Pilihan kata. Inilah hal penting yang perlu dimiliki oleh seorang pembicara, penutur, guru, ustad, atau orangtua. Kemampuan ini, bukan saja bermanfaat bagi si penuturnya, tetapi juga bermanfaat dalam menjaga kerukunan di tengah keluarga dan masyarakat.
Ah, rasanya, kalimat seperti itu, sangat biasa, dan sudah basi. Tetapi, akan menjadi menarik rasanya, bila kita mengingat sebuah contoh.
Dalam satu waktu. Pada sebuah group medsos, ada informasi akhir kegiatan. Seperti biasa, di group itu ada kelompok yang terlibat kegiatan, dan ada yang tidak terlibat. Karena memang, sudah menjadi rahasia umum, bahwa kepanitiaan pastinya tidak akan melibatkan semua orang. TIDAK MUNGKIN, semua orang jadi panitia. Karena itu, pastinya, dari sebuah kelompok sosialita, ada yang menjadi panitia, dan ada pula yang tidak jadi panitia.
"terima kasih, kepada ibu ketua, honor kepanitiaan sudah diterima..", ungkap salah seorang anggota. Kiriman pesan itu, kemudian disambut oleh teman-teman anggota lainnya, yang juga kebetulan menjadi panitia. Mereka semua saling menyahuti ucapan terima kasih dan rasa syukurnya atas penghargaan panitia kepada seluruh panitia tersebut.
Di lain pihak, ada sekelompok orang yang tidak menjadi penitia. Kemudian dia pun bermaksud untuk ikut nimbrung. tiktokan pesan rekan-rekannya tersebut. "o, iya, selamat kepada para panitia, yang sudah dapat rezeki, bagi kita yang tidak jadi panitia, semoga saja mendapat rezeki dari tempat lain yang lebih berkah..!" pesannya.
Membaca kalimat seperti itu, sudah tentu, ada yang menganggap sebagai doa. Ada pula yang membacanya dari sisi lain. Salah satu diantara teman yang membaca pesan itu, kemudian kirim pesan kepadaku, "Kang, apa maksud dari orang itu mengucapkan hal itu.." ungkapnya agak kesal.
"emangnya, kenapa ?? " tanyaku balik.
"ya, emangnya honor kita ini haram, atau tidak berkah ? " omelnya lagi, "kenapa sih biang begitu, kan honor ini sah, sesuai dengan keringat yang kami kerjakan..."
Waduh. Pikir ku saat itu. Di sinilah, kita melihat, ada perbedaan sudut pandang, atau tafsiran yang plastis terhadap kalimat yang digunakannya. Kemudian, saya pun mencoba untuk meredam emosi atau amarah teman yang satu ini, sembari juga mencari tahu, maksud dan niat dari si penulis tersebut.
Singkat cerita, si penulis tidak bermaksud menuduh. Makna yang dia maksudkan, semoga yang lain, bisa mendapat rezeki ditempat lain, yang juga sama-sama berkah dengan yang mereka dapatkan kali ini. Namun demikian, tentunya, pilihan kata atau kalimat serta konteks yang digunakannya, bila tidak hati-hati, maka potensial melahirkan sebuah kekeliruan atau kesalahpahaman.
Dalam kaitan inilah, kita bisa menemukan dan merasakan bahwa kehati-hatian dalam memilih diksi yang akan digunakan, akan menjadi berkah atau musibah tersendiri bagi si penuturnya.
0 comments:
Posting Komentar