"sudah dapet informasi belum, ternyata teman kita ini, sudah mulai diambang perpisahan...?" tutur seorang teman.
"Lha, mengapa, bukankah pernikahannya pun baru seumur jagung..?" tanya yang lain.
"memang. tetapi itulah kenyataannya.."
-o0o-
Demikian perbincangan di pagi hari itu. Tanpa dimaksudan untuk ghibah atau membicarakan keburukan orang, tetapi pancingan obrolan pagi itu malah tetap mengantarkan pembicaraan itu, mengungkap, mengulas, dan membicarakan mengenai keluarga orang lain.
Salah satu masalah pokok yang menjadi perbincangan itu, mengapa perkawinan yang baru seumur jagung, bisa berujung pada pintu gerbang yang tidak diinginkan.
Untuk mengenang masalah ini, saya jadi teringat pada salah satu wacana yang disampaikan oleh Quraish Shihab, dengan judul Kado Pernikahan. Buku itu merupakan khutbah pernikahan yang dia lakukannya sendiri.
Merujuk pada pemikiran Adil Shadiq, Quraish Shihab menuturkan ada delapan dari Raut az-Zawaj, yakni :
Merujuk pada pemikiran Adil Shadiq, Quraish Shihab menuturkan ada delapan dari Raut az-Zawaj, yakni :
1.Jadikanlah pasangan sebagai pusat perhatian2.Wujudkan kepribadian sebagai lelaki/perempuan3.Jangan menabur benih keraguan4. Pembagian tanggungjawab5.Lakukanlah dialog6.Siapkanlah diri melakukan aneka peranan7.Nampakkan cinta dan kebanggaan8.Keseimbangan Ekonomi9.Perhatian pada keluarga besar10. Jaga privasi dan Hubungan dengan pihak lain
Hal menarik, dari wacana itu, untuk membangun perkawinan yang berkualitas, adalah adanya kesediaan kita untuk berdialog. Dialog sebelum perkawinan, selama perkawinan, dan juga mungkin jika harus berpisah. Dialog itulah, yang diharapkan bisa menjadi jembatan kesalahpahaman, atau meminimalisir efek buruk dari perkawinan itu sendiri.
0 comments:
Posting Komentar