Pemerintah dengan tegas dan getol, menyuarakan opininya, bahwa demo mahasiswa sudah ditunggangi. Demo mahasiswa sudah tidak murni. Itulah inti gagasan atau opini dari pemerintah. Mereka menarik kesimplan ini, sudah tentu bersandar pada berbagai sumber intelijen yang dimiliki pemerintah. Itu sudah pasti, artinya, publik diharapkan memberikan tanggapan bahwa opini Pemerintah itu bukan opini abal-abal, atau pernyataan yang tak berlandas.
Kendati demikian, gagasan dan opini pemerintah itu tidak serta merta di terima oleh masyarakat umum. Karena masyarakat pun memiliki logika sendiri dan opini tersendiri. Mereka menganggap bahwa sikap pemerintah itu menggunakan dalil yang tidak berubah sejak dulu :
demo dalam jumlah kecil, dianggap sebagai aspirasi sebagian kecil masyarakat yang bisa diabaikan, tetapi jika demo yang meluas dan membesar, pasti ditunggangi oleh kelompok radikal
itulah dalil yang biasa digunakan pemerintah atau elit politik kita. Kesimpulan serupa ini pun, bisa jadi keliru, atau tidak tepat seluruhnya.
Saat demo mahasiswa masih kecil, pemerintah cuek dan tidak peduli terhadap aspirasi mahasiswa. Tetapi, saat sudah mulai jatuh korban, dan demo mahasiswa meluas, kemudian malah keluar pernyataan yang tidak menggambarkan kepekaan terhadap aspirasi murni mahasiswa tersebut.
Saat demo mahasiswa masih kecil, pemerintah cuek dan tidak peduli terhadap aspirasi mahasiswa. Tetapi, saat sudah mulai jatuh korban, dan demo mahasiswa meluas, kemudian malah keluar pernyataan yang tidak menggambarkan kepekaan terhadap aspirasi murni mahasiswa tersebut.
Dalam masalah ini, saya secara pribadi berpandangan bahwa :
Pertama, aspirasi sekecil apapun, hendaknya perlu direspon secara tepat dan proporsional. Kegagalan kita meraspon aspirasi potensial akan menyebabkan melebarnya aspirasi itu kepada kelompok lain yang tercerahkan. Jangan sampai, kepentingan kita, menutupi nalar, sehingga yang muncul adalah arogansi-argumentasi yang bisa memancing emosi publik.
Kedua, meluasnya demonstrasi, memang tidak selamanya dengan isu yang sama, tetapi mereka bisa digerakkan oleh hadirnya musuh yang sama. Dengan kata lain, bisa jadi akan ada perbedaan aspirasi antar demonstran, tetapi mereka memiiki sasaran tembak yang sama, atau sasaran kritik yang sama.
Dengan demikian, jika kita melakukan penelitian, dan kemudian hadirnya sebuah anatomi-pelaku demo kali ini, adalah mudah dipahami jika hadir ragam kelompok. Kelompok A, kelompok B, kelompok C, dan kemudian ada mahasiswa yang sedari awal melakukan koreksi terhadap kebijakan pemerintah.
Dalam hal ini, saya menilai bukan berarti ada yang saling tunggang menunnggai, tetapi bangkitnya kesadaran untuk memainkan peran politik, disaat ada yang sudah menginisasi gerakan politik yang tepat dalam mengoreksi kebijakan. Mereka yang selama ini tiarap, bangkit dan juga berpartisipasi dalam kegiatan politik untuk mengoreksi pemerintah yang ada selama ini. Pada konteks serupa ini pula, sangat wajar bila kemudian Pemerintah merasa riskan, jika ada penunggang gelap demo mahasiswa kali ini. tetapi, jika yang hadir itu adalah penunggang yang terang, kendati bukan dari kelompok mahasiswa, maka rasionalitas keterlibatannya perlu diapresiasi secara politis.
Ketiga, sasaran kritik bisa meluas, bila kemudian memancing solidaritas dari kelompok yang dikritik. Dalam demo 2019 ini, sumber kritik awal adalah kelakuan anggota legislatif yang memaksakan diri untuk mengesahkan revisi UU KPK dan RKUHP. Tetapi, karena masyarakat melihat bahwa pemerintah, polisi dan atau siapapun cenderung menjadi blok DPR, maka kemudian akan menjadi bagian dari sumber kritik.
Semula saya berpendapat, Presiden tidak perlu khawatir dengan demonstrasi kali ini, karena sumber yang dikritiknya adalah DPR. Dalam kasus Revisi KPK dan RKUHP, anggota DPR dianggap keras kepala dan memaksakan diri untuk mengesahkan undang-undang tersebut. Di sinilah kekecewaan publik terasa dan menguat, dan kemudian memancing demo dari mahasiswa. Tetapi, karena pemerintah dianggap tidak respek terhadap aspirasi mahasiswa maka tidak mustahil sasaran kritik bergeser atau berkembang ke pemerintah juga. Dengan kata lain :
sasaran kritik bisa melebar, seiring munculnya pendukung kelompok yang tengah menjadi sumber koreksian
Begitulah hukum politik saat ini. Oleh karena itu pula, jika perumus revisi KPK dan RKUHP didukung oleh banyak pihak yang memiliki kepentingan beragam, maka kelompok demonstran pun akan berkumpul dan membangun soliditas dengan kelompok lainnya, yang dianggap memiliki kepentingan sama untuk sasaran kritik yang sama.
Bila demikian adanya, siapa yang menuanggangi siapa ?
Secara pribadi, saya merasa kasian dengan kuda tunggangan, yang tidak mengenali penunggang kudanya, padahal dia tahu banyak yang menunggang di punduknya tersebut. Demo adalah kuda troya dengan banyak penunggang di atasnya.
0 comments:
Posting Komentar