Pengalaman hidup dan menjalankan tugas pendidikan di masa pandemi, memberikan pengalaman penting bagi kita, khususnya dunia pendidikan.
ya, sudah tentu, kalangan orangtua pun, memiliki kenangan khusus terkait dengan pengalaman hidup di masa pandemi ini. Gara-gara pandemi, para orangtua, cukup massal merasakan, bagaimana trik, tip dan juga intrik dalam mengkondisikan putra-putrinya di rumah.
Kalau saja, wacana, refleksi, komentar, tanggapan, opini, dan kajian mengenai hiruk pikuk pendidikan dan pembelajaran selama pandemi ini, dibukukan, rasanya akan terkumpulkan ribuan halaman bahkan bisa sampai jutaan halaman. Hampir di setiap harinya, di media sosial, kita membaca, mengirim, mengulas atau membuat catatan-catatan mengenai pembelajaran di masa pandemi ini.
Kendati demikian, saya sendiri tidak yakin, kendati jutaan halaman itu dikumpulkan, maka kemudian, dinamika, dan hiruk pikuk pembelajaran dan pendidikan masa pandemi terulas semua. Khususnya, terkait dengan pengalaman dan penghayatan masing-masing orang, sudah tentu tidak akan seluruhnya terwakili oleh curahan hati orang lain, mengenai masalah ini.
Namun demikian, kita semua menyadari bahwa pendidikan di masa pandemi adalah hal menarik untuk terus dibicarakan. Bukan karena sekarang kita sedang mengalami masalah ini, namun, akan berkaitan langsung, dengan apa yang akan terjadi, dan apa yang akan dilakukan selepas pandemi usai?!
Untuk sekedar contoh kecil. Andai, pandemi usai, dan kita semua berharap lebih cepat demikian, akankah model-model pembelajaran yang ada saat ini, akan menjadi model pembelajaran alternatif dalam dunia pendidikan di masa depan ?
Bisa, "Ya",, dan bisa jadi "Tidak"
Bagi mereka yang berpikiran konvensional atau konservatif, akan kukuh dan kokoh mengartikan pembelajaran tatap muka (direct learning) sebagai seuatu yang ideal. Bisa jadi demikian. Sehingga dalam pikiran dan pemahamannya, pembelajaran tatap muka menjadi satu-satunya model pembelajaran yang harus dilakukan dan diberlakukan lagi !
Tetapi, bagi mereka yang berpikiran rasional dan realistis, akan merujuk pada pengalaman pandemi selama ini. Artinya, jika sekarang kita mampu melaksanakan mode pembelajaran jarak jauh, lantas mengapa kelak di kemudian hari menjadi sesuatu hal yang terlarang ? pertanyaan yang sedikit provokatif, tetapi realistis untuk dijadikan wacana kebijakan dalam mengembangkan model-model layanan pendidikkan pasca pandemi.
Tidak mudah memang, untuk memutuskan pilihan ini. Atau setidaknya, kita mengartikan bahwa plihan itu, bukan hitam putih. Di tengah antara kedua hal itu, ada wilayah kompromi, yang biasa disebutnya blended learning. Artinya, selepas pandemi, lembaga pendidikan diharapkan mampu secara fleksibel mengembangkan ragam bentuk dan model layanan pendidikan, termasuk pembelajaran jarak jauh. Itulah yang biasa dikenal oleh kita semua dengan istilah blended learning.
Hanya masalahnya adalah, siapkah kita semua mengembangkan model blended learning ? jangan sampai, dimaksudkannya adalah blended yang terjadi malah blinded learning (pembelajaran yang membutakan).
0 comments:
Posting Komentar