Just another free Blogger theme

Rabu, 24 Juli 2024

"kalau mau tetap egois, ya silakan,.." ungkap senior, "resiko, masalah tambah jelimet, dan juga krusial.." paparnya lagi. 

Nasihat itu, disampaikan, saat ada orang rekan yang masih berada alam posisi egois, untuk mempertahankan kebenaran dan pembenaran. 

Memang ribet. Kalau, setiap orang berusaha mempertahankan nilai-nilai kebenaran, dengan cara pembenaran. Dia merasa sedang mempertahankan kebenaran, padahal yang tengah dilakukannya itu adalah sikap pembenaran. Pembenaran terhadap diri sendiri, dan juga pembenaran terhadap kenyataan yang ada.  Seperti hal yang terjadi pada kedua sahabat kita saat ini. 


Mereka berargumen, bahwa dirinya tengah mempertahankan sikap yang benar dan kebenaran. Untuk mempertahankan kebenarannya itu, dia melakukan pembenaran terhadap sikapnya dengan argumentasi tambahan, yang dinilai orang lain, sangat tidak relevan yang cenderung mengarah pada apologia, dan pembenaran terhadap dirinya sendiri.

Ok.

Ada tiga konsep penting yang perlu bareng-bareng cermati. Ketiga konsep itu, sejatinya memiliki akar konsep yang sama, namun medan makna yang berbeda. Ketiga konsep yang dimaksud adalah benar, kebenaran dan pembenaran.

Rasanya, tidak sulit untuk menjelaskan perbedaan itu, Kita semua sudah paham, bahwa benar adalah kata sifat, yang  kerap diaduhadapkan dengan salah. Sewaktu di sekolah dasar pun, kita sering berhadapan dengan soal ujian "benar - salah".  Benar adalah sikap afirmasi, sedangkan salah sikap negasi.  Oleh karena itu, kata 'benar' diposisikan sebagai kata sifat, dan mengandung nilai, yang dikenali oleh kalangan ilmu mantiq (logika) dengan sebutan nilai kebenaran.

Nilai kebenaran adalah sifat umum. Evaluasi kritis terhadap sesuatu hal, bisa melahirkan nilai kebenaran yang berbeda. Jika ada formula 2 + 2 = 5, dapat disebut sebagai rumusan yang memiliki nilai kebenarannya "salah", sedangkan formula 2 + 2 = 4, adalah rumusan yang memiliki nilai kebenarannya "benar".

Dengan demikian pula, maka dapat diartikan bahwa nilai kebenaran, adalah pembenaran yang sesuai dengan rujukan kesepahaman. Istilah kesepahaman ini, bisa merujuk pada bahasa, makna, atau realitas. 

Di lain pihak, ada sikap pembenaran. Kalau pembenaran, menggantungkan objek terhadap persepsi sendiri. rujukannya bukan kesepahaman, tetapi pemahaman dirinya sendiri. Oleh karena itu, bisa jadi, mengangkat anak sendiri sebagai penerus dalam jabatan publik, bisa dikatakan benar, dan tidak masuk kategori nepotisme, bila merujuk pada persepsinya sendiri. Itulah yang disebut pembenaran.

Bila demikian adanya, maka perbedaan rujukan, antara kebenaran dan pembenaran, akan melahirkan sebuah konflik yang berkelanjutan, dan sulit untuk didamaikan !






Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar