Tidak semua orang sadar, bila dalam hidupnya, dia pernah melakukan pembajakan. Pembajakan terhadap karya, karir, atau hak orang lain. Ketidaksadarannya itulah, yang kemudian, malah membuahkan, sikap, merasa benar dengan sikapnya, dan menjadikan orang lain sebaga korban. Sakitnya tuh di sini !
Sudah menjadi rahasia. bila ada orang yang membajak karya kita, baik itu karya tulis maupun karya seni, kita akan menghardiknya, memakinya, dan bahkan secara formal akan memprosesnya secara hukum. Pembajakan karya intelektual orang lain, adalah sebuah bentuk tindakan kriminal, yang juga dilindungi oleh orang lain.Bagaimana jika ada yang melakukan pembajakan karir ? misalnya saja, kita semua tahu, bahwa ada rekan kita yang memiliki kualitas, loyalitas dan kemampuan organisasi yang mumpuni, dan sudah diakui oleh banyak pihak. Sayangnya, karirinya itu terjegal, bahkan terjungkal, oleh seorang kader yang berasal dari keluarga sang pemimpin. Anak atau ponakan sang pemimpin itulah, yang kemudian menjadi pengganti posisi dari sahabat kita yang moncer tersebut.
peristiwa itu kerap terjadi di dunia organisasi, politik dan tempat kerja. Hal uniknya lagi, kejadian itu bukan sekali, dan tidak banyak dianggap sebagai pembajakan. Padahal, pada kenyataannya, perilaku itu adalah bentuk pembajakan karir oleh seseorang terhadap orang lain.Dua orang cowok bersahabat karib. Kemudian, dikemudian hari, dia berkenalan dengan seorang gadis cantik. Sang teman memperkenalkannya kepada teman yang satunya itu. Tetapi, di tengah perjalanan, orang yang mengenalkan malah yang menggaet sang gadis itu. Orang biasanya menyebutnya selingkuh. Dalam konteks itu, kita ingin menyebutnya sebagai pembajakan cinta.
Sakit ! sakitnya tuh di sini !Lain cerita lagi, kita bisa menemukan laku pembajakan yang terasa benar. Dalam satu episode, perlombaan dilakukan oleh sebuah tim. Tim ini dapat juara di level kecamatan. Kemudian berlanjut ke tingkat kota, pun dapat juara. Saat ini, bertanding pada leel propinsi, jga meraih juara. Bahkan, dia berhak untuk mewakili propins ke jenjang nasional.
Di tengah hiruk pikuknya persiapan itu, tahu-tahu, posisi kita sebagai anggota tim diganti oleh seseorang yang konon menjadi penjabat didaerah itu. Mereka beralibi, karena sudah menjadi kepentingan daerah, maka pembimbing dan panitia pun, harus orang daerah. Akhirnya, orang yang berjuang dari bawah, tersingkirkan.Bagaimana dengan kesempatan atau peluang ? boleh kah kita membajak kesempatan orang lain, demi kepentingan kita ? atau, relakah kita dibajak kesempatannya oleh orang lain ?
Bagi kita, mungkin hal itu dianggap biasa. tetapi, dari sisi ini, kita bisa melihatnya sebagai satu bentuk pembajakan'. Pembajakan Karir, oleh kekuasaan dan kepentingan pragmatis seseorang.
0 comments:
Posting Komentar