Just another free Blogger theme

Jumat, 29 Desember 2023

Setiap orang, akan memiliki pengalaman perjalanan dengan keunikannya sendiri. Hampir bisa dipastikan, tidak ada orang yang sama, pengalaman hidupnya. Kendati orang kembar, mereka akan mengalami pengalaman (apalagi penghayatan) terhadap perjalanan hidupnya, secara subjektif. Situasi dan kondisi ini, pasti berbeda.



Namun, ada hal yang sama, diantaar sejumlah perbedaan itu. Hal  sama, yang kita maksudkan itu, adalah bahwa pada setiap orang akan memiliki jejak-sosial atau rekam-sosial sendiri-sendiri.

Kamis, 28 Desember 2023

Kita ingin bicara saat berada di tanjakan. Betul, saat kita membawa kendaraan, baik itu roda dua atau roda empat. Dalam hal-hal teknis kecilnya, bisa jadi ada perbedaan teknik mengoperasikan kendaraan tersebut. Namun, ini, sekedar pengalaman saja, sifatnya pribadi, ada beberapa hal yang sama, saat kita mengendarai kendaraan di daerah yang sifatnya menanjak.


Akan terasa  lebih dramatis lagi, jika situasi yang ada itu, ada di tanjakkan yang menikung. Kita kenal baik dengan situasi dan kondisi jalanan, tahu-tahu, setelah ada belokan, jalanan langsung naik menanjak. Bila tidak ada tanda-lalu lintas, atau tanda-tanda yang menunjukkan situasi serupa itu, sudah tentunya, potensial kita bisa kaget, dan tersentak. Lebih buruknya lagi, kalau belum terbiasa dengan kendaraan dan menjalankan kendaraan, akan menyebabkan kalangkabut dibuatnya.

Senin, 25 Desember 2023

Hampir dipastikan, para pembaca pernah mengendarai kendaraan bermotot. Jenis kendaraannya, bisa beragam. Ada yang menggunakan kendaraan roda dua, roda empat, atau lebih. Andaipun, tidak mengendarai sendiri atau nyetir sendiri, setidaknya pernah dibonceng atau mendampinginya, atau menjadi penumpangnya. Kelihatannya, sudah demikian, dan sulit untuk dibantah.



Tetapi, dari sebanyak orang yang sudah mengalami hal seperti itu, bisa jadi, hanya sebagian orang, atau sedikit orang yang menyadari, tentang pelajaran penting dibalik peristiwa berkendaraan itu.

Termasuk penulis. Walaupun, dirasa, sudah berbulan-bulan, atau bertahun-tahun naik kendaraan dan mengendarai kendaraan, namun baru hari inilah, tersadarkan oleh pengalaman hidup di perjalanan.

Jumat, 22 Desember 2023

"Sekarang ini, zamannya teknologi." itulah, kata-kata yang meluncur dari presenter sekolah, dihadapan orangtua siswa. Saat itu, saya sendiri, berposisi sebagai orangtua. Untuk anakku, yang kali ini, sedang duduk di salah satu sekolah kejuruan, di Kota Bandung. Asyik, dan menarik, menyimak penjelasan dari presenter, yang notabene adalah jajaran pimpinan di sekolah tersebut.



Cukup mendasar, dan mudah dipahami. Beliau menjelaskan mengenai situasi sekarang ini. Situasi, yang memosisikan teknologi, internet of think (IoT). Segalanya serba internet. Banyak hal yang dilakukan orang-orang masa kini, ada sentuhannya dengan teknologi, khususnya internet. Mau jajan, pakai aplikasi. Mau beli sesuatu pakai aplikasi. Mau bayar biaya pendidikan, pakai aplikasi. Mau konsultasi kesehatan pun, ada aplikasinya. Pokonya, serba aplikasi, serta internet, serta teknologi.

Rabu, 13 Desember 2023

Olahraga bersama. Sejatinya, hanya sebuah pilihan. Karena, jenis olahraga, ada yang tidak perlu bersama, atau berkelompok dengan lain. Yah, misalnya saja, lari pagi. Lari pagi, bisa dilaksanakan berkelompok, dan bisa juga sendirian.

Tetapi, memang kita semua tahu, ada jenis olahaga yang memastikan adanya parner. Contohnya olahraga bulutangkis, tenis, tenis meja, dan sejenisnya. Jenis-jenis olahraga ini, tidak bisa dilaksanakan sendirian. Kita butuh rekanan, dan butuh lawan untuk bisa terselenggaranya kegiatan olahraga tersebut.




Apa untungnya melakukan olahraga bersama ? ini adalah pertanyaan sosial, bukan pertanyaan akademis ilmu olahraga ?

Dalam hemat kita, dan curahan pengalaman seorang teman, dia sering melakukan olahraga bersepeda atau gowes sendirian. Artinya, bila tidak ada teman yang gabung, teman yang satu ini, kerap kali gowes ke beberapa tempat di sekitar kampung halamannya sendiri. 

"Alhamdulillah, segar, dan menyenangkan, walaupun sendirian.." ungkapnya. "rasanya lebih leluasa dan bebas, karena ngegowesnya sesuka hati, sampai merasa cukup di perjalannnya..." paparnya saat menjelaskan pengalaman ngegowes sendirian. 

Bila demikian adanya, pada dasarnya olahraga untuk kesehatan, sejatinya tidak perlu dilakukan berkelompok. Aerobik atau menggunakan sepeda statik, misalnya, dapat dilakukan sendirian di rumah. Mungkin sekedar ditemani musik, atau asesoris kehidupan lainnya.

O, iya, kita lagi membicarakan mengenai olahraga berkelompok. Lantas apa makna atau nilai sosial saat kita olahraga berkelompok ?

Sekedar kembali mengingatkan kembali, yang dimaksudkan dengan olahraga berkelompok ini, adalah olahraga individual yang dilaksanakan bersama, seperti negowes bersama, lari pagi bersama, atau senam bersama. Bukan sepakbola atau bola voli.

Orang bisa mengatakan, bahwa olahraga bersama akan teras lebih ceria atau gembira. Karena, bagi mereka yang tidak terbiasa, akan terbawa arus ceria, setidaknya cerianya dan bergembiranya, saat melaksanakan olahraga.

Ada juga kritik, kegiatan serupa itu, lebih mengedepankan ceria sosialnya, daripada ceria-bugarnya. NAmun, kita semua merasa yakim dengan ceria sosial, setidaknya diharapkan tubuh dan mentalpun turut berkembang dengan sehat dan ceria.

semoga !

Senin, 11 Desember 2023

Tidak semua paham. Mungkin inilah, yang bisa digaris bawahinya. Karena ketidakpahamannya itulah, maka kemudian, dia melakukan tindakan yang tidak diperlukan. Sebagai pengguna jasa hotel, bisa jadi dia menganggapnya, ada beberapa barang yang ada dalam kamar, sebagai milik dari tamu hotel. Mungkin. Mujngkin begitu. Walaupun, logika itu agak kacau (absurd), namun, bisa jadi, pemikiran itu ada di sebagian benak para tamu hotel.

Gambar : Ilustrasi, karya AI, bing.com

Sudah tentu, bagi sebagian orang lain, logika itu tidak bisa diterima. Tidak masuk nalar umum. Sebab, aspek kita beli dari jasa hotel itu, adalah tempat, dan juga sejumlah hal yang habis pakai. Sementara asesoris lain, termasuk kelengkapan yang ada dalam hotel, tidaklah masuk dalam kategori yang dijual belikan, tetapi hanya dijual-jasakan saja. Karena itu, misalnya barang seperti handuk atau sendal, pada dasarnya, bukanlah sesuatu yang bisa diambil pulang oleh si pengunjung hotel.

Minggu, 10 Desember 2023

 "kita sudah berapa kali, ya, bersama dalam perjalanan ini?" ucap seorang pejabat dari sebuah instansi. Pertanyaan pembuka, yang disampaikan hari itu, kepada seorang tour guide.


Mendengar pertanyaan itu, sang pemandu wisata menjawab pertanyaan dengan senyuman pembuka. Sebuah bahasa tubuh, yang menunjukkan rasa puas, bahagia, dan terbuka dalam menerima pertanyaan itu. "berapa  kali, ya.." tanyanya balik., "ga apa-apa yang inget jumlahnya, juga, yang penting kita puas, dan bisa bertemu lagi.." ungkapnya, yang kemudian disusuli dengan gelak tawa dari banyak orang.

Jumat, 08 Desember 2023

Menaklukkan binatang buas. Butuh kesabaran dan juga pengalaman panjang.  Tidak mudah menaklukkan binatang puas. Dan tidak mudah pula, kita mengendalikan rasa takut yang ada dalam jiwa. 

Kendati kesulitan, kekhawatiran, atau ketakutan itu besar dalam jiwa, namun imajinasi manusia untuk melakukan penaklukan terhadap hewan atau binatang buas, senantiasa hadir, dan terus terjadi. Karena itu, bukan saja, ada sejumlah bukti yang bisa menunjukkan hal ini, namun sejumlah ilustrasi dalam kisah dan cerita atau film maupun legenda, kerap kali menunjukkan hal-hal seperti ini.


Kamis, 07 Desember 2023

Hari ini, saya melihat ruang tamu di tempat kerjaku, berubah lagi. Ruang tamu itu, ada di depan pusat layanan publik, resepsionis, atau di tempatku disebutnya Pusat Informasi Terpadu. 



Seminggu yang lalu, kursi yang ada di ruang tamu itu, adalah kursi besi, yang biasa ada di halte atau tempat-tempat nunggu di ruang publik. Menurut informasi, oleh pimpinan kantorku, kursi itu dipindahkan ke tempat lain, dan di ruang tamu, disediakan kursi sofa yang dianggapnya lebih terhormat untuk para tamu.

Rabu, 06 Desember 2023

Ada satu gejala unik, dan menarik di era sekarang ini. Dimanapun, kita berada, kita akan dapat menemukan satu paradoks. Paradoks sosial, budaya, dan juga paradoks-keruangan.

Paradoks budaya, dengan mudah kita melihat, ada anak-anak kecil dengan permainan gadgetnya, dan juga orangtua dengan permainan anak-anak. Tidak asing, dan bukan hal yang baru, bila kita melihat anak kecil main gadget, dan malah anak remaja atau orangtua, nonton kartun. Kartun anak-anak, yang biasa disaksikan bersama di masa kecilnya. Itulah paradoks budaya.


Seiring itu, muncul pula paradoks sosial. Dengan adanya media sosial, masyarakat kita malah menjadi penyendiri. Dengan adanya teknologi komunikasi, manusia menjadi minim dalam komunikasi. Hal itu, berbeda terbalik dengan zaman sebelumnya. Saat teknologi komunikasi terbatas, bahkan cenderung tidak ada, manusia intens melakukan komunikasi diberbagai tempatnya. Situasi ini, amat sangat terbalik dengan situasi saat ini.

Hal unik yang terjadi, apakah ini, kelanjutan atau penggenapan. Hari ini, muncul paradoks ruang, paradoks tempat tinggal.

Orang desa banyak yang melakukan healing atau wisata ke perkotaan. Sementara orang kota, melakukan wisata atau healing ke pedesaan, bahkan sampai ke pelosok pegunungan, yang entah siapa, yang pertama menyentuhkanya. Namun itulah, kenyataan hidup, dan situasi kehidupan saat ini.

Orang desa, semakin getol dan bergairah, membangun ruang hidupnya, atau tempat tinggalnya dengan gaya-gaya modern, bahkan futuristik. Kita dengan mudah, bisa menemukan bangunan pribadi atau rumah, dan perkantoran di pedesaan, yang sudah menggunakan gaya futuristik.  Bangunan dengan berbahankan material kota dan modern, hadir dan berdiri megah di pedesaan.

Begitu sebaliknya, fenomena rumah dan perumahan di perkotaan, mulai memunculkan suasana dan adat daerah. Rumah makan dengan gaya pedesaan, rumah dengan gaya-tradisional, atau gedung dan perkantoran dengan nuansa adat. Gejala ini, bukan lagi muncul di pedesaan, melainkan muncul di perkotaan. Dalam konteks itulah, kita melihat ada satu gejala baru dalam konteks kenampakkan ruang. Gejala yang kita maksudkan itu, adalah gejala interseksi-spasial. 

Interseksi, sebuah istilah yang kita pinjam dari kajian sosiologi. Makna interseksi, yaitu saling tukarnya nilai, atau budaya dari satu ruang kepada ruang lain. Interseksi spasial adalah persilangan karakter, budaya, nilai dan artefak antara satu ruang dengan ruang lainnya. Saat kita bisa menemukan ada nilai atau budaya ruang desa di perkotaan, dan atau ruang kota yang tumbuhkembang di pedesaan, maka di situlah kita melihat ada gejala interseksi spasial.

Mengapa hal itu terjadi ? 

Setidaknya ada lima point pemikiran penting, yang bisa membantu menjelaskan gejala interseksi spasialitas. Pertama, sudah tentu, hal itu merupakan bukti nyata adanya interaksi keruangan. Karena ada interaksi antara masyarakat desa dan kota, kemudian berimbuh pula pada mengalirnya seni dan budaya dari satu ruang kepada ruang lainnya, termasuk diantaranya dari desa ke kota, dan atau sebaliknya.

Kedua, masyarakat kita, baik yang desa maupun di kota, ternyata, tidak hanya membawa karakter nilai dan  budaya, melainkan juga artefaknya. Kehadiran bangunan perkotaan di daerah pedesaan, menunjukkan ada migrasi artefak dari satu ruang ke ruang lain. Gejala ini, terjadi bukan hanya antara desa dan kota, tetapi juga antar kota dalam wilayah, satu negara atau antar kota lintas negara.

Di sejumlah negara dapat ditemukan ada istilah kampung melayu, kampung china, kampung arab, atau kampung  jawa dan lain sebagainya. Nama-nama kampung itu, hadir di negeri orang, yang dikembangkan oleh pada diaspora atau perantau. Mereka bukan hanya memindahkan anggota keluarga, nilai dan budaya, namun juga dengan ruang, tempat hidupnya sendiri. Gejala itulah yang kita sebut, migrasi ruang.

Ketiga, hadirnya ruang baru di tempat baru, akan melahirkan sebuah perubahan keruangan. Ruang Jawa di Luar Jawa, akan mendapatkan pengaruh lokasinya tersendiri. Pada konteks itu, potensi terjadinya trans-spasialitas, yaitu perubahan karakter ruang dari tempat asli ke ruang diaspora.

Keempat,  keseriusan seseorang atau komunitas untuk membangun ruang-budaya di tempat baru merupakan bentuk lain dari kesadaran ruang (sense of space) dari manusia. Dengan hal itu pula, manusia sebagai homo-geographicus, bisa bangkit dengan radikalitas-ruang-tradisional, dan bisa pula berubah mengalami proses trans-spasialitas, atau hidup berkembang biak di ruang-hidup yang baru.

Terakhir, fenomena interaksi spasial, merupakan jawaban terhadap adanya indikasi globali. Karena pekembangan teknologi dan komunikasi, manusia hidup mengglobal, namun tetap berpijak pada ruang-hidupnya sendiri. Dengan kata lain, interseksi spasial dan trans-spasial, tidak mengganggu dan mengubah manusia sebagai homogeographicus.

Senin, 04 Desember 2023

Iya, tidak semua orang bisa melakukan hal yang seperti kita lakukan. Dan tidak semua kelakuan orang lain, bisa kita lakukan. Rasa-rasanya, kata-kata seperti ini, biasa kita dengar, dan amat sangat mudah untuk kita pahami. Namun, ternyata, banyak diantara kita, atau mungkin diri kita sendiri, kerap kali, atau pernah salah paham, dan salah tindak dengan kehidupan ini.



Misalnya, ini sekedar misal, kalau orang lain, bisa belajar dimana pun berada. Dia bisa belajar di kelas, di laboratorium, di rumah, atau dikendaraan. Bahkan, dibawah pohon rindang, kendati di tengah sawah pun, mereka bisa belajar. Dengan santai, dan penuh keseriusan mereka bisa membaca buku, dengan suka hati, dan senang hati.

Minggu, 03 Desember 2023

Dalam memberikan penilaian mengenai sesuatu, kadang kita hanya memperhatikan aspek yang terlihat saja. Misalnya saja, menilai calon menantu.  Kadang hanya melihat aspek penampilannya, atau aspek kemapanan dari sisi ekonomi. Aspek-aspek lainnya, kerap terlupakan atau dilupakan.



Atau, bila kita melihat sebuah lembaga pendidikan, yang akan dijadikan calon tempat belajar anak-anak kita. Kadang kita hanya melihat aspek fisik, atau bangunan saja. Ada asumsi dalam pikiran kita, kalau bangunan dan lingkungannya bersih dan lengkap, maka kualitas pendidikannya pun, akan lebih baik lagi. Itulah asumsi dan pikiran kita selama ini.

Pertanyaannya, benarkah demikian ?

Jumat, 01 Desember 2023

Derita. Satu istilah yang ada dalam kamus hidup kita. Jika, bisa, sebenarnya, kita tidak mau, memiliki kata ini dalam kehidupan kita. Namun, hampir dapat dikatakan, setiap orang pasti beririsan dengan kata ini.  Mungkin  perbedaannya, hanya soal bentuk, dan intensitasnya. Namun, secara umum, setiap orang, pasti pernah merasakan derita atau penderitaan ini.


Apakah, derita dan penderitaan, adalah sesuatu yang objektif ?