Just another free Blogger theme

Minggu, 22 Januari 2017


Hasil gambar untuk gagasanSepuluh tahun sudah, menjalani profesi sebagai tenaga pendidik di madrasah yang di kelola Negara.  Sebagai salah satu, lembaga pendidikan negeri, hilir mudik pegawai, khususnya di puncuk pimpinan, sudah biasa dan wajar terjadi. Potensi serupa itu, sulit dihindari, dan harus diterima tanpa koreksi.

Mengapa disebut tanpa koreksi ? alasannya sangat klasik, guru atau aparat, tidak memiliki kewenangan untuk menolak keputusan atasan. Hingga 2016, pimpinan sekolah/madrasah, lebih merupakan otoritas pemerintah dibandingkan dengan hak demokratis warga sekolahnya. Dengan kata lain, pimpinan yang datang, dengan kualitas apa adanya, harus diterima.

Penilaian yang terakhir ini, mungkin dianggap terlalu ceroboh. Penilaian yang terakhir itu, seolah menyimpan prasangka, bahwa pemerintah yang mengirim pimpinan sekolah itu, tidak memiliki standar kompetensi khusus kepala sekolah. Analisis itu,  menggambarkan seolah pemerintah mengangkat dan mengirim kepala sekolah itu asal-asalan.
Bagi saya pribadi, sesungguhnya tidak demikian. Komentar itu, hanya ingin menegaskan bahwa “di lembaga pendidikan kita ini, pimpinan sekolah bukan hasil demokrasi pendidikan. Itu saja, point pemikirannya. Kepala sekolah lebih merupakan otoritas pemerintah, dan bukan seleksi social di lembaga pendidikan itu sendiri.” Implikasi dari hal itu, alangkah wajarnya, jika kemudian muncul fenomena kualitas dan kualifikasi seorang kepala sekolah, tidak sesuai dengan harapan dari keluarga besar sekolah yang dikunjungi atau dipimpinnya.
Imbas dari itu, hiruk pikuk pengelolaan sekolah sangat terasa. Meminjam istilah geografi, tidak jarang suhu di sekolah itu, menghangat, memanas dan bahkan mendidih. Jika tidak demikian adanya, malah mendingin dan membeku !
Kadang saya suka teringat, ikan salmon. Kendati arus besar dan kuat, dan tantangan melawan arus sangat terasa, tetapi dengan kekuatan fisik, dan kemampuan memainkan irama  arus deras, ikan salmon mampu melahirkan generasi ikan yang sangat kuat dan gigih dalam berjuang.
Kadang saya suka teringat kura-kura. Walaupun dinilai lambat dalam berjalan, tetapi memiliki ketahanan fisik yang kuat dari tekanan zaman dan iklim, sehingga kura-kura dikenal sebagai salah satu hewan purba yang mampu bertahan dari tekanan perubahan iklim dunia.
Dengan gambaran dan bayangan serupa itu, pimpinan yang cerdas itu, adalah pribadi yang mampu mengikuti irama air sungai, tetapi tetap mengarah pada ketercapaian misi dan visinya sendiri.
Dari sepuluh tahun lamanya itu, saya melihat, mendengar, merasakan, dan juga ikut menjalani sebagian dari kebijakan pimpinan. Hal yang paling sangat terasa, di setiap perubahan pimpinan, khususnya di setiap rapat kerja dan rapat dinas, kerap kali muncul ragam usulan, pemikiran, dan rekomendasi untuk memperbaiki madrasah/sekolah.
Namun demikian, mungkin hal ini pun terjadi di beberapa sekolah lainnya, kadang para pimpinan sekolah itu, tidak peduli dengan saran,usulan, atau rekomendasi itu. Gagasan yang muncul dalam forum, kerap kali diabaikan, bak angin lalu. Padahal, dalam pikiran guru, setidaknya, saya merasakannya, bahwa ada sejumlah gagasan orisinal dan cerdas yang disampaikan guru dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.

Karena keegoisannya, seorang kepala sekolah, dengan mudahnya mengabaikan, melupakan atau menolaknya secara halus gagasan yang disampaikan guru. Bahkan, dalam satu periode, sempat ada pimpinan sekolah yang pura-pura demokratis, padahal hati dan pikirannya tertutup. “biarkan dia ngomong, tapi semua keputusan itu tergantung saya...”. ujar seorang informan yang menceritakan sikap pimpinan sekolahnya.  Sikap itu mereka ambil, setiap menghadapi rapat dinas yang akan dihadiri guru kritis. Bagi mereka, usulan dan koreksi guru, hanyalah suara bising dalam forum, yang bisa diabaikan begitu saja.
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar