Debat. Adalah salah satu cara yang mungkin banyak dijadikan tontonan oleh masyarakat kita saat ini. Di sejumlah media elektronik, tayangan tentang debat dan perdebatan menjadi acara penting, dan juga banyak menyedot perhatian banyak orang. Tidak terkeculia, masyarakat banyak pada umumnya. Artinya, debat dan perdebatan ini, bukan hanya dikonsumsi oleh mahasiswa atau akademisi, tetpi juga oleh kalangan masyarakat lain pada umumnya.
Tidak banyak yang tahu, mengenai ilmu atau cara melatih kemampuan berdebat. Di tengah masyarakat, setidaknya, penulis merasakan bahwa kadang kala ada orang yang pintar menulis, tetapi kurang terampil berbicara atau berdebat, begitu pula sebaliknya, ada orang yang terampil berargumentasi, namun tidak cakap dalam menulis.
Kenyataan ini, banyak dirasakan di alami oleh banyak orang.
lantas, bagaimana duduk persoalannya ?
Baru saja, terbuka, eh. maaf, baru tahu, Anthony Weston (2017) mengeluarkan karyanya, dengan tema panduan berargumentasi. Kita tidak akan mengulas isinya, kita hanya mengulas satu pertanyaan yang dia lontarkan dalam wacana ini.
Bukunya itu, disebut sebagai sebuah panduan terkait "seni membuat argumentasi". Eh, argumentasi disebut sebagai sebuah Seni (art). Pernyataan ini menarik.
Argumentasi di sebut sebagai seni, itu artinya, berargument itu terkait dengan kemampaun rasa dan perasaan setiap orang. Setidaknya, setiap orang akan memiliki gaya dan seninya sendiri-sendiri.
Bisa jadi, karena adanya perbedaan gaya debat itulah, kemudian debat atau berargumentasi itu, disebut sebagai sebuah seni atau art.
Kedua, sisi penting lain yang tak boleh dilupakan, jika memang argument atau membuat argumentasi itu adalah sebuah seni, hal ini menggambarkan bahwa kemampuan ini lebih merupakan sebuah keterampilan, dibanding bawaan. kemampuan berargumentasi adalah sebuah keterampilan, yang bsia dilatih, dibina dan dikembangkan !
0 comments:
Posting Komentar