Bukan hanya untuk satu kali,
namun dalam kesekian kalinya,
kahdiranku, hampir menjadi tidak bermakna.
katanya, menjadi kurang bermakna
langkahnya, tidak terasa maju
geraknya, tanpa ada perubahan
diam
bahkan, cenderung tenggelam
untuk kesekian kalinya pula,
aku bertanya pada bintang
namun dia hanya tercengang
aku pun bertanya pada matahari,
dia malah memalingkan diri
ku ajukan kembali pada gunung
untuk waktu yang tiada tentu, dia termenung
ku dekati rerumputan, mereka malah merunduk,
dan berucap, "renungkanlah"
ke sambangi pephonan, mereka malah melongo
sambil berucap. "renungkanlah"
kubertamu pada petani kebun, pun malah manyun
ditutup dengan ucapan, "renungkanlah"
akhir kata, aku tertemenung
di balik meja, sambil berujar " kesempatan baik untuk memperbaiki diri"
0 comments:
Posting Komentar