Just another free Blogger theme

Senin, 20 Mei 2024

Alkisah. Seorang petani, menunggang gerobak yang ditarik seekor keledai. Sang petani, dengan asyiknya duduk di atas gerobak, dengan membawa hasil pertanian yang sangat melimpah kala itu. Tentunya, sangat membahagiakan. Sejumlah hasil sayuran, dia dapatkan, dia panen, dan hari itu, bermaksud untuk menjualnya ke pasar.

Sayangnya. Lokasi pasar itu, memiliki jarak yang cukup jauh, atau boleh dibilang sangat memerlukan perjuangkan ekstra. Jangankan tenaga manusia, tenaga hewan, sekelas keledai pun, tidak banyak yang mampu mencapainya denga satu kali jalan, dalam satu perjalanan. Sejumlah keledai ada yang tumbang di tengah jalan, sehingga menghabiskan waktu yang sangat lama-lama, dan bisa berhari-hari untuk sampai ke lokasi pasar.



Seperti yang dialami saat itu, Sang petani dikagetkan oleh keadaan keledai. Di tengah perjalanan, keledai pun berhenti, dan kemudian tersungkur di tengah jalan. Tampaknya, dia kelelahan dan kehabisan tenaga akibat perjalanan panjang, dengan medan juang jalan yang bertopografi menantang.

"wah..gimana nih..." pikir sang petani. Melihat keadaan keledai yang tersungkur di jalanan, dia mulai muter otak. Dia pikir, sayuran harus segera sampai ke pasar, dan ke pemesan yang sudah pastinya menunggunya. Jika menunggu dan mengandalkan kebugaran keledai, tentunya, cita dan harapannya itu, akan sulit diwujudkan.

"aha...." dia tampak senyum. Kemudian dia mencari sebatang dahan, dan dijadikannya sebagai alat pancing yang diberi umpan wortel. Wortel di simpan diujungnya, dan diikat dalam kendali keledai sehingga keledai melihat, dan berhasrat untuk mengosumsinya.

Konon, menurut kisah itu, sang keledai menggeliat, dan bangkit, dengan maksud dan harapan untuk bisa meraih wortel yang ditawarkan sang Petani. Sang Keledari melangkah, wortel kian menjauh. Sayangnya, jarak antara keledai dengan wortel, tidak pernah mendekat. Keledai melangkah, wortel tetap menjauh. Dan, tanpa disadarinya, sang  keledai mampu berjalan jauh, hingga singkat cerita sampailah ke pasar yang diinginkan sang Petani.

Apa pelajaran edukatif dari kisah ini ? tentunya, tafsir terhadap kisah ini, tidak bisa dimaknai sepintas, dan tidak sekedar melahirkan satu pandangan. Tafsiran terhadap kisah ini, bisa melahirkan pandangan positif dan juga negatif, ataupun juga pandangan yang kritik-konstruktif.

Pertama. Pandangan positif. Kisah ini menuturkan kisah mengenai pentingnya reward. Kemalasan, kebuntuan, atau kelelahan para pembelajar, hendaknya perlu disikapi dengan positif oleh para guru. Karena bisa jadi, bukan anak-anak yang bodoh, melainkan lemahnya motivasi peserta didik dalam memberdayakan potensinya. Oleh karena itu, kehadiran wortel "reward"  menjadi sesuatu yang penting.

Sayangnya, dalam kejadian itu, wortel adalah sesuatu yang sifatnya 'utopis'. Cita dan diharapkan, namun tidak dapat diraih oleh sang keledai. Itulah utopia.

Kedua. Pandangan negatif. Kehadiran wortel itu sendiri, pada dasarnya lebih merupakan sesuatu yang manipulatif. Dia dihadirkan bukan untuk memenuhi kebutuhan dasar Keledai, melainkan memanipulasi kondisi keledai yang malas, dengan maksud supaya bisa bergerak kembali dengan maksud membantu ketercapaiannya maksud dan tujuan sang Petani, yakni segera sampai ke pasar.

Bisa jadi, dalam kondisi serupa itu, si Keledai memosisikan wortel sebagai sesuatu yang diinginkan, tapi tidak sadar, bahwa hal itu adalah sesuatu yang mustahil. Distopia. Sekedar tipuan, manipulasi rasa dan kebutuhan dirinya, karena sejatinya yang dimaksudkan itu adalah 'memaksa'   keledai maju, bergerak dalam mencapai tujuan yang petani.

Kedua pandangan ini, memiliki paradigma pendidikan yang berbeda. Paradigma pertama, berpikiran bahwa 'setiap keledai' (peserta didik) harus bangkit dan berdaya dalam mencapai visi, misi atau tujuan yang sudah ditetapkan petani (negara, kurikulum). Sehingga, dengan segala dan upaya, si petani (guru, orangtua, atau negara) membangkitkan semangat dan kemampuan keledai dalam mencapai tujuan yang sudah digariskan !

Sementara dalam paradigma kedua, memandang bahwa pendidikan lebih merupakan manipulasi potensi oleh dunia pendidikan terhadap potensi peserta didik. Apapun kondisinya, peserta didik dipaksa dan dikondisikan oleh lembaga pendidikan untuk bisa bergerak maju sampai ke tujuan.

Bagaimana menengahi masalah serupa ini ?

Pendekatan ketiga, yaitu kritik-konstruktif. Tampaknya, si petani sayuran itu, hendaknya, jangan mengikat wortel di pancingan, melainkan menebar wortel di sepanjang perjalanan. Artinya, di setiap jarak tertentu, di lempar wortel (wortel jangka pendek). Sehingga, sang keledai dalam menjangkau, mencicipi dan membugarkan tubuhnya. Kemudian, setelah itu lempar lagi wortel pada jarak berikutnya.

Artinya. Dunia pendidikan, hendaknya membuat tujuan pendidikan dalam beberapa kategori, yaitu reward jangka pendek, dan jangka panjang. Reward jangka pendek adalah untuk membangkitkan semangat pragmatisnya, sehingga setiap keledai (atau peserta didik) dapat bergerak, tetapi tidak berhenti pada titik pragmatis, namun tetap diarahkan pada tujuan ideal jangka panjangnya yaitu di pasar.

Pada konteks inilah, si keledai tidak tertipu. Tujuan petani tercapai, yakni menuju pasar. Kebugaran keledai pun prima, karena dapat meraih harapan pragmatisnya di setiap fase-perjalananannya.


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar