Bagi seorang pelajar, baik itu siswa maupun mahasiswa, kerap kali dihantui
oleh pertanyaan, apa yang akan menimpa dirinya di hari esok ? apa yang akan
teralaminya kelak selepas lulus dari lembaga pendidikan ? proses pembelajaran
yang selama ini, dijalaninya, seolah kurang memberikan harapan besar bagi masa
depannya sendiri. Dia ragu, apakah ijazah yang kelak dimilikinya itu bisa
bermanfaat atau tidak bermanfaat.
Untuk menegaskan hal ini, setidaknya kita dapat memetakan, masa depan kita,
bergantung pada kepemilikan kita mengenai dua hal, baik itu mengenai ijazah
maupun kompetensi. Di kesempatan lain, saya sudah memberikan penjelasan serupa
mengenai hal ini. Tetapi, kiranya, akan lebih baik lagi, bila dalam kesempatan ini
pun, kita bisa ulas kembali, mengenai hubungan antara ijazah dengan kompetensi
kita.
Pertama, ada yang memiliki ijazah, tetapi kemampuannya tidak tampak, atau tidak menonjol. Modal utama yang dimilikinya adalah ijazah itu sendiri. Kita tidak membicarakan mengenai jenjang ijazahnya, apakah itu SMA, D1 atau Sarjana. Hal yang pasti, anak ini memiliki ijazah. Tersebab kemampuannya tidak menonjol, sementara dia memiliki ijazah, maka hal utama yang harus dilakukan itu adalah mencari. Mencari pekerjaan, mencari lowongan kerja atau menemukan peluang. Itulah kebanyakan dari orang-orang yang ada saat ini.
Ini adalah resiko. Resiko yang harus dihadapi oleh seseorang,
Kedua, adalah mereka
yang memiliki kemampuan unggul dengan ijazah yang kualified. Kemampuannya unggul, dengan lembaga
pendidikannya yang dipercaya public. Perusahaan dan masyarakat, sudah percaya terhadap kualitas layanan pendidikan dan
lulusan dari lembaga pendidikan tersebut.
Orang yang lahir dari kelompok ini, akan menjadi orang yang dicari. Dicari perusahaan, dan dibutuhkan masyarakat. Kelompok ini, bukan saja menjadi kebanggaan orangtua, tetapi juga menjadi ahli yang dinantikan oleh pihak perusahaan.
Ketiga, ada pribadi yang
harus usaha sendiri. Ijazah mungkin tidak punya, tetapi memiliki keterampilan
hidup dan praktis yang unggul. Tipe dari orang seperti ini, harus belajar
sendiri, dan berusaha sendiri dalam membuktikan keyakinan hidupnya, untuk bisa hidup
mandiri.
Masyarakat, dan orantua, kadang tidak percaya sebelum kelihatan keberhasilannya. Terhadap orang tipe ketiga ini, usaha keras dan bukti nyata menjadi sangat penting untuk dikedepankan, dibandingkan janji atau cerita belaka.
Terakhir, adalah orang
yang memang patut dikasihani. Kemampuan tidak ada, ijazah formal tak punya.
Orang yang bertipe seperti ini, bukan saja membutuhkan bantuan dari sisi
material, tetapi juga butuh konseling mengenai kesadaran dan motivasi hidupnya.
0 comments:
Posting Komentar