Kemarin-kemarin, ah, belum lama, menemukan dokumen digital (buku elektronik) bertemakan, Agama "Saintifik" Sains "Religius". Karya dari dua pemikir Muslim Indonesia modern yaitu Haidar Bagir dan Ulil Abshar Abdala. Sudah tentu, kedua orang ini, sudah dikenal oleh masyarakat kita. Atau, setidaknya, oleh kalangan pecinta ilmu agama dan ilmu sosial.
Dalam perjalanan sejarah pemikiran, kita merasakan bahwa gagasan ini, mengajak kepada kita untuk melakukan saintifikasi pengetahuan dan sikap keagamaan. Seperti halnya yang pernah disampaikan Denny J.A, bahwa bahagia itu juga ilmiah, dengan kata lain, beragama pun, adalah ilmiah, tidak dogmatis.
Sejak awal perkembangan Islam, saintifikasi agama mungkin akan dilekatkan pada gagasan pada mu'tazili, tetapi pada dasarnya bukan hanya muktazilah yang mengusung gagasan ini. Gagasan normatif Qur'an pun, kerap mengajak kepada umatnya untuk berpikir, merenung atau melakukan kajian secara rasional (afala ta'qilun, atau afala tatafakarun). Ide normatif inilah, yang mengajak pada gagasan saintifikasi ilmiah.
Di luar perbedapatan mengenai karakter atau anomali dari paradigma sains, namun Kuntowijoyo pun mengajak kepada umat Islam untuk mengilmui Islam. Islam bukan sekedar ideologi, tetapi juga aksi dan ilmu. Dalam konteks itulah, pengilmiahan Islam menjadi sangat penting. Istilah pengilmiahan, atau saintifikasi mungkin akan menjadi narasi akademik yang menjadi PR kalangan ilmuwan.
Monggo..!
Di sisi lain, pentingnya melakukan islamisasi sains atau pengembangan sains religius menjadi konsen cendikiawan Muslim sejak 1990-an. Gagasan inilah, yang kemudian menggelolarakan semangat islamisasi Sains di kalangan Muslim, Tokoh terkenal di antaranya Ismail Raji Al-Faruki, Osman Bakar dan AM Saefuddin dan lain sebagainya.
Buku ini, merupakan lanjutan dari dialektika Agama, Sains dan peradaban. Layak untuk dicermati.
0 comments:
Posting Komentar