Salah satu konsep dasar dalam pengembangan geografi manusia atau geografi budaya adalah memahami konsep budaya. Budaya atau kebudayaan, merupakan konsep kunci yang banyak menjadi perhatian banyak kalangan, sepert Antropologi, Sosiologi dan juga Geografi Manusia.
Membicarakan kebudayaan secara menyeluruh, termasuk kategori yang cukup kompleks, dan membutuhkan ruang waktu yang tidak sedikit.[1] Dalam prakteknya, kita memang lebih banyak berutang kepada kajian Studi Budaya (culture studies) atau antropologi untuk memahami konsep yang satu ini. Namun demikian, tanpa mengurangi karya intelektual Geograf lainnya, kita di sini pun dapat meminjam pandangan Geograf modern, Arthur Getis dan kawan-kawan yang membagi budaya ke dalam tiga subsistem yang lebih analitis.
Pertama, subsistem teknologi (technological subsystem). Masuk dalam kategori ini, yaitu aspek material (artifact), seperti teknologi atau alat bantuk kehidupan manusia. Rumah, kendaraan, alat pertanian, mesin dan atau perangkat kerja lainnya, masuk dalam kategori subsistem teknologi.
Kedua, subsistem social (sociological subsystem). Semua aspek kehidupan yang menjadi ekspresi manusia dalam berinteraksi dengan orang lain, seperti aspek economic, political, military, religious, kinship, and other associations.
Terakhir, yaitu ideological subsystem. Menurut Arthur Getis, dkk., subsistem ini mengacu pada nilai, norma, pengetahuan atau kepercayaan yang dimiliki manusia. Pada aspek ketiga ini, relative tidak tampak, dan cenderung abstrak.
Bila kita sandingkan, pandangan ini, semakna dengan yang disampaikan Koentjaraningrat mengenai wujud kebudayaan, yang dibaginya menjadi wujud mentifact, sociofact dan artifact. Dengan kata lain, yang dimaksud subsistem ini adalah wujud budaya itu sendiri.
Jika kita memanfaatkan pandangan geografi, maka rumusan masalah kita hari ini, adalah bagaimana dinamika kebudayaan dilihat dari dinamika ruang (space) yang dimilikinya ?
[1] Arthur Getis, Mark D. Bjelland, Victoria Getis, Introduction To Geography , Northwestern University,—Fourteenth edition. 2014.
0 comments:
Posting Komentar