Sepagi buta ini, aura Hari Kartini
menguat. Setidaknya itulah, tema-tema yang banyak dibincangkan orang di media.
Media massa, mengambil posisi sebagai pihak yang paling getol, atau merasa
paling bertanggungjawab dalam mengkomunikasikan ide-ide ini. Setidaknya, paling
bertanggungjawab dalam memfasilitas ruang public dalam membicangkan tema-tema
yang dianggap menjadi perhatian public.
Dibalik hembusan angin emansipasi wanita, muncul pertanyaan,mengapa kaum perempuan bersemangat ke luar dari wilayah kerumahtanggaan ? apakah selain lingkungan rumah tangga saja, yang disebut sebuah pekerjaan ? apakah pekerjaan di dalam rumah tangga tidak disebut sebagai sebuah karir ?
Pertanyaan ini sesungguhnya sudah
klasik dan sudah tidak memerlukan jawaban lagi. Karena fenomena yang ada,
justru dengan atas nama emansipasi dan juga kebutuhan ekonomi, banyak kaum laki
dan perempuan yang ‘berprofesi’ sebagai pekerja dalam rumah tangga.
Menjadi TKI, pembantu rumah tangga, supir pribadi, dan penjaga taman pada rumah seseorang, adalah ragam jenis pekerjaan yang muncul, dan berkembang di lingkungan rumah tangga. Hal ini artinya, bahwa terdapat ragam jenis pekerjaan yang ada di lingkungan rumah tangga yang bisa dijadikan sebagai profesi atau karir.
Sejumlah perempuan Indonesia,
dari tahun ke tahun, masih menunjukkan semangat yang tinggi untuk menjadi
pembantu rumah tangga, di luar negeri. Walaupun banyak kasus yang mengerikan,
khususnya dalam bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga, animo dan obsesi
bekerja di luar negeri itu, masih juga terus mengalir dari tanah air kita ini. Apakah
ini adalah keberhasilan gerakan emansipasi wanita ? atau justru fenomena ini
kian menguatkan bahwa pekerjaan rumah tangga pun adalah sebuah profesi.
Berdasarkan pertimbangan itu, dapat disederhanakan bahwa menjadi ibu rumah tangga, dan pembantu rumah tanggapun adalah sebuah profesi. Ini adalah bagian dari efek emansipasi wanita.Walaupun masih terlalu dini, tetapi wacana ini ingin mengajak pembaca untuk masuk ke wilayah kritis berikut ini. Pertama, rumah tangga sudah mengalami perubahaan. Rumah tangga di era modern sudah menerapkan system manajemen rumah tangga. Pemilik rumah tangga, khususnya pasangan suami-istrinya, diposisikan sebagai ownernya, dan sekaligus investor atau pencari dana. Kedua, fungsi rumah tangga di sini, ada dua, yang pertama bersifat social, yakni membiaya kebutuhan anak-anak, dan bersifat ekonomi yaitu membayar biaya operasional para pekerja rumah tangga, seperti tukang kebun dan juru masak. Ketiga, para pekerja di rumah tangga pun, adalah para pekerja professional, bahkan ada yang membutuhkan mekanisme dan prosedur pendidikan dan pembinaan calon pembantu rumah tangga.
0 comments:
Posting Komentar