Just another free Blogger theme

Minggu, 31 Januari 2021

 


Dilihat dari karakteristik data atau pendekatannya, penelitian dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Kedua pendekatan ini, merupakan arus utama dalam pelaksanana penelitian, baik di kalangan ilmuwan sosial maupun ilmu alamiah.

Penelitian kuantitatif banyak digunakan dalam ilmu alamiah (natural science). Walaupun kalangan ilmu sosial juga kerap menggunakan pendekatan ini, tetapi pendekatan kuantitatif lebih banyak digunakan oleh ilmuwan eksakta. Karakter dari penelitian kuantitatif itu adalah menggunakan data yang terukur, terindra dan bisa dikendalikan.  Asumsi yang dimilikinya, yaitu menganggap bahwa data bisa dibedakan, dipisahkan dan dijaga jaraknya dari si peneliti.  Jenis data yang digunakannya, yaitu data-data angka atau statistik.

Rabu, 06 Januari 2021


Bagi kita yang belajar meningkatkan kapabilitas atau kompetensi hidup, mungkin ada baiknya menengok pandangan Rasulullah Muhammad Saw mengenai cerdas dan lemah. Pandangan ini, masuk dalam kategori salah satu warna perspektif teologi Islam mengenai karakter dan ciri dari orang cerdas dan orang lemah. 

مسند أحمد ١٦٥٠١: حَدَّثَنَا ………. عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami… dari Syaddad bin Aus berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang menghitung-hitung dirinya dan beramal untuk setelah kematian, sebaliknya orang yang lemah adalah orang yang mengikuti jiwanya dengan hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah." (Hr. Ahmad, No. 16501)

Merujuk pada sabda Rasulullah Muhammad Saw ini, ada makna praktis yang dapat diterapkan dalam konteks kehidupan manusia. Dalam hadis itu ada dua sifat orang cerdik, dan ada dua sifat orang lemah.

Selasa, 05 Januari 2021

 


Gue sadar. Sadar banget. Orang bilang, gak ada pengaruh setetes alkoholpun kepada pikiran ini. Gue benar-benar dalam keadaan sadar 100 %. Tetapi, inilah masalah gue saat ini, disebut sadar, tetapi tidak melakukan Tindakan yang nyata, sesuai dengan kesadaran waktu itu.

Ini pun, bukan masalah hipnotis. Karena memang, gue masih sadar. Gue sadar, dan terasa banget, kalau telunjuk ini digigit, akan terasa  nyeri. Nyata, sakitnya. Tetapi, sekali lagi, gue termasuk orang yang sulit dipahami, mengapa, hal itu dibiarkan terjadi.

Untuk dongeng ini, gue gak peduli, kebenaran waktunya. Entah tahun berapa terjadinya, entah kapan terjadi. Semua itu, bagi gue sih gak prinsip. Karena emang, gue bukan seorang arsiparis atau seorang historian, yang amat sangat peduli pada angka, waktu dan tempat. Gue bukanlah mereka, dan mereka pun bukanlah gue.

Hal prinsip yang gue pahami saat ini, adalah konteks peristiwanya. Konteksnya itulah yang tidak akan terlupakan, sampai kapanpun.