Just another free Blogger theme

Rabu, 29 Juni 2022


Kalimat ini, mungkin bukan peribahasa lagi. Bekerja Sampai Mati. Sebuah kalimat, yang benar-benar memiliki makna, dan juga  pembuktian. Semula, saya sendiri pun, tidak yakin, bahwa ada orang yang bisa bekerja sampai mati, atau seorang pemilik perusahaan membolehkan karyawannya untuk bisa tetap bekerja, sebelum kematian menjemput.

"aha.., kalau yang dimaksudkan, seseorang meninggal, saat bekerja, kemudian disebut bekerja sampai mati.., pasti ungkapan itu, tidak aneh, tidak unik, dan tidak mengherankan.". Setuju kan ? pernyataan dan peristiwa serupa itu, akan menjadi berita biasa, dan banyak terjadi di sekitar kita. Namun, bila ada kejadian, seseorang yang tetap diakui sebagai karyawan dan mendapatkan upah, sampai kematian menjelang, "itulah, yang baru aneh..!!!"

Saya mendapatkan berita ini, dari seorang teman. Ibu-ibu.  Ya, maksudnya seorang ibu rumah tangga, yang kini memiliki usia lebih dari setengah abad. Saya tidak mau, menyebut beliau sudah tua.  Karena, secara fisik, masih tetap menarik, dan tingkat kebugarannya, tidak kalah dengan bapak-bapak seusianya. Setidaknya, saat bermain bulutangkis, si Ibu ini, mampu bermainkan sampai 2 atau 3 set, melawan kaum bapak-bapak dalam rentang usia yang sama.

Luar biasa !

"hitungan umur boleh tua, tetapi kebugaran sangat belia..." ungkapnya, dengan penuh rasa percaya diri. Pernyataan itu, rasanya tidak berlebihan, karena memang saya pun bisa menyaksikannya. Dia mampu bermain buklutangkis sampai 3 set, dengan kondisi kebugaran yang tampak membanggakan. Sementara, sebagian bapak-bapak yang lain, dalam usia yang sama, sudah cukup ngos-ngosan.

"terlatih..." jawabnya singkat, saat ditanya alasan dan kondisi serupa itu. "karena latihan dan istiqamah menjaga kondisi, menjadi penyebab kebugaran dapat seperti ini..", tuturnya. "hal yang penting lagi, enjoy dan jalani hidup dengan bahagia.." 

Pengakuan yang tulus, dan tidak dibuat-buat. Bahkan, dia pun dengan santai, saat membicarakan kondisi keluarga, atau hubungannya dengan suaminya di rumah.  "Alhamdulillah, saya masih bisa memberikan layanan yang memuaskan.." tuturnya, sampai ditutup dengan gelak tawa teman-teman lainnya yang hadir di sekitarnya.

"Kalian kan tahu, suami saya, dalam posisi tidak fit. Dulunya sama, hobi bulutangkis. Sejak terkena gejala struk, beliau berhenti. Saya urusi suami, tetap kerja, urusi rumah tangga, dan juga tetap jalani olahraga.  Enjoy, nikmati hidup. Inilah hasilnya..."

"entar dulu, suami masih kerja juga...?" tanya seseorang di sela itu.

Si ibu bugar itu, kemudian melanjutkan kisahnya. "inilah uniknya, perusahaan tempat kerja suami.." paparnya. "pemilik perusahaan keturunan China, namun, penghargaan terhadap orangtua, dan karyawan etnis kita sangat luar biasa. Sampai suami saya, merasa kagum kepadanya. Karena ada, seniornya, yang menderita penyakit lebih parah darinya, masih tetap menjalankan tugas sebagai salah satu kepala divisi, di ranjangnya, di ruang perawatan. Gajinya tetap utuh, jabatannya tetap melekat, padalah kondisinya sudah sangat memprihatinkan..." kisahnya.

"kok bisa gitu?"

"itulah keunikan, tempat kerja suami saja. Kendati dalam kondisi sakit, suami, masih tetap mendapatkan hak sebagai karyawan, walaupun kewajibannya sedikit terkurangi, karena sakit." paparnya lagi, "saat ditanya sama suami, alasan majikannya tidak memberhentikannya, cukup sederhana", sang majikan berkata, "kalau dia diberhentkan, padahal lagi sakit, terus siapa yang akan memberi makan kepada dirinya dan keluarganya..?"

Sang Ibu bugar itu pun, melanjutkan kisah, "apakah Papah, juga akan bekerja seperti itu?", sebuah pertanyaan yang dijawab dengan kisah, bahwa 'seniornya pun, tetap mendapat gaji, sampai tutup usinya..".


Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar