31 Maret 2024

"luar biasa".  Ungkapan ini, rasanya perlu disampaikan. Sebuah pengakuan dari diri sendiri, terhadap seseorang yang selama ini, dianggap biasa saja. Membaca al-Qur'an tidak istimewa, penampilan standar, gaya hidup sederhana, dan pekerjaan tidak menggiurkan  banyak orang. Kehidupan sehari-harinya, normal, sama dengan yang lain, pada umumnya.


Lantas, mengapa, saya harus mengatakan luar biasa ? 

Inilah soalannya.

Selama ini. Orang yang tampil di mimbar keagamaan, khususnya khutbah tarawih itu adalah ustadz, atau yang dianggap ustadz, atau yang dipaksa seperti ustadz. Apapun istilahnya, orang yang tampil di mimbar itu, pastinya adalah orang yang dipersepsi sejumlah orang sebagai orang yang mampu berbicara masalah agama, dan keagamaan, serta pandangannya patut untuk didengarkan.

Jumat, 29 Maret 2024

Tampak percaya diri dan gagah. Tampil di atas podium. Anak dibawah usia, masih sekolah. Seorang siswa disebuah madrasah. Berdiri di podium, dan memaparkan pandangannya mengenai salah satu ayat yang ada dalam kitab suci Al-Qur'an. 



Penampilan yang menarik, dan penuh rasa percaya diri, menarasikan makna pada penggalan kalimat pertama. "bertaqwalah sekuat kemampuanmu..". Kemudian, sang penutur memberikan penjelasan tegas, tentan pentingnya ibadah semampumu, bukan semaumu.

Senin, 25 Maret 2024

Masih jarang, orang mencoba melakukan analisis feminis terhadap kegiatan atau kelakuan umat Islam di masa ramadhan. Entahlah, apakah karena fenomena ini kurang menarik, atau kita masih abai terhadap fenomena sosial yang terkait denagn gejala sosial ini. Padahal, fenomena sosial ini cukup memberikan inspirasi untuk memahami kelakuan sosial masyarakat, khususnya dalam perspektif Geografi Agama. 


Ya, sekali lagi, kita akan mencoba melakukan pengamatan terhadap kelakuan masyarakat Islam di sekitar kita (eh... di sekitar penulis maksudnya). Pisau amatan kita, yaitu menggunakan sudut pandang kefeminisan dalam kajian Geografi Agama.

Sabtu, 23 Maret 2024

Ramadhan masih terus berjalan. Setiap muslim, masih tetap teguh, konsisten atau komitmen untuk menjalani ibadah shaum di bulan Suci Ramadhan tahun ini. Setidaknya, itulah yang kita rasakan, di anggota  keluarga kita.

O, iya, mungkin, ada satu atau dua orang yang sudah mulai berguguran. Berguguran dalam pengertian karena hukum alam, atau seleksi alam. Di sebut hukum alam, karena kaum ibu atau perempuan ada yang menjalani siklus biologis bulanannya, menstruasi, yang  menjadi alasan-hukum untuk tidak menjalani shaum Ramadhan. Sementara, ada pula yang sebagian lagi, karena seleksi alam. Mulai lesu, lemah, dan atau tidak bergairah lagi dalam mengisi ramadhan, sehingga banyak yang bocor di tengah jalan.

Kamis, 21 Maret 2024

 Hal menarik yang perlu dikaji dan dicermati bersama, Ramadhan mengajarkan kepada kita mengenai perubahan perilaku. Tidak berlebihan, bila kemudian ada yang menyebutnya sebagai bulan belajar atau bulan pendidikan (syahru tarbiyah).

Proses pembelajaran yang terjadi itu, diantaranya adalah melakukan perubahan pola hidup. Untuk sekedar batasan-masalah, yang dimaksud dengan pola hidup adalah perilaku seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Misalnya, pola makan, pola tidur, pola belajar dan  lain sebagainya. Dengan kata lain, pola hidup itu lebih mengacu pada teknik atau cara seseorang dalam mengatur waktu hidup hariannya.


Sudah tentu. Kita akan bisa melihat kenampakkan sosial yang unik. Pola hidup ini, dijalani secara berbeda, antara satu orang dengan orang lainnya, antara hari lalu dengan hari-hari di bulan Ramadhan.  Seseorang yang terbiasa memiliki pola makan 3 kali sehari, kini diubah polanya menjadi dua kali sehari. Pola makan itu pun, kemudian waktu makannya pun diubah, menjadi waktu sahur dan buka.  Hal serupa itu, masuk dalam kategori perubaha pola hidup.

Cerita ini, lebih diinspirasi oleh fenomena kebiasaan seorang pegawai di tempat kerja. Seperti yang penulis alami, atau jalani selama ini. Dalam posisi minimalis, penulis sekedar seorang tenaga pendidik di sebuah lembaga pendidikan. Status dan posisi ini, tiada beda dengan  kebanyakan orang di sekitar kita. Hal yang mungkin membedakan adalah tempat kerja. Ada yang di kantoran, pabrikan, rumah sakit, atau persekolahan. Tempat kerja penulis, adalah yang disebutkan terakhir tadi.

Sekali lagi, mungkin kebanyakan diantara kita memiliki status yang sama. serupa ini. hanya berbeda lingkungan kerja, atau tempat kerjanya. Oleh karena itu, refleksi atau renungan pagi ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai sebuah cermin belaka, dan bukan dalil atau hukum-kehidupan. Dengan dijadikannya sebagai cermin budaya kerja, lebih lanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan renungan dalam mengevaluasi atau menelaah berbagai hal yang terjadi di sekitar ini.

Selasa, 19 Maret 2024

Salah satu tujuan dari amaliah Ramadhan, adalah menciptakan lingkungan dan kelakuan hidup menuju kualitas hidup yang utama, atau disebut takwa.  Penjelasan ini, sudah biasa dan kita simak bersama, dalam kehidupan sehari-hari, khususnya selama bulan suci Ramadhan.



Sebagai bagian dari sebuah proses menakwa, memang tidak sederhana, dan juga tidak mudah. Hal ini, bukan karena derajat ketakwaan sebagai sesuatu yang mustahil, namun lebih disebabkan karena bersifat dinamis, dan proses. Derajat takwa bukan sesuatu yang statik atau stagna. Derajat ini, memiliki karakter yang sangat dinamis.

Minggu, 17 Maret 2024

Mohon maaf. Di sini, akan memanfaatkan teori kebutuhan dari psikologi, khususnya Maslow.  Abraham Maslow (1908-1970) adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori kepribadian. Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hierarki kebutuhan manusia.

Teori ini, kadang disebut teori psikologi mengenai kebutuhan dasar manusia, atau teori dasar tentang motivasi. Anak-anak generasi kemarin, sudah tentu biasa menyebutnya sebagai teori kebutuhan dasar (basic needs) manusia. 

Lantas, bagaimana dan apa hubungannya dengan gangguan setan kepada manusia, khususnya di bulan suci Ramadhan ini ?

Pertama, kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan fisiologis (biologis), seperti makan, minum, tidur , pakaian dan kebutuhan biologis. Terkait hal ini, setan melakukan ujian dan penggodaan berbasis kebutuhan dasar. Misalnya, dengan memberikan asupan pemikiran rasa dan emosi untuk lapar, dan haus. Godaan inilah, yang menguat dan sangat besar dirasakan oleh anak-anak pemula di bulan Ramadhan.

Hari-hari pertama menjalani puasa, sangat terasa. Lapar, haus, atau dahaga. Tidak jarang, yang kemudian di tengah perjalanan puasanya, memutuskan untuk buka puasa, bocor atau tidak kuat menahan godaan. 

Sabtu, 16 Maret 2024

Membahas masalah sunnah, setidaknya ada tiga kategori makna yang tumbukembang di tengah Masyarakat.  Pertama, sunnah adalah sumber rujukan kedua dalam ajaran Islam. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Aku tinggalkan di antara kalian dua perkara, yang kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. Karena itu, meminjam istilah Nurcholish Madjid (2012:3161) kadang ada pencampuradukkan pemikiran saat menyebut sunnah. Di tengah Masyarakat kita, kadang menyamakan kata sunnah dengan hadits. \


Kedua, sunnah  diartikan derajat hukum, yakni dibawah wajib, diatas mubah. Karena itu, ada sebutan amalan sunnah dan amalan wajib serta amalan mubah.  Shaum Ramadhan adalah shaum wajib, sedangkan shaum senin – kemis adalah puasa sunnah.

Jumat, 15 Maret 2024

"di surga, setiap keinginan manusia akan dapat dengan mudah terwujud. Jangankan yang diminta, sesuatu yang tersirat dalam hati pun, akan dapat terwujud dengan seketika.." itulah, ucapan ustad di mushala pinggiran rumah. Disampaikan subuh ini.



Saya tidak bermaksud untuk menelaah rujukannya. Namun, ingin menyampaikan pikiran dan rasionalisasinya.

Pertama, jika memang penjelasan itu dianggap benar, maka soalan mendasarnya itu adalah, akankah seseorang yang sudah di surga masih memiliki keinginan terhadap sesuatu ? bila seseorang memiliki keinginan tentang sesuatu, hal itu menunjukkan bahwa dirinya ada dalam keadaan posisi sedang faqir (kekurangan). Dengan kata lain, apakah seseorang yang sudah ada di surga, berada dalam posisi faqir ? 

