Just another free Blogger theme

Senin, 09 September 2019

Untuk belajar berpikir, setiap diantara kita harus belajar menerapkan pengetahuan, atau pemahamanya  dalam melihat fenomena yang ada di sekitar kita. Dalam rupa seperti itu jugalah, kita, sebagai seorang geograf. Kita akan dianggap geograf, jika memiliki kemampuan, setidaknya keberanian untuk menerapkan pandangan kita dalam memahami ragam fenomena yang ada di sekitar kita.
Rasanya, saya ada diantara teman-teman yang berlatar belakang pendidikan geografi, yang sedikit nekad, kalau tidak disebut ceroboh sekalipun, untuk memasuki wilayah seperti ini. Saya termasuk orang yang dinilai tergesa-gesa, untuk mengklaim analisa diri ini, sebagai bentuk analisa geografi.
Sekali lagi, mungkin orang lain menganggap begitu. Setidaknya itulah, beberapa komentar yang sempat terngiang dalam benak ini. Mereka memandangnya, bahwa Geogafi itu adalah ilmu yang mempelajari keruangan atau fenomena keruangan. Sementara masalah tertidur di jalanan, mengemis, main musik, puasa ramadhan bagi muslim, adalah fenomena sosial budaya, yang sedikit (jauh) dari Geografi.
Saya sedikit kurang percaya pada kritikan itu. Saya memandang bahwa Geografi itu, adalah ilmu yang mempelajari perilaku keruangan. Sementara manusia, selama masih mengaku hidup, pasti dia ada dalam konteks keruangan. Oleh karena itu, setiap gerak laku manusia, dapat dikaji oleh Geografi.
"tetapi, paradigma pemikirannya harus jelas..." sanggah seseorang dari balik meja akademiknya. Mohon maaf, saya tidak mengerti dengan maksudnya itu. Karena pada dasarnya, setiap orang pasti memiliki pandangan. Setiap orang pasti memiliki pola pikir. Maka kepastian penggunaan paradigma, adalah sebuah keniscayaan. Kejelasan kehadiran paradigma itu, akan tampak manakala kita bisa melihat karakter berpikri seseorang.
Bila demikian adanya, "apakah setiap orang memiliki kewenangan untuk menuangkan gagasannya sesuai dengan pemahamannya sendiri ?"
Rasanya. itulah pemahaman saya. Setiap diantara kita, memiliki kewajiban untuk menuangkan gagasan itu. karena itulah kewenangan yang kita miliki saat ini. Sementara, keabahsahan karakter nalar kita mengenai masalah itu biarkanlah sejarah yang menilainya. 
Dengan kata lain, saya menyerahkan kepada pembaca, apak
ah wacana ini, untuk didudukkan pada posisi tertentu. kewajiban saya adalah menawarkan gagasan, terkait dengan pemahaman sendiri mengenai fenomena yang ada di sekitar kita......
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar