Seperti biasa, salah satu tema pokok dalam sosialisasi Kurikulum 2013, adalah menjelaskan mengenai dimensi pendidikan karakter. Tema ini, menarik dan juga menyadarkan kita semua, terkait dengan proses pembelajaran yang selama ini, dilaksanakan.
Menurut salah satu narasumber, dasar pemikiran dari dimensi-pendidikan karakter ini, yaitu dari pemikirannya Ki Hajar Dewantara, mengenai cipta-rasa-karsa dan karya. Dari pemikirannya itulah, kemudian, dimensi pendidikan karakter itu, dikembangkan menjadi olahraga, olahrasa, olahhati dan olah pikir.
Kita tidak akan mengulas mengenai keempat dimensi pendidikan karakter tersebut. Karena, penjelasan mengenai emapat hal tersebut, dapat dengan mudah ditemukan di internet, sumber informasi yang 'terdekat' bagi generasi milenial sekarang ini. Sisi yang ingin dikemukakan di sini, yaitu kompetensi dasar yang perlu dimiliki oleh generasi milenial, yang belum terungkap dalam dimensi pendidikan karakteristik tersebut.
Sebagai mana diketahui bersama, menurut Alex Inkeles, yaitu adanya sikap keterbukaan (open minded). Inilah karakter yang perlu mendapat perhatian seorang tenaga pendidik. Karena, karakter ini, bukan hanya perlu ditanamkan kepada peserta didik, tetapi juga kepada para pendidik itu sendiri.
Kita semua menyadari, bahwa, proses perubahan akan memiliki nilai dan makna yang positif, jika kita sudah terbiasa dengan keterbukaan, tidak fanatik, kaku, jumud atau menutup diri. Sikap mau terbuka, dan menerima informasi baru, menjadi hal penting dalam kehidupan modern ini.
Sehubungan hal itu, maka, selain keempat hal tadi (olahraga, olah pikir, olahrasa, dan olah hati), maka karakter penting lainnya yaitu olah-alih (baca : dinamis).
Bagaimana penerapan karakter olah-alih ?
Selama ini, kata 'olah-alih' kerap diartikan negatif. Olah alih diartikan gunta-ganti, atau tidak pernah ajeg. Khusus untuk konteks ini, sikap olah alih adalah penggenap dimensi karakter yang perlu dimiliki oleh kita, yakni sikap dinamis dalam menghadapi tantangan zaman.
Untuk sekedar batasan masalah, Kita sepakat bahwa keempat dimensi tadi (olahraga, olahrasa, olah haati dan olahpikir), bisa dibedakan. Tetapi tidak bisa dipisahkan. Dalam prakteknya, hanya pribadi yang terlatih dinamis sajalah yang bisa memanfaatkan keempat potensi itu, sehingga menjadikan dirinya sebagai pribadi yang berkualitas.
Sehubungan hal itu, menjadi penting untuk menambah dimensi pendidikan karakter itu, dengan olahalih. Adapun makna dari olah alih itu, dapat kita kembangkan secara konseptual dalam beberapa pemahaman. Pertama, kita mengartikan olahalih sebagai sikap kritis. Olahalih adalah sebuah kemampuan untuk bersikap fleksibel dan kritis dalam menghadapi masalah.
Kedua, olahalih adalah sikap dinamis. Seseorang tidak boleh kaku dalam membaca satu masalah. Teknik membaca satu masalah, bisa menggunakan perspektif rasa, nalar, atau jiwa. Kedinamisan itulah yang akan memberikan efektivitas dalam melakukan penelaahan terhadap masalah dan sekaligus efektif dalam memecahkan masalah.
Terakhir, olahalih adalah sikap terbuka. Mau menerima ide baru yang lebih baik, dan meninggalkan pandangan atau asumsi yang dianggap kurang efektif dalam memecahkan masalah.
0 comments:
Posting Komentar