Kamis, 14 Maret 2024

Sekali lagi, manusia dapat disebut sebagai homo-clamantis, hewan yang suka menangis.  Kemampuan menangisnya manusia,  ternyata tidak bersifat homogen dan bukan hal yang sederhana. Setidaknya, itulah yang bisa tampak dalam kelakuan manusia di sekitar kita. Karena itu, adalah keliru, bila memberikan penjelasan yang sifat generalis, bahwa menangis itu sebagai bentuk-kesdihan, keperihan, atau kepedihan.


Benar, seseorang menangis itu, bisa disebabkan oleh salah satu dari masalah yang disebutkan tadi. Seseorang bisa menangis karena merasa sedih, yaitu merasa tidak beruntung, merasa tidak berdaya, atau bentuk lula emosi yang dirasakan seseorang. Penyebab luka, bisa terjadi karena ditinggalkan orang yang sangat dicintai, atau gagal dalam meraih cita-cita. Semua itu, dapat menyebabkan seseorang menangis.

Rabu, 13 Maret 2024

Di sela-sela agenda yang diinginkan, kerap datang rasa ingin malas. Malas mikir. Malas menulis. Malas ngomong. Malas mengetik. Ah, pokoknya malas. Itu saja yang terasa, dirasakan dan dipikirkan. Ada rasa ingin malas, dan menghentikan kegiatan rutin kemarin yang membosankan.

Bisa jadi, teman-teman yang lain, pun, pernah merasakan hal itu. Ada rasa malas. Diri ini, malas untuk melakukan sesuatu. Sama dengan kelakuan anakku yang paling mungil, si bocil yang malas sahur di bulan suci Ramadha. Padahal, sehari sebelumnya, dengan gagah berani mengatakan ingin belajar puasa di bulan Suci Ramadhan. Tetapi, di pagi hari ini, dia mogok lagi, dan mengumbar kata yang tidak jauh dengan perasaan kita saat ini, "malas sahur. Malas minum. Pengennya memejamkan mata terus..".


Seperti yang juga disampaikan Bertrand Russel (terj. 2020), memberikan opini mengenai pentingnya menyanjung kemalasan. Hal ini penting dilakukan, karena ada pemikiran yang kurang tepat  dan perlu dikritisi yakni terkait memuja dan memajukan nilai kerja. Padahal di sisi lain, pemuja kerja adalah orang yang terjebak pada penjara kapitalis dan obsesi kematerian. Pemuja kerja keras, adalah orang yang didorong oleh hasrat materi dan kadang berisi keserakahan terkait dengan masalah keduniawian.

Selasa, 12 Maret 2024

Agak pahit  menuliskan kalimat ini. Rasa-rasanya gak enak di lisan, tapi menggelitik di pikiran. Tersirat dalam tulisan, dan terbersit dalam pikiran, kalimat ramadhan sebagai pesta dramaturgi masyarakat.



lha kok bisa ?

Untuk memudahkan memahami kasus ini, kita pinjam dulu istilah dramaturgi, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Erving Goffman (1959). Menurut pendapatnya, drama atau teater  memiliki makna yang sama dengan kehidupan masyarakat. Dalam pemahaman  lain, kehidupan di masyarakat pun, tidak jauh berbeda dengan sebuah teater atau drama, yang boleh jadi dapat disebut teater kehidupan atau drama kehidupan. Setiap orang, memainkan perannya masing-masing, khususnya dalam melakonkan kisah dan cerita dalam satu fase kehidupan tertentu.

Senin, 11 Maret 2024

Apakah ini kebetulan, atau sebuah jalan hidup. Hari pertama, tertarik kembali untuk membaca nasihat Ibn Arabi kepada anak-anaknya, atau murid-muridnya. Terjemahannya. Tetapi, terjemahannya pun menarik, dan mudah dipahami. Eh, maksudnya, menarik untuk dipahami, walaupun kajiannya sangat mendalam dan luarbiasa. 


Teman-teman yang lain, pembaca ilmu keagamaan (khususnya Islam), mungkin sudah kenal dengan karakter tulisan Muhyiddin ibn 'Arabi. Saya sendiri, tidak banyak referensi yang pernah terbacanya. Tetapi untuk kali ini, buku tipis, dan praktis, sangat mengenai rasa dan pikiran ini.

Minggu, 10 Maret 2024

Ada keraguan dalam memulai Ramadhan ? semoga saja, tidak. Andaipun, ada diantara kita yang merasakan hal itu, khususnya karena ada perbedaan waktu memulai ramadhan, maka hal itu adalah wajar. Bukankah, dalam kehidupan beragama di negeri kita ini, sudah biasa mengalami perbedaan sikap dalam menjalankan praktek keagamaan ?


Dialektika atau diskusi pakar dan pemikiran mengenai kapan memulai ramadhan, sudah lama menjadi bahan perbincangan pada ulama. Perbedaan mazhab pemikiran itu, sudah tumbuhkembang dengan baik di negeri kita. Tetapi, memang tidak semua orang paham, apa sisi soalan pokok, menyebabkan hal itu berbeda-beda ?

Sabtu, 09 Maret 2024

Kejadian ini, sering terjadi. Minggu ini, anakku yang kedua, dengan teman sekelasnya, mengikuti program sekolahnya. Melakukan perjalanan ke luar kota. Judulnya, jelas pembelajaran di luar kelas. Tetapi, bahasa anak-anaknya, tetap sama, tak berubah dari dulu, hingga sekarang ini, piknik atau study tour.

Sebenarnya, perjalanannya tidak jauh. Masih dalam propinsi. Waktunya pun, tidak lama, hanya satu hari.  Kegiatannya pun, tidak aneh-aneh, yakni jalan-jalan ke tempat belajar (tempat wisata).  Seperti itu, dan biasa seperti itu, sebagaimana yang dilakukan oleh keumuman sekolah-sekolah yang melakukan wisata ke luar kota, dengan mengatasnamakan praktek pembelajaran di luar kelas.

Selepas study tour itu, anakku tumbang. Kelelahan. Istirahat seharian. Tidur seharian. Cape, lelah, lemes, katanya. Mungkin, kejadian itu, tidak sedikit orang yang merasakan. Pengalaman waktu di sekolah pun, beberapa bulan sebelumnya, sejumlah anak yang baru saja pulang dari study tour itu, di hari berikutnya yang sejatinya harus masuk sekolah, eh, malah pada bolos. Dengan alasan yang sama dan serupa, "cape, baru pulang study tour.."

Senin, 04 Maret 2024

Mungkin tidak banyak yang sadar. Bahwa ada perbedaan nyata antara kebenaran dengan kewenangan, atau otoritas dengan intelektualitas. Dua hal itu, merupakan dua sisi yang berbeda, walaupun dalam kenyataannya, kadang bercampur, saling melenegkapi atau menggenapkan, tapi tak jarang pula ada yang saling membunuh. Otoritas membunuh intelektualitas, atau intelektualitas membunuh otoritas. Bergantung situasi dan kondisi kesadaran publik, saat menghadapi kenyataan tersebut.


Pada saat, masyarakat hilang keberanian. Berani bicara, berani bertanya, berani  meluangkan waktu untuk peduli, maka otoritas dan intelektualitas, dicampukan dalam satu warna. Bagi mereka, kebenaran dan pembenaran, adalah dua hal yang sama, bisa hadir dalam diri seseorang, dan dianggapnya sebagai sebuah kewajaran.

Sabtu, 02 Maret 2024

Emosi. Setiap orang memiliki potensi dan nilai dasar emosi. Justru, bisa jadi, dapat dikatakan, salah satu kekhasan manusia sebagai makhluk Tuhan, adalah karena ada emosi. Sementara, makhluk yang lain, seperti hewan dan tumbuhan, tidak memiliki emosi. 


Tumbuhan tidak memiliki emosi. Tetapi, tumbuhan memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Sensibilitas tumbuhan itu, kemudian dikenalinya sebagai iritabilitas, atau reaksi biologis tumbuhan terhadap perubahan lingkungan, baik berupa sentuhan sentuhan, cahaya, gravitasi atau perubahan suhu (panas atau dingin). Misalnya, jamur-jamur seperti jamur kapang mampu merespons kelembaban lingkungan dengan mengatur pertumbuhan dan reproduksinya. Bakteri termofilik bergerak menuju atau menjauh dari sumber panas berdasarkan perubahan suhu di sekitarnya (thermotaksis).

Jumat, 01 Maret 2024

Pernahkah, mendengar, atau melihat, ada seorang pejabat membawa sekertaris cantiknya jalan-jalan, makan  bersama, hilir mudik ke tempat belanjaan, atau malah bisa menginap di hotel berduaan ? Jika pernah, maka, gejala itulah yang disebut dengan stayvacation, ungkapan yang biasa digunakan, yaitu staycation.


Istilah staycation artinya liburan atau bersantai ria. Kata ini berasal dari stay at home vacation atau stay in vacation. Dalam rangka memulihkan stamina, atau produktivitas, atau menghilangkan kepenatan, maka seseorang kemudian mengambil program staycation.