Just another free Blogger theme

Kamis, 29 Februari 2024

Tulisan ini, tidak diimbuhi data. Sekali lagi, tulisan ini lebih merupakan refleksi atau analisis saja. Data-data empirik tidak disertakan saat menuliskan narasi ini. Namun, pertanggungjawaban nalar, atau rasional, bisa dipertaruhkan. Atau setidaknya, kita berhadap beradu-nalar dalam memberikan sebuah penjelasan terkait dengan perilaku politik masyarakat Indonesia.


Pengalaman Pemilihan Umum (Pemilu), Pilpres dan Pilleg 2024 ini, menyisakan pertanyaan dan misteri yang sangat luar biasa. Setidaknya, bila laporan dari LSI benar, bahwa penerima bansos cenderung memiliki Pabrowo Gibran, maka muncul pertanyaan kritis, mengapa dan bagaimana perilaku atau sikap politik rakyat Indonesia saat ini ?

Pertanyaan ini, patut untuk dibincangkan. Setidaknya, merujuk pada soalan besar bangsa kita ini. Apakah benar, bahwa sikap politik dan partisipasi politik rakyat Indonesia ini, masih rendah, sehingga begitu  mudah beralih pilihan, atau meneguhkan pilihan sekedar karena bansos ?

Rabu, 28 Februari 2024

Bagi mereka yang lahir hari ini, akan merasa istimewa.  Keistimewaan itu, setidaknya, karena hari ini, hanya ada 1 kali dalam setiap empat tahun. Artinya, perayaan ulangtahun mereka yang lahir hari ini, akan dilaksanakan setiap siklus empat tahunan. Nah, ini keistimewaannya.

Bagi sebagian orang, mungkin belum banyak yang paham, mengapa ada kejadian seperti ini ? 



Tahun kabisat (Leap year) merupakan tahun yang mengalami penambahan satu hari dengan tujuan untuk menyesuaikan penanggalan dengan tahun astronomi. Hal itu terjadi, karena dalam setiap tahunnya, kalender tahunan itu tidak persis 365 hari, tetapi 365 hari, lebih 5 ham 48 menit, 45,1814 detik.  Bila saja, kita tidak menghiraukan perbedaan jumlah hitungan astronomis ini, maka setiap empat tahun akan kekurangan hampir 1 hari (tepatnya yaitu sekitar 23  jam 15  menit , dan 0,7256 detik). 

Selasa, 27 Februari 2024

Isu dihapuskan mata pelajaran Agama dalam kurikulum pendidikan, muncul lagi, dan menguat lagi. Isu ini, seakan tidak pernah habis, dan mungkin tidak akan pernah berhenti. Sepanjang, ada analisis yang memosisikan agama sebagai 'masalah' bagi  masa depan bangsa dan negara ini. Salah satu yang sempat ramai dalam perbincangan netizen adalah ucapan dari Kepala BPIP, Yudian Wahyudi (2020). 



Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah diterima oleh mayoritas masyarakat, seperti tercermin dari dukungan dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah sejak era 1980-an. Tapi memasuki era reformasi asas-asas organisasi termasuk partai politik boleh memilih selain Pancasila, seperti Islam. Hal ini sebagai ekspresi pembalasan terhadap Orde Baru yang dianggap semena-mena.

Senin, 26 Februari 2024

Kelas, dalam skala mikro geografi adalah satu ruang. Boleh dikategorikan sebagai ruang kelas, atau lebih luas lagi yaitu ruang-akademik pada unit satuan pendidikan (persekolahan). Dengan memberikan pengertian seperti ini, dan juga seharusnya memang begitu, maka mau tidak mau, siapapun yang menjadi bagian dari edusistem (istilah lain dari ekosistem) satker tersebut, berada dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.


Unik memang. Ini adalah keunikannya. Sangat kontras terlihat dengan lingkungan yang lainnya. Seseorang yang berangkat pergi ke pabrik, niat kerja, dan melakukan aktivitas pekerjaan. Serius, dan hampir dipastikan tidak ada ruang-untuk aktivitas lain. Tetapi, hal ini, akan sangat berbeda dengan ruang-pendidikan. Sangat berbeda.

Minggu, 25 Februari 2024

Ah, bagi sebagian orang, mungkin tidak peduli namanya apa, tetapi kejadiannya serupa itu. Karena, membeda-bedakan arti, jika hanya karena perbedaan nama daerah, menjadi sesuatu yang tidak berguna.  Sudah jelas, dan bisa dipastikan, bagi daerah-daerah tertentu, yang pernah memiliki kejadian serupa itu, akan memiliki nama lokal atau nama daerahnya sendiri. Dengan demikian sudah tentu, akan melahirkan perbedaan sebutan.



Benarkan ?  

Tornado adalah istilah bahasa kita, yang diserap dari bahasa Spanyol 'tronado' yang mengandung arti badai petir. Ada juga yang mengatakannya, dari bahasa Latin, tonare yang memiliki arti gemuruh. Sedangkan, dalam bahasa lokal orang Indonesia, yaitu, ada yang menyebut angin puyuh, puting beliung, atau angin kencang atau istilah lainnya, yang tumbuh kembang di masyarakat lain. Tentunya, semakin banyak masyarakat lokal yang melihat kejadian itu, akan semakin banyak bahasa sebutannya. 

Rabu, 21 Februari 2024

Tidak banyak yang menyadari, bahwa untuk membangun budaya organisasi itu, dibutuhkan kineja yang optimal atau prima. Dari semua pihak. Tanpa kecuali. Karena, bisa jadi, kendati satu orang saja, dari anggota atau karyawan itu, yang mengalami gangguan jabatan, maka akan menjadi problem serius bagi organisasi.



Paska reformasi ini, kritika dan analisis tajam dari ragam pihak, muncul dan berseliweran. Khususnya dalam konteks penataan organisasi, dan layanan publik di lembaga publik. 

Mengapa hal demikian, menjadi perhatian banyak pihak ? Satu diantara jawaban, yang menjadi perhatian banyak orang itu, yakni munculnya ODGJ. Menurut pencetusnya, istilah ODGJ ini bukan orang dengan gangguan jiwa, melainkan orang dengan gangguan jabatan. Kendati demikian, publik bisa memahaminya, bahwa orang yang mengalami sikap hidup, dengan gangguan jabatan, pun, adalah bentuk dari gangguan jiwa. 

Senin, 19 Februari 2024

Rapat rutin di kerajaan hutan belantara. Raja Singa, membuka pembicaraan dengan maksud untuk memberitahukan kepada seluruh pegawainya, terkait dengan regulasi atau struktur keorganisasian di negerinya itu.


"kita akan ada perubahan kepengurusan.." ungkapnya, dengan tegas, dari atas singgasananya. Dari kursi kekuasaannya itulah, dia memberikan perintah, harapan, keinginan, dan bahkan juga hukuman kepada seluruh pihak yang dianggapnya perlu ditindak.

Minggu, 18 Februari 2024

Ragam mobilitas penduduk, ternyata tidak jauh dan tidak perlu mahal. Setidaknya demikianlah pandangan konseptual dan teoritik dalam kajian Geografi. Hal itu terjadi, karena pada dasarnya, makna hakiki dari mobilitas penduduk, yaitu gerak. Sementara gerak dapat diartikan  perubahan posisi dari satu titik ke  titik lain, atau dari satu tempat ke tempat. Dengan definisi seperti ini, maka jelas, bahwa ruang lingkup dan jenis mobilitas penduduk itu sangat sederhana dan beragam.



Hambatan terbesar masa kini, khususnya anak-anak milenial, yaitu malas gerak (mager). Mager adalah istilah yang popuar di era ini, dan kemudian menjadi gejala umum pada anak-anak milenail. Bila hal ini terus berkembang, dan atau menjadi bagiand ari budaya anak milenial, maka adalah hal tidak mustahil  bila kemudian, bergerak adalah sesuatu yang mahal, dan juga sulit untuk dibudayakan.

Rabu, 14 Februari 2024

Fenomena masyarakat paska pemilihan, menarik untuk ditelaah. Setidaknya, ulasan ini mengacu pada gejala sosial yang ada di satu komplek, perkotaan. Keunikan kemenarikannya itu, setidaknya, karena ternyata dalam satu ruangan saja, sebut saja, ruang kerja, rumah, atau satu blok perumahan  di perkotaan, mampu menunjukkan gejala sikap politik yang berbeda-beda. Inilah unik dan menariknya.



Selaras dengan apa yang terjadi, hari ini, paska pencoblosan di pilleg dan pilpres, ditemukan ada empat kategori masyarakat kita. Empat kelompok ini, tampak jelas dalam konteks pemilihan presiden dan wakil presiden. Sementara untuk pemilihan anggota legislatif atau dewan perwakilan daerah (DPD) tidak kentara, walaupun mungkin satu diantara sekiannya ada yang selaras dengan psikologi politik pemilih saat itu.

Senin, 12 Februari 2024

Pertanyaan ini, sangat serius, benarkah Geografi itu diposisikan sebagai disiplin ilmu yang tidak memiliki paradigma keilmuan tersendiri ? tidak mudah untuk menjawab ini. Di sebut tidak, bukan berarti karena tidak ada jawaban, tetapi pertanyaan ini memancing banyak pihak untuk bertanya kembali apa yang dimaksud dengan paradigma, dan apa yang dimaksud dengan Geografi.



Sekali lagi. Pertanyaan itu, sangat serius, dan perlu untuk ditanggapi, baik oleh kalangan Geograf, tenaga Pendidik Geografi maupum mereka yang tengah belajar Geografi. Keberhasilan kita dalam memberikan tanggapan terhadap masalah ini, dapat dipastikan, akan mampu meningkatkan kepercayaan diri seseorang, untuk menganut keyakinan ilmiahnya terhadap Geografi sebagai sebuah disiplin ilmu. Sementara, jika gagal dalam memberikan tanggapan terhadap masalah ini maka sudah dipastikan pula, orang tersebut akan mengalami kegamangan untuk meyakini Geografi sebagai sebuah disiplin ilmu.

Sebagai orang yang sudah 15 tahun mengajar Geografi, sudah tentu, akan kaget dan dikagetkan dengan pertanyaan ini. Jelaskan, kalau Geografi benar-benar menjadi sebuah disiplin ilmu tanpa paradigma, menunjukkan bahwa seluruh hal baik yang terkait dengan pikiran, perkataan dan tindakan kegeografiannya selama ini, hancur sudah. Ijazah pendidikan Geografi, menjadi tidak ada artinya. Hal itu terjadi, karena ternyata, keilmuan yang didapatkannya pun, bukanlah sebuah disiplin ilmu berparadigma.

Dari mana asal-usul pertanyaan ini ? atau mengapa, pertanyaan ini muncul ? 

Satu diantara sekian soalan yang ada di sekitaran Geografi itu, adalah terkait dengan identitas kegeografian. Betul, saat disiplin ilmu dipecah jadi dua,  3, 4 atau lima , maka kemudian orang bertanya, dimana posisi Geografi ?

Sebut saja, bila orang berbicara mengenai dualisme keilmuan, eksak atau sosial (IPA atau IPS), di mana posisi Geografi ? belum ada bisa menjawab dengan tegas. Maka orang bisa menuduhnya, tidak ada paradigma yang tegas mengenai posisi keilmuan Geografi. Hal itu terjadi, karena Geografi ada IPA-nya, dan juga ada karakter IPS-nya.

Lantas, bagaimana kalau orang mengelompokkanya pada kelompok humaniora ? jelas sudah, untuk hal yang ketiga ini pun, sangat sulit ditempatkannya. Memang, dulunya Geografi adalah logografi atau cerita perjalanan dari seorang petualang, tetapi tidak serupa dengan novel, roman, atau sejarah. Maka karena itu, sulit diposisikan sebagai kelompok humaniora.

Kesempatan berikutnya, mungkin ada yang  berusaha untuk memasukkannya pada rumpun teknik. Setidaknya karena Geografi kerap bicara mengenai pemetaan, SIG, penginderaan jauh, atau survey dan sejenis itu semua. Kita setuju dengan penjelasan ini, namun Geografi bukan hanya itu saja, Ada aspek lain, yang tidak berkarakter teknik, namun tetap menjadi bagian penting dari Geografi.

Bila demikian adanya, ada satu kelompok keilmuan lagi, yang biasa disebutkan orang, yaitu kelompok agama (religion studies). Wah, untuk hal yang satu ini pun, tidak tepat. walaupun, Geograf kadang menjelaskan mengenai ragam agama yang tumbuhkembang di dunia, namun Geografi bukanlah cabang atau jenis dari ilmu teologi.

Bila demikian adanya, akankah Geografi menjadi sebuah ilmu dengan disiplin multi-paradigma (paradigma ganda) ? Istilah ini, perlu dipertajam dengan baik. Sehingga, dapat dipahami dengan tegas, posisi Geografi itu sendiri. Namun untuk kepentingan kali ini, andai saja, sambal adalah sebuah makanan enak, maka Geografi itu adalah sambalnya, bukan cabai, bukan garam, bukan gula, bukan cobeknya. Tetapi sintesis dari itu semua, itulah Geografinya.

Itulah paradigma keilmuannya. Bukan yang  lain. 

Tidak sadar, atau tidak semua orang menyadari. Setiap tindakan, pada dasarnya memiliki alasan. Alasan yang paling kuat, yang menjadikan seseorang mengambil tindakan tersebut. Jelaslah, bahwa dalam pemahaman ini, tidak ada tindakan manusia yang tidak memiliki alasan. Pasti, atau pastinya, ada alasannya. 

Persoalannya, adalah, apakah alasan itu hadir dalam bentuk penalaran, perasaan atau ucapan yang dikemukakan secara terbuka ? atau, bila tidak diungkapkan, alasan itu muncul dibalik seluruh hal yang disebutkan tadi, tetapi hadir dalam alam bawah sadarnya. Untuk menjelaskan hal ini, maka mau tidak mau, kita harus pinjam pola pikir atau pandangan yang dikembangkan Sigmund Freud mengenai psikoanalisis.

Sore ini. Sebelum pulang dapat informasi, bahwa pimpinan di sebuah lembaga melakukan penataan ulang terkait tata-kelola penggunaan ruang di gedung tersebut. Kenampakkan yang  nyata, sewaktu bermaksud pulang kerja, tampak bahwa ruang bendahara organisasi itu, pindah dari ruang dalam ke ruang  terbuka. Sementara ruang dokumen, yang semula ada di bagian depan, atu di ruang terbuka itu, kemudian di pindakan ke ruang dalam, menjadi ruang yang tertutup.

Bagi sebagian orang, kebijakan itu mungkin tidak istimewa. Tidak menarik. Atau, tidak memberikan sesuatu yang layak dibicarakan. Pemindahan dan rotasi ruang kerja, adalah sesuatu hal yang biasa, yang bisa disebut sebagai hal normal, wajar, dan alamiah, bergantung pada hasrat atau keinginan dari pimpinan yang mengeluarkan kebijakan tersebut. Kebijakan itu, rasa-rasanya, tidak perlu dikomentari, dan hanya menghabiskan waktu dan tenaga saja. 

Biarkan saja berlalu. Karena perubahan itu, adalah hal biasa, dan normal di lakukan oleh siapapun dan kapanpun juga !

Tetapi, bila kemudian ada orang, atau pihak tertentu, yang mencoba untuk mengajukan pertanyaan, apa alasan dan apa maksud dari perubahan itu, dan mengapa pola perubahannya seperti itu ? bagaimana kita menjelaskan pertanyaan-pertanyaan serupa itu ?

Terkait hal ini, maka, harapan untuk mendapatkan jawaban secara lisan dari pihak terkait, mungkin jadi tidak memuaskan. Tetapi kendati tidak memuaskan, argumentasi dan atau jawaban mereka itu, hendaknya dapat dijadikan petunjuk untuk menggali alam bawah sadar mereka yang menyebabkan keluarnya kebijakan tersebut.  Pada konteks inilah, yang disebut psikoanalisis.



Adalah menarik, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, jika melihat ada seseorang yang diduga menunjukkan indikasi melakukan geopatologis dalam kehidupan hariannya. Maksudnya itu, seseorang potensial melakukan tindakan-keliru bersikap dan bertindak, terkait dengan ruang yang ditinggalinya. Geopatologis, yang kita maksudkan di sini yaitu penyakit mental yang disebabkan karena adanya persepsi dan reaksi yang tidak tepat terhadap ruang.

Seseorang yang menata ruang, dari ruang dibagian dalam ke bagian  luar, bagaimana kita dapat menggali alam bawah sadar yang muncul dalam diri orang tersebut ?

Sebelum menjawab masalah itu. Kita lihat kasus lain yang perlu dicermati dengan seksama.  Menurut informasi dan pengamatan sepintas, ruang pimpinan itu bisa ditebak dengan mudah. Kalau ruangannya tertutup rapat, menunjukkan orangnya ada di dalam. Sedangkan, bila pintu ruangannya terbuka, menunjukkan pimpinan itu, sedang ke luar atau tidak ada. Bagi sebagian orang, mungkin, hal ini agak sulit dipahami. Karena pada umumnya, lebih banyak yang terjadi itu sebaliknya. Jika pintu tertutup berarti tidak ada, dan bila terbuka menunjukkan orangnya ada. Ini malah terbalik.

Bagaimana hal inii bisa dipahami ?

Dengan  membuat analogi antara dua kasus tersebut, satu diantara pertanyaan kritis, adalah mungkinkah ada kelemahan pola komunikasi dan koordinasi yang dimiliki pimpinan ? Lemahnya pola komunikasi ini, ditunjukkan dengan memisahkan dirinya dengan pejabat yang semula masuk 'lingkaran dalam' menjadi 'lingkaran luar', atau seperti yang ditunjukkan ruang kantornya. Pintunya nutup berarti, orangnya ada, sedangkan kalau orangnya tidak ada ditunjukkan dengan pintu terbuka.

Memisahkan ruang, secara psikologis menunjukkan menjauhkan jarak komunikasi dan interaksi. Hal ini, bisa pula menunjukkan adanya perenggangan jasak psikologis. Oleh karena itu, pemindahan ruang-kerja, memberi kesan adanya penjauhan pola komunikasi, antara satu pihak dengan pihak lain. Di sinilah, kita melihta, geopatologis seorang pemimpin, dalam konteks organisasi. Atau bila demikian adanya, akankah ada motif lain, yang belum diungkap?

Bagaimana jika kemudian dikaitkan, bahwa pada dasarnya, dijauhkan itu dengan maksud supaya dekat, karena selama ini, saat ruangannya dekat sulit diajak ngobrol. Logika ini terbalik, tetapi tidak jauh beda, atau mirip logika terbaliknya bahasa-isyarat dari pintu ruang kantornya. Artinya, jika kemudian, dijauhkan, dan bila dipanggil, akan muncul "perasaan daripada bulak-balik, ya udah, mendingan iyakan saja..".

Bagaimana menurut pembaca ?

Sabtu, 10 Februari 2024

Sebelumnya, kita pernah mengulas dan menawarkan konsep geopatologi. Istilah itu, pada dasarnya lebih merupakan eksperimen pemikiran saja. Tetapi, mohon maaf, ternyata jejak digital itu memang menakjubkan. Termasuk dalam kasus ini. Saat, bermaksud untuk menggairahkan diri mendalami konsep geopatologi, ternyata sudah berkembang pesat di wilayah lain terkait dengan Geografi Psikoanalisis (Psychoanalytic Geographies).



