Just another free Blogger theme

Sabtu, 02 Agustus 2025

Unik  memang, kalau hidup di Indonesia. Setidaknya, seperti untuk minggu ini. Di media sosial, ada berita, bahwa tanggal 18 Agustus akan ditetapkan sebagai hari libur. Istilahnya hari libur tambahan. Bagi sebagian orang, hal itu, akan menjadi berita gembira. Tetapi, bagi sebagian orang,  tidak (atau belum) memberikan dampak nyata dari kebijakan tersebut. 

Lha kok bisa ?


Istilah  libur, pada dasarnya, hanya bermakna libur bagi sebagian orang, atau, bagian  kegiatan tertentu.  Libur, bukan atau tidak sama dengan kegiatan luang yang leluasa, yang bisa digunakan seseorang, atau sekelompok orang untuk menikmati waktu dengan santai.


Dalam tradisi kita, kerap muncul pertanyaan, iman dulu, atau paham dulu ? akankah, kita bisa mengimani sesuatu, bila kita tidak memahaminya ? ataukah, dapatkah kita bisa memahami sesuatu, sebelum mengimaninya ? Dua pertanyaan itu, seakan filosofis, dan masuk dalam tradisi ilmu kalam, dan terus menjadi bahan narasi yang cukup mengganggu pikiran kita.

Namun, bila ditelaah secara seksama, ada satu aspek keberagamaan yang masih belum banyak terungkap. Aspek yang kita maksudkan ini, yakni merujuk pada firman Allah Swt yang berbunyi :

﴿ ÙˆَÙ…َا Ù„َÙƒُÙ…ْ Ù„َا تُؤْÙ…ِÙ†ُÙˆْÙ†َ بِاللّٰÙ‡ِ ۚÙˆَالرَّسُÙˆْÙ„ُ ÙŠَدْعُÙˆْÙƒُÙ…ْ Ù„ِتُؤْÙ…ِÙ†ُÙˆْا بِرَبِّÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙ‚َدْ اَØ®َذَ Ù…ِÙŠْØ«َاقَÙƒُÙ…ْ اِÙ†ْ ÙƒُÙ†ْتُÙ…ْ Ù…ُّؤْÙ…ِÙ†ِÙŠْÙ†َ Ù¨ ﴾ ( الحديد/57: 8)

Mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajakmu beriman kepada Tuhanmu? Sungguh, Dia telah mengambil janji (setia)-mu jika kamu adalah orang-orang mukmin.  (Al-Hadid/57:8)

Khitab ayat ini ditujukan kepada orang-orang kafir. Menurut Jalalain  (J. A.- Syuyuthi and Mahalliy 2009), kalimat awal dalam ayat ini, memberi kesan, tidak ada halangan untuk beriman, karena sudah ada Rasul yang hadir di tengah orang kafir. Hanya saja, mengapa mereka tidak beriman ? dalam hal ini, Ibnu Katsir  (Dimasqy 2015) memberi penjelasan bahwa kesan ayat ini dimaksudkan untuk menggali alasan atau faktor penyebab orang kafir tidak mau beriman, padahal ada Rasul menyeru kepada Allah.

Jumat, 01 Agustus 2025

Mencuat sebuah pertanyaan, saat orang-orang menyaksikan adanya pembagian Makanan Bergizi Gratis (MBG) dari Pemerintah. Rakyat yang ada di bawah, khususnya orangtua siswa yang memiliki kemampuan ekonomi yang terbatas, mengajukan pertanyaan, "mengapa tidak dikirimkan saja, uangnya kepada oranangtua, biar kami yang mengatur dan bahkan turut merasakannya?" ujarnya.



Harapan itu, setidaknya disandarkan pada pemikiran, jika anggaran makanan bergizi gratis itu, sebesar (misalnya) 10K, maka satu keluarga Indonesia yang memiliki anak, akan mendapatkan bantuan dari Pemerintah sebesar 300K perbulan. Bila dia memiliki anak sekolah, sebanyak 3 orang (misalnya, ada yang di SD, SMP dan SMA),  maka setidaknya dalam satu bulan satu keluarga akan mendapat subsidi pendidikan sebesar 900K / bulan untuk perbaikan gizi keluarganya. Tentunya, jika di masak di rumah, maka makanan bergizi itu, bukan hanya dinikmati oleh 3 anaknya, tetapi dengan kedua orangtuanya sendiri.