Just another free Blogger theme

Senin, 06 Februari 2017


Hasil gambar untuk terdakwa kartunSaya heran. Bisa jadi, yang lain pun heran. Mengapa, di zaman sekarang ini, selepas ada KPK, dan bahkan puluhan, hingga ratusan pejabat sudah masuk ke penjara, masih saja, ada yang melakukan tindan pidana korupsi ! heran. gak habis pikir. Mengapa hal serupa ini terus terjadi !


jika memang, hukuman itu menjerakan, mengapa elit politik yang lainnya, masih antri menjadi pelaku korup, dan siap di-OTT, atau dibongkar tingkah lakumya itu ? mengapa, sampai saat ini, masih ada saja, yang melakukan tindakan pidana korupsi.
Tidak tanggung-tanggung. Seorang suami sudah masuk bui, eh malah istrinya yang kebetulan menjabat posisi yang serupa atau setingkat dengan suaminya, ikut-ikutan melakukan tindakan serupa dengan suaminya ? apakah, mereka tidak sadar, tidak tahu, atau tidak mau tahu ?
Jawaban yang polos dari tetangga, bisa jadi, mereka tidak merasa rugi dengan apa yang sudah dilakukannya. Mengapa tidak rugi ?
Citra diri tampil di medai massa, dengan status sebagai pelaku korup, bukanlah nama buruk.  setidaknya, karena masyarakat di sekitarnya, atau masyarakat yang pernah ditolongnya, akan mengel-elukannya sebagai pahlawan. tetap sebagai pahlawan.
Contoh yang lain, seorang narapinda dalam tindak pidana pornografi, setelap keluar malah menjadi tokoh, dan bahkan berposisi sebagai idola. Seorang terpidana narkoba, malah berada posisi sebagai tokoh yang dibanggakan oleh kelompoknya. dengan contoh serupa itu, maka wajarlah jika mereka merasa tidak rugi.
Andaipun tidak merasa rugi dengan citra sosial, bisa jadi, mereka pun tidak rugi dengan materi.  denda yang harus dibayarkan kepada negara, tidak sebesar dengan hasil dari tindak pidana korupsinya. Karena itu, mengapa harus takut dengan penajara ?
prinsip dari orang itu, "korupsilah sebanyak-banyaknya, andaipun di OTT, masih ada sisa kekayaan untuk kehidupan di masa depan..."
Lain halnya dengan pikiran yang lainnya, mengapa harus malu. Yang tertangkap bukan hanya "gue lhoo..." Pelaku korupsi itu, ada yang orang yang lebih pintar, pintar  agama, pejabat tinggi, selebritis, ilmuwan, elit politik, dan kepala desa pun ada. Karena itu, mengapa harus malu. Korupsi itu, biasa ?
Pikiran yang terakhir inipun, rasanya, bisa menjadi 'virus' yang menjadi penyebab, tetap maraknya, tindak pidana korupsi.
Hal yang cukup mengerikan, jika masih ada yang menganggap bahwa tindakan korupsi itu, bukan sebuah kejahatan. Penggelapan dana negara, atau mengambil keuntungan dari porjek negara, masih dianggap sebagai solusi dalam memenuhi kebutuhan pribadi, organisasi atau partai politik.
 Jika nalar seperti ini masih ada, maka korupsi akan sulit dihapuskan. akarnya pada nalar, energinya dari kepentingan, dan tempatnya di ruang yang terbuka untuk tindakan tersebut !
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar