Just another free Blogger theme

Sabtu, 18 Desember 2021

Ada yang menarik dari pengalaman bermain di arena rubah-terbang (flying fox). Permainan ini, kerap hadir di sejumlah arena permainan, baik permainan anak atau permainan outbound (mancakrida).


seperti yang teralami hari-hari ini. Permainan Mancakrida (outbound), di isi dengan rubah-terbang. Sudah banyak yang terbiasa dengan permainan ini, tetapi, masih banyak pula, yang belum bisa menikmatinya. Alasan sangat beragam. Alasan males, takut,  gak berani, dan lain sebagainya. Inti kata, cukup banyak alasan yang bisa menyebabkan seseorang tidak bisa menikmati permainan rubah-terbang di kegiatan Mancakrida.

Sabtu, 13 November 2021

 


Tugas Rasulullah Muhamma Saw itu, adalah untuk seluruh umat manusia. Dalam Bahasa al-Qur’an, disebutnya kaffatan linnaas (seluruh umat manusia).

﴿ وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ ٢٨ ﴾ ( سبأ/34: 28)

28.  Tidaklah Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali kepada seluruh manusia sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.  (Saba'/34:28)

Rabu, 22 September 2021

Tidak semua sadari atau menyadari. Berbagai ucapan, emoticon, gambar atau apapun yang disimpan di platform digital, akan menjadi bagian sejarah-dirinya sendiri. Salah satu diantaranya, akan kita sebut sebagai jejak intelektualnya.

Informasi dari kalangan yang paham tentang pemrograman, karakter program di komputer itu, bersifat algoritma.  Logika wajar dan akan terus berulang, sebagaimana pola yang sudah disusunnya.  Karakter serupa ini, perlu disadari, bahwa apa yang kita lakukan di platform itu, akan membentuk kewajaran-wajah kita, sesuai dengan kebiasaan yang kita lakukan selama ini, dan saat ini,


Senin, 20 September 2021


Awalnya, lebih sekedar pertanyaan. Pertanyaan pribadi terhadap tim manajemen madrasah. Khususnya, bila kita membayangkan, praktek dan model pembelajaran selepas pandemi ini berakhir.
Taruhlah, kita optimis dan berharap besar, bahwa pandemi akan berakhir pada beberapa hari ke depan, atau setidaknya, di awal 2022, kita semua sudah bisa melakukan aktivitas kehidupan secara normal lagi.  Berekonomi normal, bersosial normal, bersekolah normal, berpolitik normal, dan melakukan aktivitas apapun dilakukan secara normal.

Selasa, 27 Juli 2021


Istilah jejak digital, sangat familiar dalam kehidupan kita, hari ini. Istilah ini pulalah, yang memberikan kenangan, setidaknya dapat mengobati luka diri, supaya tidak terlalu dalam.

Bisa dibayangkan. Seluruh data, tersimpan dalam satu bank data. Sebut saja, mislanya pada sebuah drive di komputer atawa laptop. Tidak tersisa dan kita rapih menyimpannya di drive tersebut. Bahkan, saking rapihnya, komputeri atau laptop itu, khusus pekerjaan sendiri dan untuk diri sendiri. Tidak ada orang lain yang diizinkan untuk menggunakannya.

Sekali dua kali masih aman.

Rabu, 09 Juni 2021

 


Awal Februari 2021, sebagian besar tenaga pendidik di Indonesia sudah mendapat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan peniadan Ujian Nasional di akhir tahun pada jenjang Pendidikan dasar dan menengah. Andaipun tidak mendapatkan edaran tersebut, mungkin ada diantara kita yang langsung menyaksikan sosialiasi Mas Menteri di media social elektronik, atau media public lainnya.

Dengan merujuk Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 tahun 2021, terungkap bahwa Ujian Nasional di tiadakan. Di  bagian lainnya, ada pesan bahwa kenaikan kelas pada jenjang Pendidikan dasar dan menengah di tahun 2021 ini, ditentukan oleh empat faktor utama, yakni (1) Portofolio berupa evaluasi atas nilai rapor, nilai sikap atau perilaku, dan prestasi yang diperoleh sebelumnya (penghargaan, hasil perlombaan, dan sebagainya), (2) Penugasan, (3) Tes secara luring atau daring, dan/atau;, dan (4) Bentuk kegiatan penilaian lain yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.[1] Kebijakan ini, dapat dikatakan sebagai rangkaian kebijakan responsive Pemerintah terhadap situasi pandemic. Dalam kebijakan sebelumnya, Pemerintah pun, sudah menegaskan pengunduruan waktu pelaksanaan AKM (Assessment Kompetensi Minimal), menjadi akhir tahun, atau diperkirakan Oktober 2021.[2]

Kamis, 13 Mei 2021

Berulang kali lebaran, berulang kali umat Islam meyakini kembalinya jatidiri pada kesucian. Berulang kali pula, setiap insan muslim melontarkan ucapan selamat idul fitri di hari kefitrian itu.


TIdak bisa diingkari, secara sosiologis, hampir seluruh umat Islam merasakan kebahagiaan. Bahagia dengan tibanya hari lebaran atau idul fitri. Mereka melakukan penyambutan hari lebaran dengan beragam cara. Andaipun ada satu catatan yang sama yang biasa dijadikan tradisi lebaran, yakni bershilaturahmi dan bersuka cita makan opor ayam di hari lebaran. 
Ada juga kesamaan lainnya, yang tidak jarang dilakukan umat Islam. Mengenakan pakaian baru. Baju koko baru, mukena baru, dan serupa itu, untuk meramaikan hari suci, dan kesucian di idul fitri. 

Minggu, 09 Mei 2021


"sebagai bintang iklan, kewajibannya adalah melakukan apa yang sudah digariskan dalam skrip dari pemesan.." itulah salah satu ucapan, yang mungkin bisa kita dengar, saat kita berhadapan dengan seorang bintang iklan.

Saya sendiri belum pernah menjadi bintang iklan. Tetapi, untuk sekedar berkomunikasi dengan pihak tertentu, dalam meng-endorse produk yang akan dipromosikan, bukan sesuatu yang sulit. Sudah beberapa kali, permintaan dan permohonan itu diajukan.

Kendati tidak berimbas secara ekonomi secara nyata, namun, sejumlah hal pernah dijalani. Melakukan sesuai dengan apa yang dimintakannya, dengan maksud dan tujuan mempromosikan produk yang diminta dipromosikannya.

Kamis, 29 April 2021


Setiap Ramadhan tiba, selalu saja, ada pertanyaan, "katanya, setan dibelenggu, tapi kenapa, kemaksiatan masih ada ?" 

Pertanyaan yang sederhana, namun memiliki kedalaman dan kompleksitas masalah yan cukup luar biasa.  Penulis sendiri, rasa-rasanya, baru bisa memahami dalam waktu-waktu terakhir, dan itupun, belum tentu, memberikan gambaran dan atau jawaban yang memuaskan.

Senin, 05 April 2021


Tidak semua orang, senang dengan perbedaan pendapat. Tidak semua orang, bisa, hidup dalam suasana perbedaan pendapat. Tidak semua orang kerasan, untuk hadir di tengah benturan pandangan.

opini, dengan seketika muncul dalam benak ini. Sesaat, selepas mengikuti sebuah kegiatan pertemuan. Pertemuannya disebut pertemuan dinas, dan dihadiri oleh orang-orang yang dipersepsi masyarakat, adalah dewasa dan berpendidikan. Tetapi, seusai rapat itu, perasaan ini malah gelisah dan merasa tidak nyaman, dengan tanggapan beberapa orang, yang menilai bahwa rapat barusan, terbilang kurang nyaman.

"lha, apa masalahnya..?"

Sabtu, 27 Maret 2021

 


"Untuk apa kita belajar mengenai kearifan lokal?"

Pertanyaan yang sering muncul di tengah kita membincangkan masalah-masalah yang terkait dengan kearifan lokal. Baik di lembaga pendidikan atau di forum ilmiah, pertanyaan ini, cukup sering muncul, dengan maksud untuk meluruskan dan atau mengingatkan kepada kita semua, mengenai target akhir dari pembicaraan mengenai kearifan lokal (local wisdom).

Seperti sudah disampaikan di kesempatan lain, bahwa kita tidak bisa sekedar berhenti dengan membicarakan masalah kearifan lokal. Tidak bisa begitu. Kita harus melangkah maju, dan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, serta kebutuhan zaman. 

Bila demikian adanya, maka apa posisi pentingnya kita membahas masalah-masalah yang terkait dengan kearifan lokal ?

Rabu, 17 Maret 2021

Tidak akan terlupakan. Kendati tidak lama, praktek hidup di tempat ini. Sama serupa dengan rekan-rekan yang lainnya, ada yang seminggu, tiga hari, atau beberapa jam. Saya termasuk diantara mereka yang bisa menikmati hidup, praktek hidup nyata di kawasan ini, tidak lebih dari satu hari lamanya.


Hal besar dari pengalaman hidup itu, ternyata mampu mengikat kenangan sampai detik ini. Detik tulisan ini, ditulis, atau detik-detik tulisan ini dibaca lagi.  Ternyata benar, ungkapan orang bahwa, kenangan itu, mampu menembus waktu dan ruang. Perjalanan hidup tidak begitu lama, namun kenangannya mengendap lama, dan bahkan sulit untuk dilupakan.

Senin, 15 Maret 2021



Hidayah. Istilah yang cukup popular dalam lisan masyarakat Islam. Kata ini, bukan saja, menjadi salah satu kosa kota spiritual, namun juga menjadi bagian penting dalam konteks sosial kemasyarakatan. Karena seseorang yang mendapatkan hidayah, akan memiliki status sosial tertentu di tengah masyarakat.

Lantas apa yang dimaksud dengan hidayah ?

Pertanyaan ini mucul, sesaat selepas shalat subuh di masjid pinggir rumah. Seperti biasanya, dengan tetangga, kerap saling sapa dan saling tanya. Salah satu lontaran pertanyaan saat itu, adalah "bagaimana kabar sahabat, sehat ? alhamdulillah, dapat hidayah lagi...?" ungkapnya dalam bentuk canda.

Kamis, 04 Februari 2021

 


Seorang petani, bekerja di sebuah kebun. Sedari pagi hari, sang petani ini sudah mencangkuli tanah beberapa petak di kebun tersebut. Dia bekerja tidak sendirian. Ada lima atau enam petani yang lain pun turut bekerja di tempat tersebut. Seperti hari-hari yang lainnya, pada hari itu si petani memiliki kewajiban untuk bekerja di lading sang Majikan, selama 10 jam, yaitu mulai dari pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Kendati demikian, si Majikan tidak melarang bila ada yang datang bekerja lebih pagi, dan pulang agak telat. Malahan, tuan Majikan memberikan nilai lebih kepada mereka yang memiliki semangat kerja yang tinggi, juga menjunjung tinggi produktivitas.

Tak ayal lagi, berdasarkan pengalamannya dia bekerja, sang petani kita ini, datang lebih pagi dari pada rekanan kerja yang lainnya. Dalam benaknya, tertanam keinginan untuk menunjukkan hasil kerja yang baik, sehingga lahan kebun Majikannya tersebut dapat ditanami secara baik, yang pada akhirnya akan menghasilkan hasil kebun yang melimpah. Pada bayangan petani kita ini, bila hasil kebunnya melimpah, dan Majikan bahagia dengan hasil pertaniannya, bukan hal yang mustahil akan ada limpahan rijki kepadanya juga. Oleh karena itu, motivasi dasar seperti ini, menjadi sesuatu hal yang kuat dalam jiwanya untuk terus bekerja keras selama satu minggu ini.

Rabu, 03 Februari 2021


 Penyakit Orde Baru, masih kuat dalam kehidupan kita. Dengan penyakit Orde Baru itu jugalah, kita semua menutupi berbagai kekeliruan kita dihadapan masyarakat, atau mungkin juga dihadapan mahkamah keadilan. Penyakit yang kita maksudkan ini, adalah menggunakan bahasa sebagai alat politik untuk memenangkan kepentingan, atau membenarkan sikap politiknya dihadapan masyarakat.

Sebagaimana diketahui bersama, di jaman Orde Baru, bahasa politik para pejabat publik kerap tidak seimbang. Kalau mengkritik orang lain, menggunakan pendekatan pengerasan bahasa bahkan sarkasme, sedangkan bila menceritakan tindakan dirinya kerap menggunakan pelembutan bahasa. Sehingga tidak mengherankan bila ada yang protes terhadap kebijakan pemerintah, disebutnya sebagai anti pemerintah, tidak nasionalis, dan tidak mendukung pembangunan. Bahkan, yang melakukan kritik kepada pemerintah disebutnya teroris atau anti kestabilan. Sedangkan, bila terkait dengan tindakan pemerintah  dalam mengamankan kebijakannya, pemerintah kerap menggunakan bahasa yang halus atau lembut  (pleonasme). Kenaikan BBM disebut penyesuaian, penangkapan tersangka disebut diamankan.

Penyakit inilah, yang kita sebut penyakit orde baru masih teridap dalam diri kita saat ini.

Minggu, 31 Januari 2021

 


Dilihat dari karakteristik data atau pendekatannya, penelitian dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Kedua pendekatan ini, merupakan arus utama dalam pelaksanana penelitian, baik di kalangan ilmuwan sosial maupun ilmu alamiah.

Penelitian kuantitatif banyak digunakan dalam ilmu alamiah (natural science). Walaupun kalangan ilmu sosial juga kerap menggunakan pendekatan ini, tetapi pendekatan kuantitatif lebih banyak digunakan oleh ilmuwan eksakta. Karakter dari penelitian kuantitatif itu adalah menggunakan data yang terukur, terindra dan bisa dikendalikan.  Asumsi yang dimilikinya, yaitu menganggap bahwa data bisa dibedakan, dipisahkan dan dijaga jaraknya dari si peneliti.  Jenis data yang digunakannya, yaitu data-data angka atau statistik.

Rabu, 06 Januari 2021


Bagi kita yang belajar meningkatkan kapabilitas atau kompetensi hidup, mungkin ada baiknya menengok pandangan Rasulullah Muhammad Saw mengenai cerdas dan lemah. Pandangan ini, masuk dalam kategori salah satu warna perspektif teologi Islam mengenai karakter dan ciri dari orang cerdas dan orang lemah. 

مسند أحمد ١٦٥٠١: حَدَّثَنَا ………. عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami… dari Syaddad bin Aus berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang menghitung-hitung dirinya dan beramal untuk setelah kematian, sebaliknya orang yang lemah adalah orang yang mengikuti jiwanya dengan hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah." (Hr. Ahmad, No. 16501)

Merujuk pada sabda Rasulullah Muhammad Saw ini, ada makna praktis yang dapat diterapkan dalam konteks kehidupan manusia. Dalam hadis itu ada dua sifat orang cerdik, dan ada dua sifat orang lemah.

Selasa, 05 Januari 2021

 


Gue sadar. Sadar banget. Orang bilang, gak ada pengaruh setetes alkoholpun kepada pikiran ini. Gue benar-benar dalam keadaan sadar 100 %. Tetapi, inilah masalah gue saat ini, disebut sadar, tetapi tidak melakukan Tindakan yang nyata, sesuai dengan kesadaran waktu itu.

Ini pun, bukan masalah hipnotis. Karena memang, gue masih sadar. Gue sadar, dan terasa banget, kalau telunjuk ini digigit, akan terasa  nyeri. Nyata, sakitnya. Tetapi, sekali lagi, gue termasuk orang yang sulit dipahami, mengapa, hal itu dibiarkan terjadi.

Untuk dongeng ini, gue gak peduli, kebenaran waktunya. Entah tahun berapa terjadinya, entah kapan terjadi. Semua itu, bagi gue sih gak prinsip. Karena emang, gue bukan seorang arsiparis atau seorang historian, yang amat sangat peduli pada angka, waktu dan tempat. Gue bukanlah mereka, dan mereka pun bukanlah gue.

Hal prinsip yang gue pahami saat ini, adalah konteks peristiwanya. Konteksnya itulah yang tidak akan terlupakan, sampai kapanpun.