Just another free Blogger theme

Rabu, 06 Januari 2021


Bagi kita yang belajar meningkatkan kapabilitas atau kompetensi hidup, mungkin ada baiknya menengok pandangan Rasulullah Muhammad Saw mengenai cerdas dan lemah. Pandangan ini, masuk dalam kategori salah satu warna perspektif teologi Islam mengenai karakter dan ciri dari orang cerdas dan orang lemah. 

مسند أحمد ١٦٥٠١: حَدَّثَنَا ………. عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami… dari Syaddad bin Aus berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang menghitung-hitung dirinya dan beramal untuk setelah kematian, sebaliknya orang yang lemah adalah orang yang mengikuti jiwanya dengan hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah." (Hr. Ahmad, No. 16501)

Merujuk pada sabda Rasulullah Muhammad Saw ini, ada makna praktis yang dapat diterapkan dalam konteks kehidupan manusia. Dalam hadis itu ada dua sifat orang cerdik, dan ada dua sifat orang lemah.

Pertama, Sifat Orang Cerdas, atau dalam hadis ini, disebut al-kaisa. Meminjam, pandangan ar-Raghib al-Asfahani memberi penjelasan bahwa yang dimaksud dengan al-Kaisa (kaf, hamzah dan sin), bisa diartikan kecerdikan, atau kecerdasan. Bahkan, dalam bagian tertentu, kecerdikan yang tidak terkawal niat, dan motivasi baik, akan melahirkan tindak pengkhianatan. (2017, Jilid 3: 386).

Sifat dari orang cerdas ini adalah (1) man dana nafsahu. Makna praktisnya,  bagi kita, orang cerdas itu adalah orang yang sering dan rajin melakukan melakukan koreksi, evaluasi, dan atau pengukuran terhadap kinerja dirinya. Kemudian sifat yang kedua, yakni wa ‘alima lima ba’dal maut, melakukan amal yang bisa diandalkan untuk kehdiupan sesudah mati.

Kemudian, yang kedua, yang disebut dalam hadis ini, adalah sifat dari orang lemah (al-‘ajizu). Kembali, kita pinjam penjelasan dari al-Raghib al-Asfahani . (2017:Jilid 2: 672) :

…asal makna kata al-‘ajzu adalah keterlambatan dari suatu hal serta kelemahan untuk mencapainya, atau dapat juga diartikan bagian belakang sesuatu, seperti kata dubur ia dapat disebut dengan‘ajzu. Kemudian kata tersebut dalam kebiasaannya digunakan untuk mengartikan segala bentuk hal yang tidak sempurna dalam pekerjaannya, dan itu merupakan kebalikan dari kata al-qudrah yang berarti kekuasaan atau mampu.

Sifat dari orang yang lemah ini, ditampilkan dua karakter umum, yakni (1) jiwanya yang mengikuti hawa nafsu.  

Karakter kedua dari orang lemah, adalah wa tamanna ala Allah. Saya mencoba untuk mencari makna dari tamanna. Dari salah satu Kamus Bahasa Arab dan Inggris (F. Steingass, 1884:189), ditemukan bahwa kata tamanna, dapat diartikan “wish; re quest, petition” (harap, ajuan permintaan atau petisi), atau kadang pula diartikan dengan desire (Hasrat). Secara sederhananya, kata ini, dapat diartikan “berangan-angan kepada Allah Swt”.

Berdasarkan pertimbangan itu, jelas bahwa yang dimaksud cerdas dan lemah itu, tidak melulu bersifat fisik, melainkan ketahanan dan kemampuan diri dalam memecahkan masalah di masa depan, termasuk di akhir kelak.

Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar