Saya lupa waktu dan harinya. Tetapi, saat itu, saya bermaksud mengunjungi rumah temanku. Di tinggal di satu kompleks, di kawasan Bandung Timur. Kompleks baru, dan tempat bermukimnya orang-orang kelas menengah kota.
Ya, demikianlah, sebutan bagi beberapa orang terhadapnya. Sebab, bila tidak masuk kategori kelas menengah, mana mungkin, dia memiliki tempat tinggal di kompleks itu. Lagian, siapa yang bisa mencicil biaya angsuran perumahan, kalau bukan mereka yang memiliki upah rata-rata atau di atas rata-rata.
Sebagai kompleks kelas menengah, kawasan daerah ini cukup luas, dan relatif memiliki ukuran rumah yang relatif sama. Iya, andai mereka tidak mengubah tampilan rumah standarnya, pastilah akan memiliki bentuk dan ukuran yang serupa. Hanya ada beberapa rumah yang sudah diubahsuaikan dengan kehendak dan kuasa ekonomi si pemiliknya. Sementara, bagi mereka yang tidak memiliku kuasa ekonomi, akan dibiarkannya sebagaimana sang developer mengembangkannya tempo hari.
Hari itu. Naik sepeda. Ya, betul, sepeda roda dua. Bukan sepeda motor. Ini adalah pekerjaan yang ringan, sekaligus menyenangkan dan menyehatkan. Pilihan itulah, yang juga menjadi motivasi kenapa pagi itu, saya melakukannya.
Rasanya, saya masih ingat, dan tidak terlampau lupa, alamat yang hendak dituju. Blok, jalur dan rutenya, rasa-rasanya saya masih inget betul. Namun, kejadian hari itu, sangat mengagetkan sekali.
"Lha, kok ke sini..." pikirku, sesaat dan mendadak terkagetkan. Betul. Posisi dan jarak kendaraanku saat itu, rasanya jauh dari yang direncanakan. "Waduh ke lewat..." ungkapnya lagi, sambil kemudian menghentikan gayuhan sepeda yang sedang ku naiki.
Kuhentikanlah sepeda itu, dan kemudian, membalikkan arah dan menuju belokan jalan yang dimaksudkan. hanya saja, saya tahu, bahwa jalan menuju lokasi itu, agak sedikit nanjak dan memerlukan tenaga dan kesungguhan yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.
"Waduh, tadi rata, sekarang sudah terasa nanjak.." gumamku dalam hati. Karena tidak ada yang mendampingi, maka hati dan pikiran ini, hanya berdialog sendiri. hanya pikiran, perasaan dan tenaga fisik yang terus berdialog, membincangkan apa dan peristiwa yang sedang terjadi.
Karena didorong oleh niat untuk memenuhi permintaan sahabatku itu, maka gayuhan itu, teus dipacu dan digerakkan.
Jalan yang kini ditempuh, agak berat. Bahkan, mulai terasa tantangannya. Betis kedua kakinya, mulai mengalami kontraksi. Bukan karena tidak biasa, tetapi memang medan yang lebih menanjak. Kenapa tidak mengatur gayuhan sepeda ? ah, sepedaku manual, jadi harus mengandalkan tenaga dan kemampuan sendiri.
Kakiku terus mengayuh, dan tenaga mulai terkuras. roda sepedaku seakan tidak bersemangat lagi untuk nanjak. Melemah dan malah menunjukkan masa malasnya. Saya tidak tahu, mengapa rantai roda sepeda ini, begitu sulit untuk digerakkan maju, andaipun maju, sangat lambat, dan lambat sekali.
Keringat terus bercucuran.. tenaga pun mulai melemah !
terngiang dalam benak, "apakah karena modal dan tenagaku yang kecil, sehingga perjalanan ini, malah macet di tengah jalan...!!!"
aku terhentak di sini, dan merenungi perjalanan, yang belum ada kepastian, kapan sampai ke lokasi yang dituju !!!
0 comments:
Posting Komentar