Nurul, itulah sebutan anak madrasah, berusia 16 tahunan. Berdiri tegak di jembatan madrasah, yang menghubungkan antara kawasan kelas belajar dengan kawasan administrasi di madrasahnya. Raut wajah memang tidak begitu tampak ceria. Tampak ada kegundahan terbersit di urat wajahnya, yang masih belia.
"lagi apa neng.?" Imran bertanya.
"lagi nunggu teman...?" ungkapnya pendek tanpa basa-basi
"ah...masa nunggu..?" Imran mencoba menggodanya, "kan sudah gak ada orang lagi..."
Dia menuturkan hal itu, sambil larak-lirik ke kanan kiri sudut madrasah, yang banyak tinggalkan siswa menuju pulang.
Sore itu memang tidak banyak orang yang tertinggal di madrasah ini. Kebanyakan mereka sudah berjalan menuju rumah masing-masing. Diantar sedikit orang yang masih di kampus itu, tiada lain adalah mereka yang tengah ngebut menjalankan kegiatan ekstrakurikulernya.
"iya, pak sebel... nunggu lama sekali.." ungkap Nurul.
"Nunggu itu enak, tapi ditinggalin itulah yang menyakitkan..." Imran menggoda lagi.
Mendengar celotehan itu, Nurul yang sedari tadi agak cemberut itu, malah tersenyum mekar.
"nggak ih... bukan ditinggalin..."
"lha...kok sewot..?" Imran sedikit ketawa melihat reaksi Nurul yang ujug-ujug baperan.
"gak, laaah...dia masih setia kok.."
"ya ga apa apa, kalau begitu muah..."
0 comments:
Posting Komentar