Tidak sadar. Ternyata, kita, khususnya saya, seringkali terjebak. Seringkali masuk jebakan atau pancingan narasi dari orang lain. Akibat terpancingnya itulah, kemudian, emosi, subjektivits dan irrasionalitas muncul ke permukaan. Semula bermaksud untuk mengadu gagasan, namun, karena terjebak dalam pancingan lawan bicara, kita malah beradu mulut tak karuan, dan argumentasi yang keluar pun menjadi tidak bermutu.
Sadar-sadar, selepas waktu berlalu, dan kemudian perdebatan atau dialog itu dihentikan oleh faktor luar. Seperti yang terjadi saat itu. Di ruang kerja itu, sekitar pukul 13.30-an. Terjadi sebuah diskusi, atau mungkin lebih tepatnya adu mulut yang lepas kendali atau lepas kontrol.