Ada-ada saja cerita kalau mudik lebaran. Cerita itu, tidak jauh dari suasana macet di jalanan, saat mudik lebaran.
Ya, saat macet dijalanan, di kala kita ada di tengah jalan.
Hari itu, di perempat terakhir perjalanan Majalengka - Bandung. Rasanya, kalau normal, tidak kurang dari 30 menitan pun, bisa sampai ke rumah. Di kota Bandung. Tapi, karena situasi macet, ya, tidak bisa diperkirakan lagi. entah akan butuh berapa lama, atau berapa waktu lagi. Kata orang, sabar dan jalani saja.
Lokasi agak kurang hafal, di daerah mana. Tetapi, jelas bahwa posisi itu sudah ada di kawasan Bandung. Di bagian ujung Timur Kota Bandung. Saat, tengah menikmai, cie, ceritanya menikmati macetnya perjalanan arus balik, dikagetkan oleh suara yang tak terduga.
"Bapak, selamat lebaran yah.." ungkapnya dari balik helm.
Waduh. Kaget juga. Bukan kaget ada yang mengucapkan salam, tetapi kaget, karena dijalanan yang lagi macet, dia dari kendaraan roda dua, langsung menyodorkan tangan untuk mengajak salaman. Padahal, posisiku sendiri ada di dalam mobil, tengah megang setir.
Situasi memang lagi berhenti. Karena macet. Jadi tidak akan banyak mengganggu orang. Yang membingungkan, dia mengajak salaman di tengah kemacetan, di tengah jalan, dihadapan banyak orang yang juga sedang antri di perjalanan.
Dengan sedikit ragu, tanganpun dikeluarkan untuk menerima salaman. Bahkan, dia sempat mencium tanganku sendiri. "Subhanallah, jadi malu.." ucapku dalam hati.
"Ayah, siapa?" tanya anakku dari jok belakang, "kelihatannya, lebih tua dari ayah..."
"Ayah juga agak lupa, gak kelihatan. Dia pakai helm. Cuma, yakin pasti mantan siswa..", jawabku, "kalau agak tua, ya mungkin mantan mahasiswa ayah.." jawabku sekenanya.
kekagetan belum reda, tetapi jalanan sudah mulai akan terurai. Kendaraan pun secara perlahan maju, dan bergerak menuju tempat masing-masing.
Disela-sela kekagetan dan perjalanan itulah, membuncah ragam pertanyaan, mengenai siapa dan mengapa dia begitu leluasa untuk melakukan hal yang ada dalam situasi tak menguntungkan. Di tengah jalan, di tengah kemacetan, dan ruang publik yang terbuka, masih ada orang yang melakukan tindak kesantunan, seperti halnya di ruang private.
Di balik itu semua ada sebuah pertanyaan, ternyata di alam modern ini, Kesantunan masih ada dan terjaga pada sebagian generasi muda kita
0 comments:
Posting Komentar