Al-Qur’an menggunakan kalimat retoris atau istifham taqriri atau taubikh, untuk menjelaskan mengenai adanya berita-berita yang didalamnya tak ada keraguan. Namun, sayang manusia kerap meragukannya. Karena itu, al-Qur’an menggunakan kalimat istifham inkari atau taubikh dengan maksud dan tujuan menyindir sikap dan kelakuan manusia yang tidak menunjukkan sikap afirmatifnya.
Pertama, al-Qur’an,
sebagai berita yang didalamnya tak ada keraguan. Informasi yang disajikan dalam
al-Qur’an, tidak ada keraguan dan tidak meragukan (Qs. Al-Baqarah, 2:2). Karena
itu, Allah Swt menyampaikan sindirian :
﴿ فَبِاَيِّ حَدِيْثٍۢ بَعْدَهٗ يُؤْمِنُوْنَ ࣖ ۔ ٥٠ ﴾ (
المرسلٰت/77: 50)
50. Maka, pada perkataan manakah sesudahnya
(Al-Qur’an) mereka akan beriman? (Al-Mursalat/77:50)
Kedua, ayat-ayat Alam
(ayatul qauniy). Alam dengan karakternya, atau biasa disebut dengan hukum
alamnya (sunnatullah, nature of law), memiliki informasi dan peringatan kepada
manusia sebagai penghuninya. Dari kejadian alam, terdapat inspirasi, informasi
dan juga peringatan kepada manusia. Tetapi, ternyata, masih ada pula manusia yang
ragu terhadap kebenaran berita alam ini. Allah Swt mengingatkan pula :
﴿ اَوَلَمْ يَنْظُرُوْا فِيْ مَلَكُوْتِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ
وَمَا خَلَقَ اللّٰهُ مِنْ شَيْءٍ وَّاَنْ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنَ قَدِ اقْتَرَبَ
اَجَلُهُمْۖ فَبِاَيِّ حَدِيْثٍۢ بَعْدَهٗ يُؤْمِنُوْنَ ١٨٥ ﴾ ( الاعراف/7: 185)
185. Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan
langit dan bumi dan segala apa yang Allah ciptakan dan kemungkinan telah makin
dekatnya waktu (kebinasaan) mereka? Lalu, berita mana lagi setelah ini yang
akan mereka percayai? (Al-A'raf/7:185)
Kekayaan alam adalah tanda kemurahan Allah Swt. Musibah dan bencana,
adalah tanda ilahi dalam memperingati ragam perbuatan buruk manusia. Jika
manusia tidak menghentikan perbuatan buruknya, maka kehancuran alam sudah pasti
kian mendekat, bahkan bisa lebih cepat. Lantas, berita mana lagi yang meragukan
bagi manusia di zaman kita sekarang ini ?
Hal ini memberikan inspirasi kepada kita, bahwa informasi alam, atau hukum alam, merupakan salah satu berita yang tak perlu diragukan. Sekali lagi, berita alam tidak ada keraguan di dalamnya, tetapi berita tentang alam sebagaimana yang disampaikan manusia, mungkin ada keraguan, khususnya bila dikaitkan dengan ketidak mampuan manusia dalam memahami peristiwa alam atau hukum alam dengan baik.
Sekedar contoh seorang geograf, saat mempelajari hukum alam, ada yang tepat ada yang kurang tepat. hal itu bergantung informasi yang terkumpulkan atau yang didapatnya. Oleh karena itu, berita alam tidak ada keraguan didalamnya, tetapi berita alam yang disampaikan manusia, mungkin ada keraguan didalamnya.
Sehubungan hal itu, Islam menegaskan mengenai pentingnya memadukan atau mendekatkan informasi dari al-Qur'an dan dari Ayat-ayat Alam. Kedua model itu, yakni peringatan langsung melalui kalam Allah, dan juga gejala alam adalah dua teknik yang Allah Swt komunikasikan kepada manusia. Tetapi, manakala masih ada yang ragu, maka Allah Swt dengan tegas-tegas menyindir lagi :
﴿ تِلْكَ اٰيٰتُ اللّٰهِ نَتْلُوْهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّۚ
فَبِاَيِّ حَدِيْثٍۢ بَعْدَ اللّٰهِ وَاٰيٰتِهٖ يُؤْمِنُوْنَ ٦ ﴾ ( الجاثية/45: 6)
6. Itulah ayat-ayat Allah yang Kami bacakan
kepadamu dengan benar. Maka, pada perkataan mana lagi mereka akan beriman setelah
Allah dan ayat-ayat-Nya? (Al-Jasiyah/45:6)
Di akhir kalimat itu, terungkap dengan tegas bahwa informasi yang benar
itu, adalah keimanan kita terhadap berita dari al-Qur’an (Kalam Allah Swt), dan
dari alam (ayat-Ayatnya).
0 comments:
Posting Komentar