Pesan yang ingin saya sampaikan disini, mari manfaatkan ramadhan.
Peluang-peluang ibadah itu besar dan melimpah. Marilah kita raih keberkahan
ramadhan, semaksimal. Jangan sia-siakan
dan jangan biarkan ramadhan berlalu, tanpa kita manfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
Mari perhatikan dengan seksama,
peluang-peluang dalam bulan suci ramadhan. Setidaknya, peluang-peluang itu
hadir dalam bentuk pelipatgandaan pahala ibadah, dan kesempatan beribadah yang
leluasa karena bersifat massal. Bandingkan bila harus shalat malam sendirian,
bukankah shalat malam berjamaah, sebagaimana kegiatan tarawih itu adalah
peluang untuk kita bisa shalat malam (shalatul lail) ? tadarusan adalah peluang terbuka buat kita,
untuk bisa membaca al-Qur’an, di saat membaca sendiri di luar ramadhan kita
mengalami kesulitan ? semua itu, adalah beberapa contoh peluang yang bisa kita
manfaatkan untuk bisa meningkatkan amalan ramadhan. Aspek ini, kita sebut
aspek kesempatan atau aspek peluang.
Pada sisi lain, dalam diri kita ini ada yang disebut aspek kemampuan, yaitu kemampuan kita dalam memanfaatkan peluang. Artinya adakah kita memiliki kesungguhan hati untuk memanfaatkan peluang-peluang tersebut, sehingga benar-benar menjadi sebuah kesempatan meraih prestasi terbaik dalam ibadah ? persoalan kedua ini, kita sebutnya aspek kesungguhan hati kita, dalam memanfaatkan kesempatan untuk mewujudkan impian menjadi sang juara dalam ibadah.
Hubungan dua faktor itu, ternyata melahirkan
fenomena yang unik. Perilaku kita, perilaku umat ini, terbelah ke dalam empat
kategori. Mereka secara masing-masing memisahkan diri, dalam karakternya yang
berbeda-beda.
Pertama, adalah orang yang beruntung. Orang beruntung itu, adalah orang yang memiliki peluang besar atau kesempatan yang terbuka, kemudian dia mampu memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Ibaratnya itu, memiliki NEM tinggi, dan kemudian dimanfaatkan untuk masuk sekolah yang diinginkan. Orang yang seperti ini, disebutnya sebagai orang yang beruntung. Ibarat orang yang baru lulus sekolah, kemudian di tawari kerja oleh perusahaan. Itu adalah anugerah yang tiada bandingannya.
Ramadhan ini adalah bulan berkah, bulan rahmat atau bulan keberuntungan.
Mengapa ? karena peluang dan kesempatan meraih prestasi dan beramal baik itu
sangat terbuka lebar.
Coba perhatikan. Bagaimana seorang muslim tidak disebut mendapatkan rahmat atau anugera yang besar dengan ramadhan ? peluang pahala sangat melimpah. Jangankan dengan kerja keras, dengan tidurnya saja, dia sudah bisa meraih pahala. Ini adalah peluang yang luar biasa. Hanya saja, hanya mereka yang mampu memanfaatkan peluang besear itulah, yang kelak akan mendapatkan kefitran di hari raya (idul fitri).
Kedua, kita sebut orang yang dituntut perjuangan, dan kesungguhan keras dalam
meraih prestasinya. Secara sederhananya
kita sebut muslim pejuang atau mujahid. Di sebut pejuang, karena peluang untuk
mendapatkan pahala yang melimpah, beribadah dengan baik dan berkualitas sangat
sedikit.
Kondisi seperti itu, yang terjadi pada 11 bulan yang lainnya. Di luar bulan suci ramadhan, seorang muslim berada pada situasi perjuangan yang sangat hebat. Selain Ramadhan, kemudahan dan peluang istimewa sangat sedikit, sementara halang rintang sangat besar. Selain ramadhan, kita, kaum muslimin di tuntut untuk bekerja keras untuk bisa mengumpulkan nilai pahala yang tinggi dan besar. Hanya mereka yang memiliki kesungguhan hati dalam berjuang, bekerja keras, dan gigih sajalah, yang akan mampu meraih prestasi hebat. Bukan saja harus kuat mental, tetapi dia harus berlomba dengan bujukan syetan.
Ibarat orang yang mau masuk
perguruan tinggi, atau masuk sekolah, atau mau melamar kerja. Ijazah yang kita
miliki, bukanlah jaminan dapat diterima kerja. Karena kita harus bersaing
dengan puluhan, ratuan atau mungkin ribuan pelamar kerja yang lainnya. Hanya
mereka yang memiliki kualitas terbaik, unggul, dan bersungguh-sungguh sajalah
yang akan mendapatkan peluang kecil yang tersedia tersebut.
Ketiga, orang pemalas atau yang merugi. Bagaimana tidak disebut rugi, sudah lulus sekolah dan ditawari kerja, malah tidak diambilnya ! orang yang merugi itu, adalah orang-orang yang tidak memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mencapai maksud dan tujuan hidup.
Mari renungkan bersama. Peluang-peluang besar selama ramadhan ini, sangat
melimpah. Mulai dari pahala yang kecil, seperti membaca huruf Qur’an dengan
nilai puluhan sampai pada pahala seribu
bulan, yaitu lailatul qodr. Rentang diantara amalan-amalan itu, terdapat
puluhan jenis amalan yang bisa membuahkan nilai pahala kita melimpah. Itu
semua, tidak jauh bedanya dengan kita mendapat kesempatan untuk bekerja dengan
mudah, dan cocok dengan diri kita, dan hanya kita yang tepat mengisi pekerjaan
itu, tetapi kita tidak memanfaatkannya ! Orang yang seperti ini, benar-benar
pemalas atau merugi.
Ada dua jenis dari kelompok ketiga ini. Pertama, kita sebut orang yang pemalas. Yaitu orang yang tidak memanfaatkan peluang besar. Mari perhatikan kembali, dan renungkan dengan seksama. Betul, Rasulullah Muhammad Saw bersabda, bahwa tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah. Ini pun adalah peluang kita meraih nilai ibadah dengan cara tidur. Tetapi, beribadah dengan tidur, apakah menyebabkan kita dapat meraih kesempatan pada amalan-amalan lainnya ? Mari kita bandingkan sendiri. Meraih pahala dengan tidur, dengan meraih pahala dengan melek ? manakah, peluang yang bisa mewujudkan nilai yang lebih besar ? sikap tidur di bulan ramadhan, menunjukkan mental berprestasi sangat lemah.
Kita bisa berkilah, bahwa daripada melek tetapi melakukan maksiat,
mendingan tidur sambil puasa. Pilihan itu dapat bernilai ibadah. Pilihan
atau sikap seperti itu, dalam hemat
kita, mirip dengan orang yang sudah di beri kesempatan yang luas, tetapi tidak
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, itulah yang disebut orang
yang merugi.
Di beri kesempatan untuk bekerja di BUMN dengan gaji tinggi, tetapi tempat kerja agak jauh sedikit dari rumah, malah memilih tempat kerja yang dekat ke rumah walaupun gajinya kecil ! itulah, perilaku muslim yang banyak memilih tidur dibandingkan melek selama bulan suci ramadhan.
Karena itu pula, sangat mudah dipahami, bila Allah Swt memperingatkan,
“Demi waktu, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
(Qs. Al-Ashr : 1-3). Firman Allah Swt, mengingatkan kita pada masalah
kesempatan ini. Demi kesempatan yang baik, sesungguhnya manusia yang tidak
memanfaatkan kesempatan emas itu sangat merugi. Hanya mereka yang memanfaatkan
peluang besar dengan cara iman, gigih beramal sholeh, serta saling mengingatkan dan sabar dalam menjalaninya itulah yang dianggap
sebagai orang-orang yang beruntung.
Jenis kedua, yaitu orang yang celaka. Disebut celaka, karena alih-alih dapat memanfaatkan dengan baik, dia malah mengingkari peluang itu, dan mengisinya dengan perbuatan yang salah. Masih mending tidur ada pahalanya. Orang jenis ini, malah mengisinya dengan kemunkaran-kemunkaran.
Coba perhatikan. Bagaimana seorang muslim tidak disebut mendapatkan rahmat
atau anugera yang besar dengan ramadhan ? peluang pahala sangat melimpah.
Jangankan dengan kerja keras, dengan tidurnya saja, dia sudah bisa meraih
pahala. Itu artinya peluang meraih
prestasi pahala di bulan ramadhan itu sangat luar biasa. Eh, dia malah ragu terhadap fadhilah
ramadhan, dia tidak serius melakukan amalan ramadhan dan malahan mengisinya
dengan kemunkaran ! itulah, jenis orang yang rugi.
Terakhir, yaitu orang yang celaka. Dia tidak memiliki kesempatan, dan juga tidak bisa memanfaatkan kesempatan. Dalam situasi krisis ekonomi, lapangan kerja sempit bahkan tidak ada, di tambah dengan dirinya sendiri pun tidak memiliki kemampuan untuk kerja. Orang seperti ini, adalah orang-orang yang celaka. Rugi. Orang yang seperti itu, tidak ada peluang untuk meraih apa yang diinginkannya, karena memang peluangnya tidak ada, dan kemampuannya pun tidak ada.
Andaipun ada peluang lowongan kerja, tempat kerja tidak jauh dari rumah.
Tetapi, persyaratannya tidak cocok. Maka orang seperti itu pun tidak bisa
memanfatkan peluang kerja tersebut. Merugilah orang yang seperti ini. Dia hanya
bisa melihat, dan mengurut dada semata. Karena,
peluang-peluang yang ada pun, jangankan yang kecil, peluang yang
besarnya pun, tidak bisa dimanfaatkan, karena dirinya tidak memili kemampuan
untuk memanfaatkannya. Itulah yang dimaksud dengan kerugian-kerugian yang
paling menyakitkan.
Untuk orang yang terakhir ini, ingatlah pesan Rasulullah Muhammad Saw, manfaatkan lima sebelum datang yang lima. Manfaatkan masa mudamu, sebelum masa tuamu. Manfaatkan masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, gunakanlah masa kayamu, sebelum datang masa papamu. Gunakanalah masa hidupmu sebelum datang masa matimu. Gunakanalah masa senaggangmu sebelum datang masa sibukkmu (HR. Hakim dan Baihaqi).
Bayangkanlah, bila posisi kita itu
“sudah tua, sering sakit-sakitan, kondisi miskin, tabungan sudah tiada dan kita harus banting
tulang pula mencari makan, bahkan sudah menjelang sakaratul maut”, akankah kita
bisa menyelematkan diri kita dari bencana yang lebih besar ?! naudzubillahi
mindzalik !
Pesan yang ingin saya sampaikan disini, mari manfaatkan ramadhan. Peluang-peluang ibadah itu besar dan melimpah. Marilah kita raih keberkahan ramadhan, semaksimal. Jangan sia-siakan dan jangan biarkan ramadhan berlalu, tanpa kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
0 comments:
Posting Komentar