Ade Le Remat (2007) mengatakan bahwa
hal pertama, yang harus dilakukan oleh seorang penulis, saat ingin memulai
menulis adalah menyiapkan waktu. Waktu khusus untuk menulis.[1]
Menulis adalah pekerjaan, dan bekerja butuh waktu khusus, dan bukan waktu
sambil lalu. Kecuali kalau memang, hasil yang diharapkannya, bukanlah hasil
yang maksimal.
Sudah tentu, kita sepakat, bahwa untuk bisa menulis, dan atau melahirkan karya, akan memaksa kita untuk menyediakan waktu untuk menuliskannya. Hanya saja, muncul pertanyaan, apakah waktu itu harus disediakan secara khusus, atau sambil lalu, atau memanfaatkan waktu “luang” atau ‘hampir terbuang” ?
Untuk pertama kalinya, pengalaman
pribadi, memaksa diri untuk bisa menyisihkan waktu khusus untuk menulis.
Taruhlah, jika waktu siang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan formal dan
rutin, misalnya pergi ke kantor, atau mengajar. Tidak ada waktu untuk menulis
di siang hari. Kemudian sore harinya, kita menyempatkan diri untuk berinteraksi
dengan anak dan keluarga.
Resiko dari kondisi seperti ini, maka, mau tidak mau, karena ingin bisa melahrkan karya tulis, maka kita menyisihkan waktu istirahat di malam hari untuk digunakan untuk menulis. Bisa malam sebelum tidur, atau pagi hari buta, selepas tidur menjelang pagi. Hal itu dilakukan, karena kita berharap bisa menulis, tanpa harus menganggu waktu kerja, dan waktu interaksi dengan keluarga.
Pada kasus yang lain, saya bisa
menulis, jika ada waktu luang. Waktu luang bisa didapat, saat anak-anak
istirahat sore, atau suasana keluarga sedang asik dengan kegiatan
masing-masing. Misalnya, waktu menjelang maghrib. Disela waktu luang itulah,
bisa dimanfaatkan untuk sekedar tulas-tulis pokok pikiran, atau uraian singkat
mengenai sesuatu hal yang ingin disampaikan.
Andaipun waktu luang tidak ada, dan juga tidak mau mengurangi waktu istirahat malam, maka resikonya adalah memanfaatkan waktu di sela-sela kekosongan aktivitas di masa kerja. Waktu luang saat kita bekerja, memang tidak semua punya. Bahkan, gagasan seperti ini, termasuk gagasan yang sangat sulit direalisasikan oleh banyak orang. Alasan utamanya, yakni waktu kerja, ya untuk bekerja, Tidak mungkin, waktu kerja di pakai untuk menulis.
Tetapi pengalaman pribadi. Saat
bekerja, kita memiliki waktu istirahat. Di sela-sela waktu istirahat itulah,
kita bisa memanfaatkannya untuk sekedar menulis pokok pikiran, atau gagasan-gagasan
besar, yang kelak bisa dikembangkan, jika waktu luang yang leluasa kita
dapatkan.
Kunci dari persoalan itu, adalah perlengkapan menulis, seperti laptop atau smartphone yang akan kita gunakan menulis, senantiasa ada ditangan kita. Sehingga, seorang penulis dapat ‘memanfaatkan waktu luang sekecil apapun, untuk menuangkan gagasan dalam smartphone semaksimal mungkin, setidaknya dalam bentuk twit atau quote dalam sebuah media sosial’.
Gagasan ini, setidaknya dilandasi oleh
satu kesadaran dan fakta sosial, waktu hampir dibanyak orang, bisa menunjukkan
adanya waktu luang khusus, menuangkan gagasan dalam media sosial. Itu artinya,
kita memiliki waktu luang, yang bisa digunakan untuk menuliskan gagasan pokok
ke dalam sebuah tulisan. Kapan pun, dan dimanapun, tentang apapun.
0 comments:
Posting Komentar