"hidup itu harus penuh perhitungan tapi, jadi orang jangan itungan". Dua kalimat, yang mengandung pesan mendalam.
Mungkin sepintas lalu, belum banyak yang bisa menerima pesan dari kalimat itu. Tetapi, jika ditelaah lebih mendalam, atau direnungkan, kita akan merasakan, pesan menarik dan perlu kehati-hatian dalam hidup dan kehidupan ini.
Adalah sebuah keharusan. Dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, kita perlu untuk merancang cara menjalani hidup dengan penuh perhitungan. Baik buruk, positif dan negatifnya. Sebab, andai kita abai terhadap hal itu, potensial kita akan terjebak pada pemborosan hidup, dan atau tidak efektif dan efisiennya pola hidup kita di dunia ini. Oleh karena itu, hidup ini harus penuh perhitungan.
Tapi nanti dulu...!!
Ternyata dilain pihak, kita pun, dilarang untuk menjadi orang yang suka itungan. Dalam bahasa Sunda, orang yang suka itungan itu adalah menerapkan untung-rugi saat melakukan tindakan. Dia akan senantiasa, serius melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya, dan tidak mau melakukan tindakan yang merugikan dirinya.
Orang yang suka itungan, kerap kali, menunjukkan sikap matre atau ekonomi oriented. Segala sesuatunya, selalu di ukur oleh materi, atau itung-itungan keuntungan bagi dirinya. Berbagai hal yang merugikan, atau tidak terbaca keuntungannya, dia tidak mau melakukannya.
baca : siklus learn, unlearn, dan relearn
Lha, kalau begitu, bagaimana mengaitkan dengan prinsip pertama, yang bertemakan, "hidup itu harus penuh perhitungan tapi, jadi orang jangan itungan" ?
Inspirasi yang penting, yang menjadi saran utama dalam pesan itu, adalah setiap orang harus menunjukkan sikap hati-hati. Inilah yang dimaksud dengan penuh perhitungan. Hati-hati dalam bertindak. Dimanapun, dan tentang apapun.
Seseorang yang bisa menunjukkan sikap dengan perhitungan yang baik, akan menunjukkan sikap penuh kehati-hatian, dan tidak ceroboh. kehati-hatian, tidak ada kaitannya dengan ukuran materi, melainkan ukuran nilai. Sementara orang yang itungan, lebih mengarah pada aspek materi, untung rugi dalam kehidupannya untuk dirinya.
Seorang teman, melaporkan bahwa di tengah perjalannya, kejebak macet. Padahal, andai saja, tidak ada macet, maka perjalanan dari rumah sampai ke tempat kerja, cukup dengan waktu 20 menitan. Sampai ke tempat kerja, dan tidak harus menandatangani surat keterlanbatan. Namun dihari itu, dia mengalami saat yang naas. Di luar dugaannya, di jalanan yang biasanya lengang itu, dipadai bis. Bis yang bermaksud untuk masuk ke lokasi wisata-baru di kampung halamannya. Wisata Religi, ke Masjid al-Jabbar di Kota Bandung.
Sedari pagi, sudah banyak bis antri ke jalan itu. Kendaraan pun, dibuatnya antri. Padahal dalam kesehariannya, tidak pernah demikian adanya. Baru kali ini, dan hari ini saja. "Salah perhitungan, di kira, tidak akan semacet ini.." ungkapnya dihadapanku, sesampainya di tempat kerja, dengan waktu keterlambatan lebih dari 20 menitan.
baca : Mata Matika, Mengenal Karakter
Pada konteks itulah, perhitungan adalah sebuah kecerdasan kalkulatif, yang berorientasi nilai. Dan sikap ini, berbeda dengan sikap itungan, yang mengarah pada aspek ekonomi dan keuntungan pribadi. Karena itu, hidup dengan penuh perhitungan itu penting, tapi jangan itungan !!!
0 comments:
Posting Komentar