Just another free Blogger theme

Selasa, 14 Mei 2024

Tak bermaksud menambah kepusingan guru atau peserta didik di kelas. Tidak. Tulisan ini, tidak dimaksudkan untuk menambah-nambah masalah. Tetapi, pertanyaan sederhana di kelas, kerap kali muncul dan menjadikan sumber kesulitan bagi seorang tenaga pendidik Geografi di dalam kelas, khususnya jika dihadapkan pada pertanyaan, "Pak, ada berapa konsep esensial atau konsep dasar Geografi ?"


Dengan pertanyaan sederhana itu, seorang guru Geografi atau yang mengampu pelajaran IPAS/IPS di jenjang persekolahan, bisa jadi, akan mengalami kelimpungan. Setidaknya, kelimpungan kalau kemudian di menjawab "ada 10", terus sang peserta didik mengejar lagi, "apa memang hanya 10, bisa lebih atau kurang pak?"

Waduh !? 

Kepala pusing kalau sudah sampai pada level pertanyaan itu. Karena pertanyaan itu, tidak hanya berlandasarkan pada buku teks yang sedang dihadapi, tetapi juga menyangkut esensial atau hakikat dri keilmuan Geografi.

Bila kita kedapatan lagi memegang buku pelajaran Geografi di jenjang persekolahan, kita akan dengan mudah menunjukkan data untuk jawaban peserta didik tadi. Pada umumnya, di sejumlah buku pelajaran Geografi persekolahan, konsep Geografi itu berjumlah 10 konsep esensial (dasar). Dengan cara dan menunjukkan data itu, selesailah sudah kepenasaranan pertama peserta didik kita. Dengan data dan informasi itu, si penanya sudah bisa menemukan jawabannya.

Tetapi untuk pertanyaan kedua, Guru Geografi tersebut, harus memaksimalkan nalar dan pemahamannya terhadap hakikat Geografi, termasuk di dalamnya mengenai wawasan referensial pribadinya. Artinya, bila kita gagal dalam memahami hakikat Geografi dan kurang 'piknik' kepustakaannya, maka jawabannya, tentulah akan tidak memuaskan peserta didik, atau bila tidak begitu, yakni bakalan menyesatkan peserta didik.

Lha, kok bisa begitu ?

Tentunya. Sebab, bila kita mengatakan, "jumlah konsep geografi hanya 10., tidak lebih dan tidak kurang, dan itulah yang sudah disepakati ahli geografi atau yang tertulis dalam buku pelajaran kita.." , maka hal itu menunjukkan bahwa piknik referensi kita, masih sangat terbatas, yakni setidaknya, lebih banyak menjelajahi buku cetak atau buku teks persekolahan yang sudah beredar di masyarakat !

Bila merujuk pada dua pandangan berikut, kita bisa menarik kesimpulan mengenai jumlah konsep esensial Geografi. hasil Seminar dan Lokakarya (Semlok) Ikatan Geograf Indonesia di Semarang Tahun 1988/1989 dalam Suharyono dan Moch. Amin (1994: 15), Geografi adalah Ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

Dengan kata lain, keragaman fenomena di permukaan bumi itu, sejatinya beragam. Sangat beragam. Tetapi keunikan sudut pandang Geografi itu, hanyalah satu, yaitu Konteks Keruangan. Hemat kata, maka, konsep esensial Geografi itu, yaitu konteks keruangan (spatial context).  Bila hendak dilihat jumlah, yaitu, cuma satu konsep.

Landasan filosofisnya, dapat dirujukkan pada pemikiran Immanuel Kant. Beliau, menegaskan bahwa ilmu pengetahuan itu bisa dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu ilmu sistematis, seperti biologi, fisika, kimia,. Kemudian ilmu berdasarkan waktu, yaitu sejarah, dan terakhir adalah pengetahuan berdasarkan tempat, yakni Geografi. Sekali lagi, konsep dasar yang menjadi pembeda antara Geografi dengan ilmu yang lainnya, adalah tempat. Konsep ini variasi konsep untuk menjelaskan makna ruang (spatial).

Kembali lagi, bila kita ditanya konsep esensial Geografi, maka merujuk pada pemahaman itu, ternyata mengerucup pada spatial (space atau spatial atau place). Berapa jumlahnya ? Bila mau dikelompokkan, hanya satu jenis.  Tetapi, dari konsep esensial itu, kemudian berkembanglah konsep turunannya. Jumlah konsep turunannya itu, akan seiring dengan interaksi Geografi (keruangan) dengan gejala atau disiplin ilmu yang lainnya. Akibat dari gejala inilah, maka konsep turunan (KONSEP TURUNAN) geografi tumbuhkembang lebih dari satu !

Maman Abdurachman (1988), Guru Besar Geografi UPI, kurang lebih berpendapat bahwa yang menjadi persoalan itu, "bukan persoalan jumlah, melainkan cara penerapan konsep dalam konteks keruangan.."

Categories: ,


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar