Tidak sadar. Ternyata, kita, khususnya saya, seringkali terjebak. Seringkali masuk jebakan atau pancingan narasi dari orang lain. Akibat terpancingnya itulah, kemudian, emosi, subjektivits dan irrasionalitas muncul ke permukaan. Semula bermaksud untuk mengadu gagasan, namun, karena terjebak dalam pancingan lawan bicara, kita malah beradu mulut tak karuan, dan argumentasi yang keluar pun menjadi tidak bermutu.
Sadar-sadar, selepas waktu berlalu, dan kemudian perdebatan atau dialog itu dihentikan oleh faktor luar. Seperti yang terjadi saat itu. Di ruang kerja itu, sekitar pukul 13.30-an. Terjadi sebuah diskusi, atau mungkin lebih tepatnya adu mulut yang lepas kendali atau lepas kontrol.
Subjektivitas diri ini, merasa sangat-sangat terganggu. Jiwa terguncang, dan pikiran kacau. Masalahnya, terbilang sepele.
"kenapa, orang itu keras kepala. Pengalaman belum ada, pengetahuan tidak begitu banyak, tetapi keukeuh bertahan dengan pendapatnya sendiri...". pikirku, yang tak sempat terungkapkan.
Betul duduk persoalannya. Orang-orang yang hadir, tengah berusaha meminta, ada kebijakan untuk membuka aplikasi yang hendak dipakai dalam layanan pendidikan di esok hari, di sekolah itu. Tetapi, sang pejabat muda, dan baru menjabat itu, memandang bahwa tidak perlu dirapatkan, "mengapa harus dirapatkan, karena sistem itu sudah ada yang menangani." ungkapnya, membuka pandangan dalam kumpulan saat itu.
Mendengar pandangan itu, sontak saja, pikiran dan perasaan ini bangkit. Dengan dalih ada pengalaman tahun-tahun sebelumnya, terkait sistem layanan itu yang kurang sempurna, kemudian disampaikan kepadanya. "Ada tahapan pelaksanaan yang masih ribet, dan perlu dieliminasi. Tidak perlu ada dalam bagian sistem itu. Saya pikir, perlu didemonstrasikan, supaya hal-hal yang tidak perlu itu dapat dikoreksi..."
Mendengar tanggapan balik serupa itu, sang Pejabat Muda dan Beru duduk di kursi kekuasaannya itu, berdalih lagi, "sebenarnya gak ribet. Lagi pula, setiap aplikasi pasti ribet. Kenapa harus dipermasalahkan...?' seakan menjawab kekhawatiran dari lawan bicara.
"kalau ribetnya karena sistem belum terkuasai ya, gak masalah.." jawabku, "tapi kalau ribetnya itu adalah sesuatu yang nampak, dan bisa dieliminasi, ya kita ubah, kita sederhanakan sekarang..."
"saya anggap, sistem yang lain juga ribet.." ungkapnya, "anak saya saja kemarin, sewaktu mendaftar ke perguruan tinggi, sama ribetnya, jadi, apa masalahnya dengan sistem yang kita punya..?"
"di situlah, kita usahakan, aplikasi yang dibuat itu, harus simpel, sederhana dan memudahkan..." jawabku lagi.
"Gak ada, sistem atau aplikasi yang simpel, aplikasi itu ribet...banyak yang merasa kesulitan dengan aplikasi yang ada saat ini..." bantahnya lagi.
Mendengar pertahanann tersebut, saya benar-benar gak habis pikir. Apa maunya, orang yang satu ini. Apakah karena, aplikasi atau sistem layanan pendidikan yang orang lain masih ribet, dan kemudian, anaknya pun merasa ribet dengan pengisian aplikasi ke perguruan tinggi itu, kemudian, layanan pendidikan di tempat kerja ini pun, harus dibiarkan ribet juga ? "Ah, hati-hati, jangan sampai, karena sistem yang orang ribet, dijadikan dalil, untuk membiarkan sistem layanan yang kita punya juga untuk tetap ribet..." ungkapku agak bernada tinggi .
"Sudah-sudah... sekarang mah, ngajar sanah.." ungkap seseorang dibalik itu semua. Dia tidak masuk dalam forum diskusi atau debat kusir tersebut. tetapi, suara yang lantang dan kencang itu, membuatkan kami yang hadir tersadarkan. Dan, karena ada ucapan itu jugalah, kemudian, saya pun pergi dan meninggalkan forum itu, dengan menyisakan pikiran, "kok ada orang yang masih memelihara gaya pikiran serupa itu..."
Kendati demikian, diperjalanan menuju kelas, pikiran ini sempat berlari sejenak ke ruang-terbuka. "lha, kenapa saya kepancing..." pikirku. "padahal harusnya sih biasa aja. Kalau ada orang yang tidak paham, kemudian dia mempertahankan pola pikirnya sendiri, ya biarkan saja, itu adalah resiko dirinya sendiri, kenapa saya yang harus pusing dan panas dengan situasi itu ?"
😆😊😋
apa sih yang diperebutkannya ??????
0 comments:
Posting Komentar