Just another free Blogger theme

Sabtu, 28 Juni 2025

 


Kesedihan. Sebuah kata, yang kerap menjadi bagian dari kehidupan seseorang. Tidak ada manusia yang tidak pernah merasakan kesedihan. Anak kecil, remaja, dewasa, laki atau Perempuan, pernah merasakan kesedihan. Entah itu kesedihan yang disebabkan karena perbuatan sendiri, atau karena ada factor luar yang menyebabkan munculnya kesedihan.

Terkait hal inilah, kemudian muncul harapan, atau kebutuhan manusia, sudah dipastikan semua orang akan memiliki harapan yang sama, yakni bagaimana menghalau kesedihan menjauh dari dirinya. Bagaimana kita, bisa menghapus kesedihan tersebut ?

Meminjam pernyataan Ibnu Sina, seperti hal nya dalam dunia Kesehatan, kita tidak mungkin dapat mengobati satu penyakit, bila kita tidak mengetahui sebab dan jenis penyakitnya. Andai kita memaksakan memberi obat atau treatmen, maka yang akan terjadi adalah malpraktek. Kejadian malpraktek ini, potensial melahirkan dua keadaan,  yakni mengawetkan penyakit atau memperburuk kondisi pasien itu sendiri. Sehubungan hal itu, maka mengetahui penyebab dan jenis penyakit, menjadi prasyarat bagi setiap orang yang bermaksud untuk mengobati satu penyakit

Hal selanjutnya, yang juga perlu diyakinkan bersama, yaitu status kesedihan itu sendiri. Kesedihan, perlu diposisikan sebagai sebuah penyakit, serupa dengan penyakit fisik, hanya saja, kesedihan adalah penyakit mental atau penyakit jiwa. Sebagai bagian dari salah satu jenis penyakit jiwa, maka kita perlu memberikan treatmen atau tindakan yang bisa menyembuhkan rasa sakit tersebut. Seorang dokter jiwa, atau dokter mental atau tenaga penyembuhan penyakit jiwa, perlu mengetahui jenis dan penyebab kesedihan itu, sehingga diharapkan dalam secara efektif memberikan pengobatan kepada pasien dimaksud. Sekali lagi, dengan pengetahuan serupa ini, diharapkan proses penyembuhan dan pengendalikan kesedihan dapat dilakukan dengan maksimal, dan membantu pasien kembali hidup secara normal.

Sebelum membahas upaya berdamai dengan kesedihan, bisa jadi ada diantara kita yang juga mengajukan pertanyaan, apakah penyembuhan kesedihan itu, perlu dilakukan oleh orang lain, atau bisa oleh diri sendiri ? walau pertanyaan ini, serasa paradoks, namun perlu tetap diajukan dan kita bincangkan di sini.

Sisi paradoksnya jelas. Andai saja, penanya itu memiliki keyakinan untuk serius membaca, menganalisis, memahami dan atau malah bermaksud untuk menerapkan sejumlah gagasan yang ada dalam tulisan ini, maka secara tidak langsung pertanyaan itu dapat dijawab. Jawabannya, yang sederhana, yaitu ‘perlu bantuan orang lain’. Bukti pokoknya, yakni penanya mengajukan pertanyaan, dan serius membaca paparan yang kita sajikan ini. Hal ini menunjukkan ada paradoks in terminis, paradoks dari sisi pertanyaannya itu sendiri. Satu sisi, menanyakan peran orang lain, tetapi pada sisi lain, serius membaca pandangan orang lain.

Dibalik perspektif itu, ada juga makna lain, yang memuat, sisi peneguhan. Peneguhan terhadap dugaan sementara yang dia Yakini sendiri. Artinya, ada sedikit keyakinan dan harapan, bahwa upaya penyemebuhan kesedhan itu, pada dasarnya, dapat dilakukan oleh diri sendiri, dan bukan orang lain. Sekali lagi, andaipun, perlu peran orang lain pun, itu sekedar membantu. Sementara peran utamanya, tetaplah ada pada diri sendiri.

Dalam konteks terakhir itulah, kemudian dikenali ada konsep self-healing, yaitu praktek penyembuhan diri sendiri, oleh diri sendiri. Tentunya, tidak berarti bahwa dia harus menjadi tenaga medis dulu, atau menjadi thabib dulu, atau menjadi praktisi penyembuhan dulu. Tidak demikian adanya. Praktek self-healing, pada dasarnya menekankan bahwa ada beberapa penyakit yang bersumber dari diri sendiri, dan membutuhkan peran dominan dari dirinya, untuk meningkatkan kualitas kesehatan, atau percepatan penyembuhan Kesehatan. Satu diantara penyakit jiwa, yang bisa dilakukan dengan pendekatan self-healing, adalah penghalauan kesedihan, yang dialami seseorang.


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar