Jika kita menutup mata dan telinga dari komentar orang lain terhadap sikap, pikiran dan tindakan kita, maka hal itu akan menjadi pintu-awal masuknya sikap keras kepala dalam diri kita. Kehadiran sikap keras kepala dalam diri kita, akan menjadi kematian hati. Dan kematian hati, akan menjadi sumber prahara di masa depan.
Berhati-hatilah dengan sikap menghadapi komentar, atau kritik. Karena sejatinya, kritik itu adalah mengoreksi titik lemah dalam sikap kita, dan menghancurkan kebodohan serta keburukan yang ada dalam diri kita. Salah bila kita mengharapkan harus hadinya, kritik yang membangun dan terus membangun. Karena sesungguhnya, komentar yang membangun adalah sebuah pujian, dan pujian bukanlah sebuah kritik. Kritik adalah koreksi. koreksi adalah mengungkap kelemahan, keburukan, bolong atau kerusakan, sehingga diharapkan akan menjadi sesuatu yang lebih baik lagi.
"Ya, Tuhan, apakah kau akan memilih khalifah, seorang makhluk yang kerap menumpahkan darah ?" , malaikat mengkritik keputusan Tuhan, saat menetapkan Adam As, sebagai khalifah di muka bumi.
Menghadapi kritik tajam, keras dan langsung itu, Tuhan tidak membalas kritik dengan kalam atau pernyataan lagi, melainkan dengan pembuktian alasan, yang menggugurkan seluruh kritik Malaikat. "Kamu tidak tahu, apa yang dimaksudkan. Lihat, dan perhatikan, kelebihan Adam As dibanding Malaikat dan Jin."
Menjawab kritik dengan pernyataan, akan mengasah pikiran. Menjawab kritik dengan pernyataan, lebih mengesankan dalam pikiran, bukan dalam pembuktian. Mereka yang menjawab kritik dengan pernyataan atau lisan, akan mengarah pada penarasian sebuah tema. Situasi ini, akan sangat tepat dan cocok, bila dikembangkan di lingkungan akademik.
Silahkan, para akademisi melakukan dan mengembangkan situasi serupa ini.
Bagi mereka yang berada di dunia eksekutif, atau pelaku praktis, maka menjawab kritik bukanlah dengan ucapan, atau pernyataan, atau lisan, melainkan dengan hasil perbuatan. Pilihan sebuah program dan tindakan, yang mampu menjawab seluruh kritikan.
Untuk memberikan jawaban dengan tindakan, bisa dilakukan dengan tiga cara. Pertama, factual approach, yaitu dengan cara menunjukkan hasil kerja yang sudah dilakukan. Itulah bukti nyata, terhadap kritik dan koreksi. Kedua, side ffect of action, dengan cara sampaikan argumentasi mengenai dampak dari sebuah kegiatan nyata, sehingga mereka bisa mendapatkan pemahaman dari dampak sebuah kegiatan. Ketiga, membuka ruang terima terhadap masukkan, bila efek lanjutan dari sebuah tindakan masih ada ruang yang perlu diperbaiki. Langkah ketiga ini, merupakan sebuah sikap terbuka dan jujur terhadap kenyataan, terkait pentingnya melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
Hal penting dari semua itu, tidak perlu ada rasa kecewa dan benci, kepada mereka yang memberikan kritik. Karena, jika ada orang yang mengkritik kita, maka hal itu, berarti dia sedang memberikan kabar gembira kepada kita, kabar yang dimaksud yaitu kabar mengenai perlunya sikap hati-hati, karena ada ancaman kelemahan yang kita lakukan selama ini.
0 comments:
Posting Komentar