Ini, kejadian untuk yang kesekian kalinya. Informasi itu, muncul, berkembang dan terus berkembang. Entah untuk kapan, dan entah untuk yang keberapa kalinya lagi. Perasaan ini, muncul dan muncul lagi. Walau kadang, harapan belum menjadi sebuah kenyataan.
"sepanjang berharap itu, masih gratis, kenapa tidak kita kembangkan.." itulah diantara pesan yang muncul. Pepatah yang seakan-akan muncul dari lisan orang bijak, dan memang masih layak untuk tetap di pegang, oleh siapapun yang sedang melakukan perjuangan.
"ngarep ditelpon jadi wapres, ya...?" mendengar ledekan itu, saya hanya tersenyum. Karena hanya informasi serupa ini, dan harapan serupa itulah, yang ada dan kerap kali muncul berulang kali dalam kehidupan ini.
"sepanjang berharap itu, masih gratis, kenapa tidak kita kembangkan..", kenapa harus pelit mengembangkan asa. Hal penting, jangan sekedar rasa dan merasa ada harapan, tetapi harapan itu, harus tetap menyala jangan sampai padam.
Saya hari ini, merasakan bahwa 'harapan itu, muncul kembali', selepas beberapa bulan terakhir padam. Padam bukan karena putus asa, namun karena memang klasemen akhir dari pertandingan itu, sudah berakhir. artinya, moment perjuangan waktu itu, sudah dianggap selesai, dan pemenangnya sudah ada. Sudah final. Sudah jelas. Sudah ditetapkan. Karena itu, adalah realistis, bila kemudian, asa untuk menjuarai kompetisi pada klasemen yang lalu tersebut, menjadi sesuatu yang utopis.
Hari ini. Sekali lagi, dan diulangi lagi, asa itu muncul, karena kompetisi di buka lagi. Setiap pemain atau klub yang masih memiliki tiket dalam liga ini, kembali muncul dan bertandang. Mereka ada yang pemain atau klub lama, dan ada juga pemain atau klub baru. Klasemen untuk periode ini, digulirkan lagi. Dalam konteks inilah, asa ini muncul dan berkembang lagi.
Lha..lha... sebentar, "apakah aturan mainnya masih sama ?"
Sampai di sini lagi. Di siini lagi. Kembali lagi. Saya termasuk orang yang belum siap dan belum bisa bermain dengan aturan main yang lama. Saya berharap wasit pertandingan kali ini, mengeluarkan aturan dan kebijakan yang lebih fair, terbuka, objektif, dan menerapkan model merit system. Ujilah para peserta dengan kompetensi yang kompetitif, dan bukan kompetisi berbasis upeti. Jika wasit lebih mengandalkan upeti dari pemain atau oran yang bertanding, maka pertandingan tidak akan seru, dan hasil akhir dari pertandingan akan mengecewakan para pemainnya.
Bagaimana jika memang, aturan main itu masih yang lama ?
Informasi yang sudah mulai terhembus. Ada beberapa pelatih tim yang memberikan advise, bahwa pertandingan kali ini, akan menggunakan model baru, dan lebih mengedepankan kualitas dan marwah liga. Bahkan, dengan alasan itu jugalah, maka yang mentor memberikan informasi mengenai pentingnya liga ini diikuti oleh pada kader terbaik, untuk sebuah kebaikan.
Kendati masih dalam suasana ragu, dan atau ketidakpastian, namun percikan informasi ini, saya pikir adalah modal awal untuk bisa melangkah. ya, melangkah menuju harapan yang memang bukan hal yang terlarang bagi setiap orang.
Dengan penuh harap dan doa, saya mencoba untuk mengubah rasa menjadi asa, dan menjaga Asa diatas Rasa !
0 comments:
Posting Komentar