Just another free Blogger theme

Senin, 25 Juli 2016

Geotrek. Istilah ini mungkin belum banyak di kenal masyarakat. Tetapi, bagi pecinta lingkungan, atau lebi tepatnya lagi pecinta wisata geologi, akan mudah memahaminya. Geotrek adalah sebuah perjalanan, dengan maksud untuk berrekasi sambil memahami kenampakan gejala geologis di muka bumi. Istilah ini, saat ini, sudah mulai banyak dilakukan, dan diikuti oleh masyarakat umum, khususnya di kota Besar seperti di Bandung dan Jakarta.

Terkait dengan hal ini, kita dapat memandang, agenda geotrek sebagai bentuk model pembelajaran.  Betul jika dikatakan, bahwa, selama ini, kalangan pelaku geotrek pun, sudah memaknai dan memahami geotrek sebagai model pendidika, pencerahan, atau pembelajaran kepada masyarakat mengenai kenampakkan muka bumi. Tetapi, hal yang memang memprihatinkan, kesadaran ini, belum banyak dikembangkan di lembaga pendidikan.
Sebagaimana diketahui bersama, hamper di setiap sekolah ada program yang disebut studi wisata, study tour, piknik, study banding, atau nama lain yang sejenisnya. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah biasa dilakukan, dan sudah biasa diagendakan di dunia pendidikan.
Sehubungan hal itu, apa bedanya antara nama kegiatan tersebut, dengan geotrek yang kini akan kita ajukan sebagai bentuk dari kegiatan pembelajaran geografik atau geologis, atau pembelajaran lingkungan ?
Pertama, geotrek jelas-jelas mengandung makna hiburan atau rekreasi. Ini benar. Karena itu, meminjam makna dari konsep wisata, yang mengandung makna perjalanan ke luar rumah untuk mencari hiburan dan bersenang-senang, maka geotrek pun adalah bentuk dari kegiatan wisata.
Kedua, geotrek mengandung makna pendidikan, sementera dalam berwisata tidak dijadikan prioritas. Sebuah sekolah yang melakukan kunjungan wisata, lebih mengutamakan hiburannya daripada masalah pendidikannya. Karakter ini, menjadi karakter pembeda antara geotrek dengan wisata.
Andaipun secara normative, ada acara study tour itu ada pembelajaran, tetapi agenda pembelajarannya lebih bersifat lokal.  Misalnya, jika berwisata ke Kraton Jogjakarta, peserta wisata akan mendapatkan informasi mengenai sejarah atau seluk beluk mengenai kejogjakartaan. Sementara, dalam konteks geotrek, untuk menjelaskan istana Jogjakarta, bisa mengaitkan dengan beberapa titik kebumian yang biasa berkaitan dengan sejarah dan dinamika kehidupan Jogja, misalnya Merapi, dan dinamika geologis Jogja.
Secara sederhananya, dalam wisata, lokasi tujuan menjadi utama. Sedangkan dalam geotrek, kenampakkan di sepanjang perjalanan, dan juga di sekitar lokasi, menjadi sumber pembelajaran penting dalam menggenapkan informasi. Sehingga kita bisa memahami kenampakkan muka bumi dengan baik.
Ketiga, aspek pendidikan mental-sosial. Orang berwisata cenderung ingin hidup santai, dan enak. Tinggal di hotel, duduk manis dan langsung rekreasi di lokasi wisata. Seorang pelaku geotrek, akan melakukan ragam kegiatan, termasuk melakukan perjalanan ke beberapa titik lokasi yang dianggap unik, dan perlu mendapatkan penjelasan lebih detil.
Nilai penting lainnya lagi, seorang pelaku geotrek, yang melakukan perjalanan pembacaan terhadap fenomena geologis, dibangunkan kesadaran untuk peka terhadap karakter lingkungan, peduli pada lingkungan. Bahkan, dalam perjalanan geotrek ini, seorang peserta akan dikondisikan untuk bisa membangun keterampilan social (social skill) dengan teman-temannya, misalnya membantu, saling menolong, atau saling mendukung langkah dan perjalanan geotrek tersebut.
Terakhir, yang ingin dikemukakan di sini, adalah pendidikan mental-spiritual. Seorang siswa yang berwisata, cenderung merasa puas dan bahagia selepas menikmati fasilitas hiburan di lokasi wisata. Sedangkan, seorang peserta geotrek akan mendapatkan kepuasan spiritual berbasis pengetahuan dan kesadaran akan lingkungannya. Dia merasakan bahagia libura di Pangandaran, sambil memahami gejala geologis dan keragaman hayatinya. Sehingga dia merasa terpanggil untuk turut serta menjaga kelestariannya, bukan merusaknya.
Berdasarkan pertimbangan itu, saya melihat ada beberapa hal pokok yang bisa disampaikan di sini. Pertama, perlu ada reorientasi program study tour atau study wisata yang biasa dilakukan oleh para penyelenggara pendidikan. Program itu perlu disempurnakan, bukan hanya untuk hiburan dan berliburan, apalagi sekedar untuk mendapatkan keuntungan sisa-biaya-kegiatan, melainkan harus mengarah pada agenda pembelajaran.
Hal penting lainnya, sudah menjadi saatnya, khusus untuk pembelajaran geografi, supaya pembelajaran itu bersifat menyeluruh, dan komprehensif, mencakup ragam pembelajaran social, budaya, ekonomi dan eksakta (geologisnya), maka model geotrek dapat dimanfaatkan sebagai pilihannya.
Masalah tingginya dampak bencana, salah satu diantaranya karena kita tidak siap dengan ancaman bencana. Ketidaksiapan itu sendiri, kadang didasari oleh minimnya pengetahuan kita mengenai karakter lingkungan hidup kita. Oleh karena itu, melalui pembelajaran geografi pada umumnya, khususny geotrek diharapkan ada kesadaran geologis yang kuat, dan memiliki kepekaan lingkungan yang besar pada setiap orang.
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar