Just another free Blogger theme

Rabu, 25 Januari 2017

dengan mengetahui kelemahan orang lain,
kita dapat memperbaiki hidupnya
namun dengan menyembunyikan kelemahannya,
berguna untuk menjaga keharmonisan
dengan mengetahui keunggulan orang lain,
menunjukkan penghargaan diri,
namun dengan membuka-buka keunggulan

kan jadi bibit keangkuhan

Minggu, 22 Januari 2017


Hasil gambar untuk gagasanSepuluh tahun sudah, menjalani profesi sebagai tenaga pendidik di madrasah yang di kelola Negara.  Sebagai salah satu, lembaga pendidikan negeri, hilir mudik pegawai, khususnya di puncuk pimpinan, sudah biasa dan wajar terjadi. Potensi serupa itu, sulit dihindari, dan harus diterima tanpa koreksi.

Mengapa disebut tanpa koreksi ? alasannya sangat klasik, guru atau aparat, tidak memiliki kewenangan untuk menolak keputusan atasan. Hingga 2016, pimpinan sekolah/madrasah, lebih merupakan otoritas pemerintah dibandingkan dengan hak demokratis warga sekolahnya. Dengan kata lain, pimpinan yang datang, dengan kualitas apa adanya, harus diterima.

Rabu, 04 Januari 2017

Siapa yang tidak kenal mancing (ngusep) ? kendati tidak semua orang hobi mancing, tampaknya sangat jarang ada orang yang tidak mengenal mancing. Mancing, dalam kehidupan manusia, kini telah menjadi sebuah gejala sosial yang mewarnai agenda kehidupan manusia. Dengan kata lain, memancing telah menjadi salah satu budaya manusia dalam mengisi, mewarnai dan meningkatkan makna hidup dan kehidupannya.

Seringkali kita mendengar, ada orang yang kehabisan kata-kata bila menulis sebuah surat, artikel atau makalah. Ketika kita sedang memberi sambutan, kadangkala (khususnya bagi mereka yang jarang memberikan sambutan secara langsung tanpa teks) merasa kehabisan pembicaraan. Keadaan seperti ini, sudah barang tentu membuat kita merasa ’bete’ dan menyakitkan. Terlebih lagi, bila sedang berhadapan dengan orang yang kita hormati, maka kehabisan ide/pemikiran atau kata-kata, membuat keresahan dalam jiwa ini semakin menguat.

Pada dasarnya, tidak ada seorang pun yang melarang orang lain berpendapat. Inilah, salah satu dari asas demokrasi (freedom of speech). Dengan ruang kebebasan yang luas, dan setiap orang berhak menunjukkan keunikan, kekhasan dan karakter pemikirannya sendiri. Hanya pada masyarakat yang feodal, tata urutan berbicara dijadikan landasan etika manusia. Dan hanya pada masyarakat yang otoriter, perbedaan pendapat dan pemahaman dijadikan sasaran hokum. Selain kedua kelompok itu, tampaknya gaya bicara, isi pembicaraan dan hasil dari pembicaraan, akan lahir sebagai sebuah karya intelektual yang berkualitas manusiawi dan kemanusiaan.
Alarmku

aku lupa,
kau datang tuk mengingatkan
aku sedih,
kau datang tuk menggembirakan
aku sendiri,
kau datang tuk menemani
aku sepi,
kau datang tuk meramaikan
aku lelah,
kau datang tuk menyegarkan
aku letih,
kau datang tuk menggairahkan
aku lari,
kau datang tuk mengejar
aku sembunyi,
kau datang tuk menemui
aku diam,
kau datang tuk menggerakkan
aku hamba,
kau datang tuk meilahiahkan

kaulah alarm hidupku,
penghidup niat penggerak tujuan
kaulah pengingat waktu,
penghidup jaman, penggerak ruang




Pagi itu

pagi itu, ku sebut namamu
dalam lisanku, kau adalah bahasaku

pagi itu, kutatap wajahmu
dalam mataku, kau adalah gambaranku

pagi itu, kusentuh tubuhmu
dalam tanganku, kau adalah karyaku

pagi itu, kudengar suaramu
dalam telingaku, kau adalah berita kegembiraanku

pagi itu, kubelai bibirmu
dalam mulutku, kau adalah giziku

pagi itu, kuukur tungkai telapakmu
dalam kakiku, kau adalah langkahku

pagi itu, kupahami dirimu
dalam hidupku, kau adalah ruhku

pagi itu, kusadari dirimu
dalam sukmaku, kau adalah jiwaku

pagi itu, keselami bayanganmu
dalam jiwaku, kau adalah diriku


Bandung, 27 April 2001


Jangan Kau Tutupi

Kawan,
jangan kau tutup pintu rumahmu,
hingga tetanggamu tak pernah tahu tentang dapurmu,
dan kaupun tak pernah tahu tentang dapurnya

jangan kau tutup matamu,
hingga kau tak pernah melihat anak-anak kecil menjerit kelaparan,
anak jalan tergelepar kehausan,
orang miskin, terhuyung lemah
tak sanggup bayar-apa-apa
dan mereka rebah.
rebah, di telan gelapnya malam, nan hitam

kawan,
jangan kau tutup telingamu,
hingga kau tak pernah mendengarkan tangisan bayi
melolong di tengah malam
mereka sakit ditinggalkan sang bunda,
kelaparan ditinggalkan sang ayah
mereka kini, berayahkan kesepian, dan berbundakan kesendirian

jangan kau tutup pintu hatimu,
kawan,
hingga kau tak pernah merasakan,
hangatnya cinta yang ingin kutebarkan padamu,
dan ingin ku rasakan syahdunya cintamu,
jangan.
jangan kau tutupi pintu hatimu,
hingga kau tak pernah merasakan,
tentang indahnya hidup bertaburkan kedamaian

jangan kau tutup pintu pikiranmu,
hingga kau tak pernah mau berfikir,
tentang mereka yang disana
di sana
di dalam lubuk kelas, ada anak yang malas
di dalam lubuk sekolah, ada anak yang lemah
di dalam lubuk desa, ada anak yang mati tak berdosa
di dalam lubuk kota, ada anak yang tak punya masa depan
di dalam lubuk negara, ada anak yang kehilangan saudaranya

jangan kau tutup pintu langkahmu,
hingga kau tak pernah berjalan di atas pasir,
tak pernah berjalan di atas api
tak pernah berjalan di atas awan,
dan kini kau hanyalah onggokan daging
terkapar di atas bantal

kalaulah,
pintu rumahmu,
pintu hatimu,
pintu matamu,
pintu langkahmu,
pintu telingamu,
kau tutup tuk segalanya,
maka
kau adalah besi tua nan membisu.
Tak ada arti dan
tak ada makna.

Bandung, 7 – 6 2002