Just another free Blogger theme

Kamis, 24 November 2022

Duka yang mendalam. Itulah, yang bisa kita tunjukkan saat ini. Bagi sebagian orang, tidak banyak yang bisa dilakukan, selain ucapan duka dan doa, menghadapi kenyataan yang menimpa saudara-sauara kita di Cianjur Jawa Barat.

Coba bayangkan, waktu itu belajar baru berjalan beberapa menit. Memang menggunakan pola daring, memakai aplikasi pertemuan jarak jauh. Di era ini, kita bisa menggunakna google meet, atau zoom atau aplikasi lain yang sejenis. Kami pun, saat itu, tengah menggunaknan salah satu mode pembelajaran jarak jauh era teknologi informasi.



Perkuliahan baru berjalan beberapa menit, langsung ada pesan tertulis, "maaf, saya pamit duluan, karena di sini, tengah gelisah dengan adanya gempa susulan...", ungkapnya. Saat itu, adalah 22 November 2022, sekitar pukul 19.00 WIB.

Sekali lagi. Bagi kita yang ada di tempat jauh, berjarak dari lokasi kejadian gempa Cianjur, hanya bisa merasakan duka dan melantunkan doa kepada saudara-saudara kita tersebut. 

Tapi, kami yakin, kendati sekedar ucapan doa dan duka itu, tidak akan mengurangi rasa dan kepedulian kami kepada mereka. Kami  yakin, bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, maka peran nyata serupa itu pun, akan menjadi bagian penting dalam membangun solidaritas kepada sesama.

Ada langkah nyata lainnya, yang juga ditunjukkan oleh sejumlah teman. Misalnya penggalangan dana, atau kebutuhan praktis bagi masyarakat paska bencana. Penggalanan dilakukan, baik menggunakan mode daring maupun aksi nyata di lapangan. Semua itu, tampak dan terasa di lapangan.

menyimak dan merasakan hal seperti itu, adakah, sesuatu hal yang tertinggal dari semua itu ? 

Kita bersyukur, di sela-sela keprihatinan terhadap perilaku netizen yang buruk dalam mengomentari kejadian politik atau sikap politik, untuk kasus yang satu ini, para netizen mampu menunjukkan sikap yang positif. Para netizen mampu menunjukkan sikap yang senada, yakni peka, peduli dan simpati, serta aksi nyata dalam mendukung saudaranya yang terkena gempa.

Sekali lagi, hal yang perlu disampaikan di sini, adakah sesuatu yang kurang dari gerakan seperti ini ? 

Mungkin benar, tidak cukup dengan doa, dan atau sumbang-sambing seperti yang dilakukan selama ini. Karena, ada hal mendasar yang perlu disadari bersama, yakni membangun kesadaran kolektif mengenai situasi dan kondisi tempat tinggal kita selama ini.

"Ya betul, kita tinggal di Indonesia, wabil khusus di Jawa, kondisi daerah kita, secara geologi adalah wilayah yang rawan potensi bencana.." ini adalah fakta, ini adalah nyata, ini adalah kondisi ril. semua orang, yang berada di wilayah ini, perlu sadar dan paham hal ini.

Seingat saya, ada tagline yang unik di kalangan penggiat mitigasi bencana, "jika kita mengenalinya, maka kita dapat bersahabat dengannya.." Maksudnya, jika kita mengenali karakter geologi di sekitar kita,  maka kita dapat merumuskan strategi mitigasi atau langkah-langkah antisipasi terhadapnya.

Sebagai pelaku media, atau jurnalis, untuk mendukung penguatan kesadaran masyarakat, maka perlu pula mengembangkan model jurnalisme-kebencanaan. Untuk mengembangkan tulisan yang berpihak pada korban bencana, maka ada beberapa etika yang perlu dikedepankan. Pertama, tunjukkan empati dan simpati pada korban. Kedua, pilihan gambar yang tepat, Ketiga, identitas korban perlu dijaga, dan Keempat, adalah perhatikan kondisi paska bencana. Dengan kesadaran serupa itu, maka berita mengenai bencana, akan melahirkan sebuah kesadaran terhadap kodnisi dan lingkungan.

itulah yang disebut literasi bencana !!


Categories: ,


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar