Geotrek. Istilah ini mungkin belum
banyak di kenal masyarakat. Tetapi, bagi pecinta lingkungan, atau lebi tepatnya
lagi pecinta wisata geologi, akan mudah memahaminya. Geotrek adalah sebuah
perjalanan, dengan maksud untuk berrekasi sambil memahami kenampakan gejala
geologis di muka bumi. Istilah ini, saat ini, sudah mulai banyak dilakukan, dan
diikuti oleh masyarakat umum, khususnya di kota Besar seperti di Bandung dan
Jakarta.
Terkait dengan hal ini, kita dapat
memandang, agenda geotrek sebagai bentuk model pembelajaran. Betul jika dikatakan, bahwa, selama ini,
kalangan pelaku geotrek pun, sudah memaknai dan memahami geotrek sebagai model
pendidika, pencerahan, atau pembelajaran kepada masyarakat mengenai kenampakkan
muka bumi. Tetapi, hal yang memang memprihatinkan, kesadaran ini, belum banyak
dikembangkan di lembaga pendidikan.
Sebagaimana diketahui bersama, hamper di setiap sekolah ada program yang disebut studi wisata, study tour, piknik, study banding, atau nama lain yang sejenisnya. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah biasa dilakukan, dan sudah biasa diagendakan di dunia pendidikan.
Sehubungan hal itu, apa bedanya
antara nama kegiatan tersebut, dengan geotrek yang kini akan kita ajukan
sebagai bentuk dari kegiatan pembelajaran geografik atau geologis, atau
pembelajaran lingkungan ?
Pertama, geotrek jelas-jelas mengandung makna hiburan atau rekreasi. Ini benar. Karena itu, meminjam makna dari konsep wisata, yang mengandung makna perjalanan ke luar rumah untuk mencari hiburan dan bersenang-senang, maka geotrek pun adalah bentuk dari kegiatan wisata.
Kedua, geotrek mengandung makna
pendidikan, sementera dalam berwisata tidak dijadikan prioritas. Sebuah sekolah
yang melakukan kunjungan wisata, lebih mengutamakan hiburannya daripada masalah
pendidikannya. Karakter ini, menjadi karakter pembeda antara geotrek dengan
wisata.
Andaipun secara normative, ada acara study tour itu ada pembelajaran, tetapi agenda pembelajarannya lebih bersifat lokal. Misalnya, jika berwisata ke Kraton Jogjakarta, peserta wisata akan mendapatkan informasi mengenai sejarah atau seluk beluk mengenai kejogjakartaan. Sementara, dalam konteks geotrek, untuk menjelaskan istana Jogjakarta, bisa mengaitkan dengan beberapa titik kebumian yang biasa berkaitan dengan sejarah dan dinamika kehidupan Jogja, misalnya Merapi, dan dinamika geologis Jogja.
Secara sederhananya, dalam wisata,
lokasi tujuan menjadi utama. Sedangkan dalam geotrek, kenampakkan di sepanjang
perjalanan, dan juga di sekitar lokasi, menjadi sumber pembelajaran penting
dalam menggenapkan informasi. Sehingga kita bisa memahami kenampakkan muka bumi
dengan baik.
Ketiga, aspek pendidikan mental-sosial. Orang berwisata cenderung ingin hidup santai, dan enak. Tinggal di hotel, duduk manis dan langsung rekreasi di lokasi wisata. Seorang pelaku geotrek, akan melakukan ragam kegiatan, termasuk melakukan perjalanan ke beberapa titik lokasi yang dianggap unik, dan perlu mendapatkan penjelasan lebih detil.
Nilai penting lainnya lagi, seorang
pelaku geotrek, yang melakukan perjalanan pembacaan terhadap fenomena geologis,
dibangunkan kesadaran untuk peka terhadap karakter lingkungan, peduli pada
lingkungan. Bahkan, dalam perjalanan geotrek ini, seorang peserta akan
dikondisikan untuk bisa membangun keterampilan social (social skill) dengan
teman-temannya, misalnya membantu, saling menolong, atau saling mendukung
langkah dan perjalanan geotrek tersebut.
Terakhir, yang ingin dikemukakan di sini, adalah pendidikan mental-spiritual. Seorang siswa yang berwisata, cenderung merasa puas dan bahagia selepas menikmati fasilitas hiburan di lokasi wisata. Sedangkan, seorang peserta geotrek akan mendapatkan kepuasan spiritual berbasis pengetahuan dan kesadaran akan lingkungannya. Dia merasakan bahagia libura di Pangandaran, sambil memahami gejala geologis dan keragaman hayatinya. Sehingga dia merasa terpanggil untuk turut serta menjaga kelestariannya, bukan merusaknya.
Berdasarkan pertimbangan itu, saya
melihat ada beberapa hal pokok yang bisa disampaikan di sini. Pertama, perlu
ada reorientasi program study tour atau study wisata yang biasa dilakukan oleh
para penyelenggara pendidikan. Program itu perlu disempurnakan, bukan hanya
untuk hiburan dan berliburan, apalagi sekedar untuk mendapatkan keuntungan
sisa-biaya-kegiatan, melainkan harus mengarah pada agenda pembelajaran.
Hal penting lainnya, sudah menjadi saatnya, khusus untuk pembelajaran geografi, supaya pembelajaran itu bersifat menyeluruh, dan komprehensif, mencakup ragam pembelajaran social, budaya, ekonomi dan eksakta (geologisnya), maka model geotrek dapat dimanfaatkan sebagai pilihannya.Masalah tingginya dampak bencana, salah satu diantaranya karena kita tidak siap dengan ancaman bencana. Ketidaksiapan itu sendiri, kadang didasari oleh minimnya pengetahuan kita mengenai karakter lingkungan hidup kita. Oleh karena itu, melalui pembelajaran geografi pada umumnya, khususny geotrek diharapkan ada kesadaran geologis yang kuat, dan memiliki kepekaan lingkungan yang besar pada setiap orang.
0 comments:
Posting Komentar