Just another free Blogger theme

Kamis, 16 Februari 2023

Heran. Kaget. Takjub. Sedih. Empat kata, yang harus menjadi warna perasaan kali ini. Sejatinya, saya tidak mesti merasakan hal ini. Tidak perlu merasakannya, sebab, saya sendiri tidak melihat kejadiannya, dan juga tidak menyaksikan kenyataannya. Tetapi, mendengar kisah dan penuturan sahabat-sahabatnya, maka keempat perasaan itu, hadir dalam jiwa ini. Entah kenapa ?! saya merasakan hal itu, saat itu !


Bagaimana tidak ?

Sejumlah anak, bukan satu atau dua orang, puluhan orang yang hadir saat itu, memberikan kesaksikan yang tidak jauh berbeda. "Dia, adalah guru yang baik.." ungkap anak-anak yang dulu sempat belajar bersamanya. 

"Suatu waktu, Ibu Ane.." itulah panggilan guru yang sedang dibicarakannya itu, "baru saja gajian, kami yang hadir hari itu, diberinya jajan di kantin..." paparnya, "ibu baik banget.."

"eh, malah, teman kita yang lain, saat belajar online gak punya hape.." katanya, "hape loooo, bukan kuota, beliau kasih..." kisahnya, sambil meneteskan air mata. Entahlah, apa makna tetesan air mata itu, apakah karena saking bahagianya, atau sedih dengan kenyataan hari ini, yang disaksikan sendiri di tempat ini.

Kisah dan tuturan itu, sekali lagi perlu diungkapkan di sini, bukan sekali, dan bukan hanya anak-anak saja yang menuturkannya. Sejumlah kolega di lembaga pendidikan itu, dan juga rekan-rekan sekelas di masa lalunya, pun, menuturkan hal serupa. "Ane, adalah anak yang baik, dan baik kepada rekan sekelasnya.."

"sebagai tenaga pendidik, beliau mengajariku cara mengajar yang baik. Beliau profesional, perfect, dan juga sangat peduli kepada sesama", ungkap rekan seprofesinya. Sahabat yang satu ini, merasakan banget, bagaimana peran Bu Ane dalam mendewasakan dan mematangkan kemampuannya dalam mengajar di kelas, dan bertanggungjawab sebagai tenaga pendidik.

Karena kebaikannya itulah, maka tidak perlu kaget, bila kemudian banyak orang yang simpati kepadanya. Banyak pihak, yang turut menyumbang kisah dan kasihnya di masa lalu. 

Bagi saya sendiri, karena pengakuan-pengakuan itulah, maka kejadian ini, sungguh sangat mengagetkan. Kaget banget, karena hari itu, jumlah yang hadir begitu diluar dugaan.

Sayangnya, menurut teman dekatnya saat itu, tidak ada satu orang pun, dari anggota keluarga yang hadir dan tampak batang hidungnya. Ane, adalah seorang guru, single, dan hidup sendirian di tengah kota Bandung.

kurang lebih 30 tahun terakhir, khususnya selepas lulus dari kuliah di Jurusan Biologi UPI, beliau meniti karir sebagai tenaga honorer di Sekolah Swasta di Kota Bandung. Selama itu pula, Ane mengalami lost contact dengan sanak saudaranya. Beliau hidup sendirian, tanpa keluarga dan anggota keluarga. Ada yang mendampinginya, saudaranya, namun saudaranya itu ada dalam posisi kurang sehat.

Hari ini, ibu Ane, berada dalam pembaringan terakhir. Di pusara itu, kau masih bisa tersenyum, kendati anak didikmu sedih berpisah denganmu. Kisah dan cerita pun, masih terus terngiang dalam ingatan dan kisah hidup ini, namun hari ini, harus berpisah untuk waktu yang sudah pasti tak akan pernah kembali.

Dari kisah dan kasih yang kau tebarkan di sekolah itu, mengingatkan semua pihak. Kaulah, sang pemilik "cinta tanpa batas"


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar