Di sini kita memang tidak akan mengkaji isi buku. Hanya kebetulan, saat ini, penulis sedang membaca buku Doa Al-Asma Al-Husna, karya M. Quraish Shihab, 2013. Kepakaran tokoh yang satu ini, sudah tidak diragukan lagi di Indonesia. Walaupun, kadang dalam pandangan dan pemikiran keagamaannya, tidak selamanya selaras dengan pikiran kita saat ini, atau pikiran keagamaan umumnya di negara ini. Tetapi, jika dikaitkan dengan tradisi keilmuan, kalangan akademisi, menganggapnya sebagai sesuatu yang "wajar", menurut pengakuan sebagian orang "perbedaan pandangan itu adalah rahmat", itulah kesimpulan yang biasa dirujuk dan dialamatkan pada rambu budaya akademik versi Rasulullah Muhammad Saw.
Dalam kajian ini, diungkapkan bahwa Allah Swt memiliki nama-baik, dan sangat mencintai atau menyukai, bila hambanya berdoa dengan menggunakan nama-baik (asmaul husna) tersebut. Ini adalah pesan dasar, yang ada dalam buku ini. Oleh karena itu, mulai dari point 1 hingga 99, dicantumkan ragam doa yang memuat asmaul husna tersebut.
Asmaul Husna atau dalam bahasa kita, nama-nama indah dan baik. Di bahasa populer kita, ada sebutan nama-baik, yang menunjukkan sikap dan kehormatan. Setiap orang akan memiliki nama-baik atau nama kehormatan. Nama baik atau nama kehormatan itulah, yang kemudian akan menjadi membangun citra kewibawaannya dihadapan orang lain.
Kemampuan seseorang menjaga nama baik orang lain, selain menggambarkan pengakuan, juga menunjukkan adanya penghormatan yang ditampilkannya. Artinya, jika kita mau menjaga nama baik seseorang, itu berarti kita hormat dan juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pemilik nama-baik itu sendiri,
Implikasi dari pemikirna itu, rasanya kita pun, sepakat bahwa "setiap orang pun berniat untuk memiliki nama baik", baik ketika masih hidup, masih menjabat, atau sudah meninggal atau turun jabatan. Di setiap gerak langkah kita, kita berharap, bisa tetap menjaga nama baik kita.
Andai ada orang yang bisa merusak nama baik (asmaul husna) diri kita, kita akan merasa resah dan galau. perusahakan nama baik, bukan saja, bisa menjadi fitnah, tetapi bisa merusak hubungan antar dua pihak tadi. rasanya, sangat manusiawi, jika ada ornag yang merusak nama baik kita, kita akan sedikit menjaga jarak atau mengurangi intensitas hubungannya dengan dia. itu adalah sikap manusiawi, walaupun bukan sebuah pilihan yang terbaik.
Sehubungan hal itu, menjaga nama baik sendiri, adalah kewajiban pribadi kita, dan menjaga nama baik oran lain, adalah bentuk kemuliaan dan pemuliaan kita terhadapnya. Orang beragama, yang tidak pelit menggunakan nama-nama baik Tuhan, menggambarkan akan kedekatan dan itikad penghormatan dirinya kepada Tuhan.
0 comments:
Posting Komentar