Just another free Blogger theme

Kamis, 09 Oktober 2025

Beberapa tahun lalu, kadang mendapat komentar yang miring, saat memberikan jawaban, terkait motto hidup. Sudah beberapa tahun sebelumnya, jika ditanya, mengenai moto hidup, dijawab dengan kalimat, “berbuat baiklah, semaksimalmu, karena semua itu akan kembali pada diri sendiri”. Beberapa teman, menilainya, sebagai sesuatu yang egois, dan mereka menyarankan, mengapa tidak menggunakan kalimat, “berbuat baik dan mengabdi kepada Masyarakat?”


Ah, mungkin, sekedar salah paham, atau belum mendapat penjelasan lebih lanjut saja, sehingga mereka melakukan komentar serupa itu. Karena sejatinya, bisa jadi, motivasi intrinsic, atau dorongan utama dalam diri seseorang, tentunya adalah karena dirinya ingin mendapat keuntungan, kebahagiaan, atau kebaikan itu sendiri.  Artinya, kebaikan apapun yang dilakukan seseorang untuk orang lain, sejatinya adalah untuk kebaikan diri kita sendiri.

Setelah melalui perjalanan itu, tanpa bermaksud untuk membentengi dengan dalil suci dari rujukan keagamaan, namun ada beberapa inspirasi ilahiah, yang terkesan mendukung pada keyakinan serupa ini.

Allah Swt  berfirman :

﴿ قَدْ جَاۤءَكُمْ بَصَاۤىِٕرُ مِنْ رَّبِّكُمْۚ فَمَنْ اَبْصَرَ فَلِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَاۗ وَمَآ اَنَا۠ عَلَيْكُمْ بِحَفِيْظٍ ١٠٤ ﴾ ( الانعام/6: 104)

Sungguh, telah datang kepadamu bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu. Siapa yang melihat (bukti-bukti itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri dan siapa yang buta (tidak melihat bukti-bukti itu), maka (akibat buruknya) bagi dirinya sendiri, sedangkan aku (Nabi Muhammad) bukanlah pengawas(-mu). (Al-An'am/6:104)

Kesan yang dapat kita gali dari firman Allah Swt ini, (1) bukti kebenaran sudah ada di sekitar kehidupan manusia, (2) manusia cenderung akan terbelah jadi dua kelompok, yakni yang mendapat pencerahan dari hasil pengamatan, dan yang buta dari objek pengamatan, (3) implikasi dari proses pengamatan itu, dampaknya akan kembali pada si pelaku, dan (4) Tuhan, tidak akan memberikan efek yang menyimpang dari hukum alam. Artinya, jika tercerahkan dari hasil pengamatan, dia akan mendapatkan petunjuk, dan bila buta terhadap pencerahan, maka dia akan mendapatkan efek kebutuhaan itu sendiri.

Bukti-bukti kebenaran itu, satu sisi, hadir dalam bentuk sebagai sesuatu  yang bisa diamati, dan pada sisi lain, hadir dalam bentuk sesuatu yang bisa dikaji. Hal ini, tergali dari firman Allah Swt :

﴿ اِنَّآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ لِلنَّاسِ بِالْحَقِّۚ فَمَنِ اهْتَدٰى فَلِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ ضَلَّ فَاِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚوَمَآ اَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيْلٍ ࣖ ٤١ ﴾ ( الزمر/39: 41)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) untuk (seluruh) manusia dengan hak. Siapa yang mendapat petunjuk, (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat, sesungguhnya kesesatan itu untuk dirinya sendiri. Engkau bukanlah penanggung jawab mereka.  (Az-Zumar/39:41)

Pada ayat ini, al-Qur’an menggunakan kata al-Kitab, dan bukan al-Qur’an. Hal ini, bisa merujuk pada ayat tanziliyyah yang lainnya, yang Allah Swt telah turunkan kepada Rasul-rasul-Nya, yakni Taurat, Zabur dan Injil. Selanjutnya, al-Qur’an mensinyalir ada dua pola respon manusia terhadap ayat-ayat tanziliyyah ini, yakni ada yang mendapat petunjuk, dan ada yang sesat.  Kata ihdata, merupakan lawan kata Dhalla. Sementara pada ayat 104 surat al-An’am, kata basho’ir (melek) lawan kata dari ‘amma (buta). Di bagian ujungnya, Allah Swt  menegaskan, bahwa Rasulullah atau bisa jadi  kita semua ini, tidak akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap kesesatan yang mereka pilih.

Perhatikan dengan seksama. Di ayat 104 surat al-An’am, Allah Swt berfirman, bahwa Muhammad Saw bukanlah pengawal orang sesat. Sementara di ayat 41 surat Az-Zumar,  Muhammad Saw bukan (pula) sebagai penanggungjawabnya. Artinya, bahwa setelah ada dakwah, pilihan kesesatan yang dipilih manusia itu, akan menjadi tanggungjawab dirinya sendiri, dan karena itu, al-Qur’an menggunakan kata fa’alaiha (ditimpakan kepada dirinya sendiri).

Ada firman Allah Swt ketiga, yang juga menarik untuk dikaji. Pada firman Allah Swt ini, lawan amal Sholeh adalah kesalahan atau amal salah.

﴿ مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖ ۙوَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَا ۗوَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ ۔ ٤٦ ﴾ ( فصّلت/41: 46)

Siapa yang mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan siapa yang berbuat jahat, maka (akibatnya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).  (Fussilat/41:46)

Untuk kebaikan, al-Qur’an menggunakan kata li (bagi) dirinya sendiri, sedangkan untuk sesuatu hal yang buruk, menggunakan kata ‘alaiha (ditimpakan), atau dibebankan kepada dirinya sendiri. Dengan formulasi hukum itu, Allah Swt menegaskan, bahwa dengan pola itu, Tuhan tidak menzalimi hamba-Nya. Orang yang berbuat baik akan mendapatkan kebaikan, dan pelaku kejahatan akan ditimpa keburukan sebagai buah dari perbuatannya. Hukum ini, diperkuat dengan firman Allah Swt :

﴿ مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَا ۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ ١٥ ﴾ ( الجاثية/45: 15)

Siapa yang mengerjakan amal saleh, itu untuk dirinya sendiri dan siapa yang berbuat keburukan, itu akan menimpa dirinya sendiri. Kemudian, hanya kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.  (Al-Jasiyah/45:15)

Sebagai penegasan, penggunaan kata li (bagi) untuk hal yang bermuatan kebaikan, dan ‘ala untuk yang bernilai keburukan, dapat ditemukan pula dalam firman Allah Swt :

﴿ مَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهٗۚ وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِاَنْفُسِهِمْ يَمْهَدُوْنَۙ ٤٤ ﴾ ( الرّوم/30: 44)

Siapa yang kufur, maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekufurannya. Siapa yang mengerjakan kebajikan, maka mereka menyiapkan untuk diri mereka sendiri (tempat yang menyenangkan)   (Ar-Rum/30:44)

Inspirasi yang bisa didapat dari kajian ini, kita  merasa yakin bahwa apapun boleh dilakukan, asalkan kita siap menerima resiko atau akibatnya. Karena setiap efek dari sebuah Tindakan, akan kembali pada si pelakunya sendiri.

Categories: ,


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar