Just another free Blogger theme

Selasa, 17 Mei 2022

 


Tidak banyak yang bisa menjadi bahan cerita.  Kisah –sebut saja, Mulyadi atau dipanggil Yadi, menjadi salah seorang alumni yang bisa menjadi bahan cerita di sini.

Mulyadi dikenal sebagai anak yang pemalas. Setidaknya itulah, cap banyak orang terhadapnya. Selama berseragam Aliyah, kebiasaannya hanya main, senda gurau, bahkan sesekali membuat iseng kepada teman-temannya. Kegiatan itu, hampir dilakukan setiap hari, sehingga melalaikannya sebagai seorang pelajar.

“Mana tugas?!” tanya seorang guru

Selasa, 10 Mei 2022


Adalah menjadi sebuah harapan setiap orang. Bila sesuatu hal terjadi dan terwujud sesuai dengan harapan. Atau dengan kata lain, jika setiap harapan kemudian mewujud di depan mata. Kejadian dan peristiwa itu, akan menjadi harapan bagi setiap orang.

Seperti yang terjadi saat ini. Pintu keterwujudan harapan itu, sudah ada di depan mata.  Menikah dengan orang yang dicintai, sudah ada di depan mata. Impian selama ini, komunikasi dan jalinan hati selama ini, dan harapan yang menjadi bayangan bersama selama ini, sudah tinggal beberapa langkah lagi, akan mewujud di depan mata.

"insya Allah, calon sudah ada.." ungkap seorang guru, yang kerap dianggap sebagai ustadzah dan juga orang soleh selama ini, di madrasah ini.

"Alhamdulillah, kalau sudah suda ada calon.." timpal teman dekatnya yang lain, "orang mana ? dan kapan melangsungkan pernikahannya ?" 

"mudah-mudahan tidak terlalu lama, dan tidak terlalu harus menunggu..." paparnya, "hanya satu ganjalan yang belum diselesaikan dengan baik saat ini.." curhatnya.

"Apa itu..?"

"restu anak-anak.." jelasnya. 

Ya,  ibu yang satu ini, memang berstatus sebagai janda ditinggal wafat oleh suaminya. Belum lama ini, kurang lebih satu tahun terakhir ini. Meninggal gara-gara sakit, diduga jantung, dan wafat selepas melaksanakan olahraga.  Beliau meninggal dalam usia muda, masih jauh dari masa pensiun,  tetapi takdir Ilahi menentukan lain. Wafat dimasa-masa krisis kesehatan, masa pandemi tahun kemarin.

"oh, itu memang butuh kesadaran dan komunikasi yang baik.." nasehat temannya kepada sang  ustadzah, "anak-anak perlu diajak ngobrol, lebih-lebih kalau sudah dewasa, biar mereka paham maksud dan tujuan orangtuanya..."

"mereka sih memprotesnya, karena mereka sudah mampu menjamin ekonomi.." ungkapnya, "Apa lagi yang Bunda cari., kata mereka...?", keluhnya, "saya gak bisa jawab, kecuali perasaan hati yang belum terungkap dan belum tersampaikan kepadanya.

"maksudnya ?"

"ya, kalau boleh jujur, hubungan kami ini sudah berlanjut lama. Kami sudah saling memperhatikan dan merasakan kerinduan dan kangen yang kami miliki..." paparnya.

"maksudnya ?"

"dengan calon yang baru ini, sebenarnya sudah kenal lama. Tetapi, waktu itu, kami sadar akan posisi, bahwa kami semua sudah punya ikatan masing-masing. Tetapi, kami saling merasakan dan saling support dalam karir. Takdir Tuhan sekarang berbeda, ternyata kami, kami ditinggal pasangan hidup kami. Jadi inilah, mungkin takdir kami..." ungkapnya.

"jadi, selama ini sudah ada ikatan bathin.."

Dia hanya menjawab dengan senyum sambil menjelaskan, "tapi, kami tahu batasan..kok".


Minggu, 08 Mei 2022

 


Ada-ada saja cerita kalau mudik lebaran. Cerita itu, tidak jauh dari suasana macet di jalanan, saat mudik lebaran. 

Ya, saat macet dijalanan, di kala kita ada di tengah jalan.

Hari itu, di perempat terakhir perjalanan Majalengka - Bandung.  Rasanya, kalau normal, tidak kurang dari 30 menitan pun, bisa sampai ke rumah. Di kota Bandung. Tapi, karena situasi macet, ya, tidak bisa diperkirakan lagi. entah akan butuh  berapa lama, atau berapa waktu lagi. Kata orang, sabar dan jalani saja.

Lokasi agak kurang hafal, di daerah mana. Tetapi, jelas bahwa posisi itu sudah ada di kawasan Bandung. Di bagian ujung Timur Kota Bandung.  Saat, tengah menikmai, cie, ceritanya menikmati macetnya perjalanan arus balik, dikagetkan oleh suara yang tak terduga.

"Bapak, selamat lebaran yah.." ungkapnya dari balik helm. 

Waduh.  Kaget juga. Bukan kaget ada yang mengucapkan salam, tetapi kaget, karena dijalanan yang lagi macet, dia dari kendaraan roda dua, langsung menyodorkan tangan untuk mengajak salaman.  Padahal, posisiku sendiri ada di dalam mobil, tengah megang setir. 

Situasi memang lagi berhenti. Karena macet. Jadi tidak akan banyak mengganggu orang. Yang membingungkan, dia mengajak salaman di tengah kemacetan, di tengah jalan, dihadapan banyak orang yang juga sedang antri di perjalanan.

Dengan sedikit ragu, tanganpun dikeluarkan untuk menerima salaman. Bahkan, dia sempat mencium tanganku sendiri. "Subhanallah, jadi malu.." ucapku dalam hati.

"Ayah, siapa?" tanya anakku dari jok belakang, "kelihatannya, lebih tua dari ayah..."

"Ayah juga agak lupa, gak kelihatan. Dia pakai helm. Cuma, yakin pasti mantan siswa..", jawabku, "kalau agak tua, ya mungkin mantan mahasiswa ayah.." jawabku sekenanya.

kekagetan belum reda, tetapi jalanan sudah mulai akan terurai. Kendaraan pun secara perlahan maju, dan bergerak menuju tempat masing-masing.

Disela-sela kekagetan dan perjalanan itulah, membuncah ragam pertanyaan, mengenai siapa dan mengapa dia begitu leluasa untuk melakukan hal yang ada dalam situasi tak menguntungkan. Di tengah jalan, di tengah kemacetan, dan ruang publik yang terbuka, masih ada orang yang melakukan tindak kesantunan, seperti halnya di ruang private.

Di balik itu semua ada sebuah pertanyaan, ternyata di alam modern ini, Kesantunan masih ada dan terjaga pada sebagian generasi muda kita