Adalah Lucas Pohl (2023:307-312) memberikan keterangan padat dan lugas mengenai pengaruh metode atau kerangka pikir psikoanalisis terhadap geografi. Secara sederhana, dapt kita pahami bahwa tujuan dari Geografi Psikoanalisis ini yakni menggali informasi atau memetakan perilaku manusia yang tampak tidak terstruktur dalam merespon lingkungannya.

Jumat, 09 Februari 2024

Istilah imlek sudah sering di dengar. Tidak jarang pula, satu diantara kita merayakan hari besar imlek ini. Namun, di luar hal itu, tidak jarang pula kita tidak paham, makna dibalik istilah itu, atau hakikat dari perayaan tersebut.





Seorang penganut dan peraya tahun baru China ini, akan memberikan ucapan syukur kepada sesama dengan mengatakan, "gong xi fa cai, xin ian kuai lei". Dalam bahasa kita, kurang  lebih, semoga bahagia di tahun baru. 

Sebagai bagian dari nilai kemanusiaan, setiap orang memiliki pengalaman nyata dalam mengagumi bulan. Bulan dalam kaitan ini, dijadikan sebagai patokan waktu, sehingga manbusia memiliki penanggalan dalam kehidupannya. Imlek adalah salah satu penanggalan tahunan, yang digunakan China, dengan memanfaatkan kehadiran bulan.

Dalam dialek Hokkien, Imlek (阴历, dibaca im-le̍k) terdiri atas dua suku kata, yakni im berarti 'bulan' dan lek berarti 'penanggalan'. Dari situ, arti Imlek adalah 'penanggalan bulan' atau 'kalender bulan'. 

Istilah Imlek berbeda lagi dalam bahasa Mandarin. Kata tersebut dikenal dengan sebutan yin li (陰曆, dibaca yīn lì). Maknanya juga sama, yaitu lunar calendar atau 'kalender bulan'.

Bagi seorang geograf, tentunya, tradisi imlek dan juga penanggalan yang lain, menarik untuk dikaji secara seksama, khususnya dari sisi keilmuan.....


Kamis, 08 Februari 2024

Anak yang kedua, duduk di bangku pendidikan menengah pertama. Memiliki hobi yang luar biasa. Setidaknya, itulah persepsi diri sebagai orangtua. Disebut luar biasa, karena dalam kesehariannya, kerap melakukan kreasi dengan kertas atau mainan bekas lainnya, untuk sekedar membuat kebutuhan mainnya sendiri. 


Tidak banyak. Hanya satu atau dua buah. Selepas itu, dia kemudian menyimpannya benda-benda karya pribadi itu, di satu tempat, yang tidak jauh dari kehidupannya sendiri. 

Di Kasur. tempat tidur.

Senin, 05 Februari 2024

belajar merdeka. Merdeka belajar

belajarlah biar merdeka

merdekalah biar belajar

bila tak bisa belajar, tak bisa merdeka

bila tak bisa belajar, tandanya tak merdeka

bila tak bisa belajar, kapan bisa merdeka

bila tak bisa belajar, bagaimana bisa merdeka

 


belajar merdeka. Merdeka belajar

belajarlah biar merdeka

merdekalah biar belajar

bila tak bisa merdeka, tak bisa belajar

bila tak bisa merdeka, tandanya tak pernah belajar

bila tak bisa merdeka, kapan bisa belajar

bila tak bisa merdeka, bagaimana bisa belajar

 

Minggu, 04 Februari 2024

Berita besar. Menghebohkan. Trend tak terkalahkan, akhirnya putus. Harapan mendominasi perjalanan menuju puncak, mulai tergoyahkan. Kian panas, serta kian terbuka. Perang antar kandidat menjadi membesar. Tidak ada dominasi, siapapun bisa, dan kapanpun bisa berubah. Itulah kenyataan, yang ada dalam  klasemen persepakbolaan kasta tertinggi di Inggris.



Informasi ini, setidaknya, selepas Arsenal mampu menyetop dan mengandaskan Liverpool dengan skor yang tidak tanggung. 3-1. Mengapa hal itu bisa terjadi ?