Entah apa yang sedang terjadi. kehidupan kita saat ini, mulai diwarnai oleh gejala unik. Nama besar, uang
besar, pengacara besar, ditambah dengan mulut besar, mampu mengecilkan arti
kebaikan orang lain. Kebenaran dan kehadiran orang lain, menjadi kecil dan
menjadi permainan para boneka kepalsuan tersebut.
Bagi penikmat infoteintment, tidak akan ketinggalan informasi mengenai kasus-kasus selebriti yang terbaru. Sebuah keluarga, sudah diancam bubar, dan kemudian menampilkan konflik yang berkepanjangan, dan seolah tak berkesudahan. Mulai dari konflik pribadi suami-istri, rebutan anak, hingga saling bongkar mengenai masa lalunya.
Dunia infotainment akan merasa diuntungkan. Runyam sebuah keluarga selebritis, akan menjadi keunikan tersendiri, dan bahkan menjadi informasi menarik bagi dunia hiburan. Bukan bahagia diatas penderitaan orang lain, tetapi keunikan kasus itulah yang kemudian menjadi hipnotis berita kepada masyarakat.
Pemeo klasik
mengatakan, ‘berita baik bisa jadi buruk, berita buruk bisa jadi berita baik”. ‘masalah
kecil bisa jadi besar, masalah besar bisa jadi kecil”. Orang kecil bisa jadi
besar, orang besar bisa menjadi kecil. Pemain bisa dipermainkan, bonek bisa
menjadi pemain utama. Semua itu bergantung pada proses pengemasannya.
Dari sisi studi budaya, itulah yang disebut hiperrealitas yang diwarnai dengan simulasi-simulasi kebenaran. Kebenaran menjadi tersudutkan, sementara pelaku kejahatan mampu memainkan opini dengan segala kekuasaannya. Nama besar, uang besar, pengacara besar, ditambah dengan mulut besar, mampu mengecilkan arti kebaikan orang lain. Kebenaran dan kehadiran orang lain, menjadi kecil dan menjadi permainan para boneka kepalsuan tersebut.
Sayangnya lagi, kasus
yang seperti ini,malah dijadikan sebagai
isu, berita, kasus atau topic yang
ngetrend. Dunia intertain kita, bukan hanya film dan sinetron yang diskenario,
percintaan, promosi dan publikasi, bahkan kasus-kasus pun direkayasa. Sandiwara itulah,
yang kini hadir dalam dunia kita saat ini.
Publik berhak mengelola informasi. Kemampuan ini, sudah tentu, tidak hadir secara 'ujug-ujug'. dibutuhkan proses dan pembelajaran, dan hal pasti, membutuhkan asupan informasi yang benar. olahan apapun, dan secanggih apapun koki, bila asupan informasi (bahan makanan) itu tidak baik, maka hasil olahannya tidak akan maksimal, dan mustahil melahirkan informasi yang baik
Uniknya lagi,
masyarakat pun suka ! apa ?
0 comments:
Posting Komentar